part 3

966 126 9
                                    

Aku ingin bercerita lagi.
Setelah aku berusaha berlari dari kisah ini, kisah tentang mereka bukan tentang aku, akhirnya aku kembali berada di arusnya.

Padahal hanya secuil langkah aku memulai kembali kedalamnya, tapi karena secuil itu aku tak bisa meninggalkan dan berlari kembali ke titik aku tak ingin mengenang kisah ini lagi, tapi nyatanya aku tak bisa pergi begitu saja.

Mungkin karena kerinduan aku pada dua anak manusia ini, aku benar-benar memberanikan diri untuk melakukan ini. Untuk mengenang kisahku bersama mereka, yang aku tak tahu akan pada akhirnya akan kembali terjadi atau hanya akan menjadi sebuah kenangan antara aku dan mereka.

Bukan aku tak pernah mencoba mencari alasan kisah ini terjadi. Awalnya aku mencari kenapa mereka melakukakan ini. Tapi pada akhirnya aku lelah, aku berpikir kenapa aku harus membuang waktuku hanya untuk mencari jawaban dari tingkah laku mereka??padahal pada nyata mereka tak pernah memikirkan aku, mereka meninggalkan aku begitu saja.

Jejak mereka begitu tak terlihat, tak terbaca, mereka entah ke mana, mereka meninggalkan aku yang bahkan sebenarnya tak punya andil dari kisah mereka. Karena kisah ini tentang mereka, bukan tentangku.

Kali ini aku tak ditemani senja..hujan sore kali ini menemaniku mengenang mereka.

Aku tak bersedih karena tak melihat indahnya senja. Ada rintik hujan yang menggantikannya. Bagiku hujan dan senja sama indahnya.

Aku tak akan pernah bisa memilih antara hujan atau senja, meski datangnya hujan sore ini menutupi indahnya senja sore ku. Percayalah aku tak akan bisa memilih..senja atau hujan?? Begitupun aku tak bisa memilih ali atau prilly??.

*flashback.

Sudah hampir 1 bulan aku mengenalnya. Setelah mengenal prilly rutinitasku sedikit mulai berubah.

Aku jarang mengunjungi lapangan basket, untuk bermain basket bersama ali dan anak-anak komplek lainnya, jarang nongkrong dan bermain ps jga bersama ali.

Aku jarang keluar rumah lagi. Selesai pulang dari kampus, jika tak ada tugas lain, aku ingin segera kembali ke rumah, menemui gadis ini.

Setelah mengenalnya, aku belajar soal lain, belajar memasak, berdandan dan kegiatan yang menurutku sangat "perempuan" sekali padanya. Prilly merubah sedikit duniaku, menjadikan aku lebih "wanita" dari sebelumnya.

"Ka kiyaaaaa, ka kiyaaaaa, haiii ka kiyaaaaaaaaa" teriak prilly.

"Ade kecil kalo masuk rumah kumsalam dulu kek, jangan malah teriak-teriak kaya anak tk kalo di suruh baris gitu deh" jawabku.

"Ehhh maaf lupa ka..hehhehe. assalamualaikum kakakaaaaa, prilly dtang!"

"Iyaaa prilly..adaa apaan sih semangat banget??" Tanyaku.

"Dehhhh ka kiyaaa mahhh ihhh. Tadi aku dtang ga salam di marahin, giliran aku salam ga di jawab,gmna sih ka? Kalo orang salam itu harus di jawab ka. Ka mah ihhh, ga ngerti y? Mau aq jelasin?? " oceh prilly.

"Uppss..lupa. waalaikumsalam ade kecil. Ga perlu prilly, aku ga mau dnger ocehan panjang kamu. Hahahaha"

"Udah ka ngeledek akunya?? Stop ya ka panggil aku anak kecil. Aku udah 19 tahun kaka. Udah kuliah. Catet kaaa catet!" Prilly merajuk.

"19 tahun tapi badan kya anak smp. Hahahha" aku menjulurkan lidah kepadanya.

"Eetttsss...jangan remehkan postur kecil. Pak habibie aja kecil, tapi punya otak gede!" Balasnya sambil mencubit pinggangku.

" awww..sakit prilly nih anak y! Itu kan pak habibie bukan kamu"

"Aku juga gitu kaka, kya pak habibie, kaka mau ngtest aku apaan sini aku jawab, pasti pengetahuan aku 11 12 sma pak habibie hahahahah"

Ini tentang mereka, bukan tentang aku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang