"Cie, yang terus-terusan... kepikiran."
Aku mendengus kesal, "Apaan sih Zal, korban iklan banget."
Zalsa tertawa, "Lah lagian itu jedai dipandangin mulu sih ya, mentang-mentang Vino yang balikin."
Aku memutar bola mataku malas, entah mengapa Zalsa sekarang-sekarang ini sangat hobi meledekku.
"Bilang aja lu envy sama gue, soalnya si Bryan lu itu kan ternyata udah punya pacar," ledekku sembari menjulurkan lidah ke arahnya.
1-1 Zalsa, hehe.
Bisa terlihat Zalsa sangat sebal. Ia memutar tubuhnya menghadap ke tenda untuk menghindariku.
"Yaelah, maaf deh Zal." Aku mengguncang-guncangkan bahunya dengan pelan.
Zalsa kemudian memutar tubuhnya, menghadap ke arahku lagi, "Iya elah, gue pemaaf, baik hati, dan tidak sombong kok. Tenang aja."
"Cih, najis." Aku mengucapkan sumpah serapah atas kepedean Zalsa yang amat sangat memprihatinkan. Kayaknya Zalsa nggak pernah dipuji deh sampai-sampai muji diri sendiri.
Kemudian Zalsa merengut dan tiba-tiba terdiam, "Eh Ren, menurut lu aneh nggak sih kalau jedai lu tiba-tiba ditemuin dan ditemuinnya sama cowok yang gue comblangin ke lu? Jangan-jangan kalian berdua jodoh lagi?"
Amin... eh?
"Lah kenapa lu senyam-senyum sendiri? Mentang-mentang ngomongin Vino ya," ujar Zalsa sembari mencolek daguku.
Aku mengerucutkan bibir dan dengan cepat menepis tangannya dari daguku, "Apaan sih, gaje."
"Lu tuh gaje, senyum-senyum sendiri malem-malem gini. Mau nyamain yang nangkring di atas pohon hah?"
Seketika aku merasa bulu kudukku meremang, "Udahan elah Zal, nggak lucu banget. Udah tengah malem, udah hampir jam setengah duabelas."
Zalsa menepuk jidatnya sekilas, "Ah, gue lupa. Kita kan harus siap sedia nanti subuh. Kalau-kalau nanti diadain jurit malem dadakan."
Segera saja Zalsa membalikan badannya dan tertidur dengan pulasnya. Aku yang melihat hal tersebut hanya bisa geleng-geleng kepala.
Tiba-tiba aku merasakan hawa tidak mengenakan di sekitarku yang membuat aku bergidik ngeri.
Sepertinya aku memang harus pergi tidur sekarang.
***
Perkiraan Zalsa benar tentang jurit malam dadakan itu. Para panitia Jambore tiba-tiba saja membangunkan kami semua hanya untuk melaksanakan kegiatan absurd tersebut tepat pada jam 2 subuh tadi. Aku sendiri masih tak mengerti mengapa disebut jurit malam padahal pelaksanaannya dilakukan subuh-subuh dan bukan pada malam hari. Apakah diantara kalian juga ada yang masih bingung sama sepertiku?
Aku memasukan kedua tanganku ke kantung jaket berwarna biru langit milikku. Udara pagi ini sangat dingin, dan entah mengapa sang surya nampaknya masih enggan untuk menyapa. Padahal ini sudah jam 6 pagi, 4 jam setelah kegiatan jurit malam tadi. Mungkin dia masih mengantuk, eh?
"Ini Ren, diminum dulu ya. Buat ngangetin badan, kayaknya lu kedinginan banget noh." Seseorang menyodorkan segelas teh hangat kepadaku.
Begitu mengetahui siapa yang menjulurkan segelas teh hangat tersebut, aku pun mengambil gelas itu, "Makasih Vin."
"Anjir. Nggak usah sok imut gitu ngomongnya Ren."
Aku menatap ke arah Vino, dia ini maunya apa sih? Dibaikin salah, dijahatin apalagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Jedai
Historia Corta"Jedai itu udah kayak separuh napas gue. Gak nyaman kalau gue gak make jedai. Rasanya kayak ada yang kurang gitu pokoknya." "Masa sih?" "Iya, gak percayaan banget sih." "Hmm ... kalau gitu boleh gak gue jadi jedai lo?" "Maksud lo?" "Gak usah pura-pu...