Chapter 1 : Freshman Year

3.4K 108 2
                                    

Dear Mark...,
For all those time you have spent with me, I always missed the way you laugh, smile, and says something. The last time I heard that soft voices and my ear still heard that. Even though I know you're not here again.
You've battling every suffer, and you're always my strongest son I had. Cancer doesn't mean to stop our life. I want you to know, son, you're always gonna be fine. Dad here, always waiting for all the time. I want to be with you, even though it's hard to do. I want to be with you, even the time still spinning on me.

Your dad,
Joseph Girardi


*

Untuk pertama kalinya, aku masuk ke dunia kedewasaanku. Aku telah duduk di bangku SMA sekarang. Aku telah berumur 15 tahun sekarang. Aku tinggal di Rochester, New York. Kakakku, Jacoby Ellsbury Girardi dan Brett Gardner Girardi sudah memasuki semester keenamnya di Universitas New York. 

Namaku, Mark Teixeira Girardi. Aku adalah anak ketiga dari keluarga Girardi. Aku lebih suka menyendiri, karena itulah sikapku sejak kecil. Aku suka mengerjakan PR dan membaca buku di kamar tidurku. 

Pagi ini adalah hari pertamaku memasuki SMA. Ayahku mendaftarkanku di SMA Rochester. 

"Teix, ayo! Ayah sudah menunggu di depan rumah!" seru Gardner sambil membawa ranselnya. 

"Aku akan segera kesana!" jawabku. 

Aku tengah sibuk memasukkan semua buku ke dalam tasku. Sungguh sial tadi malam aku tidak melakukannya. Aku pun selesai dan segera berlari keluar kamar dan menemui mobil ayah di depan rumah.

"Mark, ayo kita semua hampir terlambat." ujar ayahku, Joseph. Aku biasa memanggilnya ayah. Namun, teman kantornya selalu memanggilnya 'Joe'. 

Ayah menyetir mobilnya dengan kecepatan penuh. Hanya butuh beberapa menit, aku sampai di SMA Rochester. Ayahku memang pahlawanku. 

"Selamat sekolah, nak. Aku akan menjemputmu pukul 11.00." ujar ayahku. 

"Baik. Aku menyayangimu, ayah." ujarku seraya berlari masuk ke area sekolah. 

"Ayah menyayangimu juga. Hati-hati." ujar ayahku.

'*'*'*'*'

Waktu memang terasa cepat seakan aku tak pernah ada di setiap menitnya. Alarm jam tanganku berbunyi dan tepat sekali di sorot pandangku aku melihat ayah yang berlari ke arahku. 

"Mark!" panggil ayahku. 

"Ayah!" panggilku. 

Ayah memelukku cepat ke sisinya. Pelukan itu tak pernah terasa berbeda. 

"Kau baik-baik saja 'kan? Bagaimana dengan oksigennya?" tanya ayahku. 

"Ini sama sekali tidak memberatkanku. Dan paru-paruku sudah terasa lebih baik sekarang." ujarku seraya tersenyum kepada ayahku. 

"Kita akan ke dokter sekarang. Kau keberatan, nak?" tanya ayahku.

"Tidak. Tidak sama sekali." jawabku. 

Aku dan ayahku sama-sama menaiki mobil. Kita akan pergi ke rumah sakit. Aku tahu aku menderita kanker paru-paru, namun aku belum divonis apapun. Dan aku tidak mengkhawatirkan apapun tentang itu. Aku tetap bahagia bagaimanapun caranya. 

You're Not A BurdenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang