Part 2

90 8 1
                                    

 "Kita harus menyelidikinya. Apa Hyunjun benar-benar anggota gangster? Kalau memang benar, itu bagus," ucap Donggu sambil tersenyum. Teman-temannya mengernyit bingung. "Kenapa malah bagus? Bukankah itu malah membahayakan kita? Dia bisa saja membalas dendam dengan menghajar kita sampai mati." Alex bergidik. "Kalau Nae-ri tahu siapa sebenarnya Hyunjun itu, dia pasti akan menjauhi dan membenci Hyunjun. Kau tahu sendiri kan? Nae-ri menganggap Hyunjun anak alim padahal dia anggota gangster yang jahat dan Nae-ri tidak menyukai orang jahat seperti itu." Donggu tersenyum lagi.

= =

Kedua kaki Hyunjun sudah pulih untuk berjalan lagi. Nae-ri selalu membantunya setiap saat. "Karena kamu sudah sembuh, kita akan jalan-jalan!" ucap Nae-ri girang. "Memangnya kita mau pergi kemana?" tanya Hyunjun bingung. "Kita akan jalan-jalan keliling kota Seoul. Cuaca hari ini cukup cerah untuk berjalan-jalan. Kamu harus mentraktirku makan," ujar Nae-ri sambil tersenyum. "Baiklah-baiklah," ucap Hyunjun lalu ikut tersenyum. Kedekatannya pada Nae-ri, entah kenapa membuatnya jadi lebih sering tersenyum. Ia merasa senang bisa menghabiskan waktunya dengan Nae-ri. Ia merasa senang dengan sikap Nae-ri yang selalu menolong dan memperhatikannya. Begitu pula sebaliknya. Nae-ri selalu merasa senang dan nyaman bisa berada di dekat Hyunjun. Sebenarnya, sejak pertama kali Hyunjun masuk ke sekolahnya, Nae-ri sudah menyukai Hyunjun.

"Ayo kesana!" Hyunjun menggandeng tangan Nae-ri membuat wajah Nae-ri merona merah. "Ahjuma3, aku beli gantungan kunci ini," ucap Hyunjun. Ia memberikan uang 2500 won pada ahjuma penjual itu. Hyunjun memberikan gantungan kunci boneka perempuan pada Nae-ri. "Untukku?" Hyunjun mengangguk. "Sebagai tanda terima kasih." Nae-ri tersenyum senang. Mereka berjalan-jalan memasuki daerah Myeongdong. Setelah asyik makan tokpokgi (rice cake) dan omuk (fish cake) di pinggir jalan, mereka memasuki toko-toko di sekitar sana.

Suara sirine mobil polisi membuat Hyunjun terdiam. Ia menutup kedua telinganya sambil menundukkan kepala. "Kau kenapa?" Tanya Nae-ri bingung. Suara sirine semakin terdengar keras. "Oh, ada perampokan disana tapi tenang saja. Para polisi akan menangkap perampoknya," ucap Nae-ri. "Lebih baik kita ke Myeongdong Station." Nae-ri menarik tangan Hyunjun menjauhi tempat itu. Namun reaksi Hyunjun masih tetap sama. Hyunjun menutup telinganya sambil menggelengkan kepalanya. Bayang-bayang tak diinginkan, berkelebat makin jelas memenuhi otak Hyunjun. Hyunjun berusaha menghapuskan setiap ingatan itu tapi ingatan itu makin terbayang jelas seiring suara sirine mobil polisi yang berbunyi makin keras.

"Berhenti atau aku tembak!" teriak sang polisi sambil mengarahkan pistolnya kearah Hyunjun. Hyunjun tak peduli pada kata-kata polisi itu. Ia tidak mau dirinya tertangkap dan harus mendekam di penjara. Jalanan yang dipenuhi salju tak menghalanginya untuk terus berlari. "Jangan sakiti anakku! Dia bukan penjahat seperti yang kalian maksud. Ini pasti salah paham," ucap seorang wanita memohon pada para polisi. "Ibu?" Suara ibunya itu membuat Hyunjun menoleh ke belakang. Para polisi yang lain semakin mendekatinya. "Hyunjun, kemarilah! Jelaskan pada mereka kalau kamu bukan penjahat!" teriak Ibunya. Hyunjun menggelengkan kepalanya pelan lalu terus berlari. Polisi yang lain segera mengarahkan pistolnya pada Hyunjun dan bersiap menembak. Ibu Hyunjun yang melihatnya langsung berlari ingin menyelamatkan Hyunjun.

"Hyunjun!" Suara teriakan ibunya disusul oleh suara tembakan membuat Hyunjun berhenti berlari. Ibunya jatuh terkulai dengan luka tembakan di kakinya. "Ibu!" teriak Hyunjun lalu berlari menghampiri ibunya. "Ibu!" Ia memegang erat kedua tangan ibunya yang lembut. "Maaf bu. Ini semua salahku. Aku memang penjahat. Akulah yang pantas menerima semua hukuman ini. Kenapa ibu malah menyelamatkanku?" Air mata Hyunjun mengalir membasahi pipinya. "Hyunjun." Panggil ibunya pelan. "Jadilah orang yang ibu percayai," lirih ibunya. Para polisi menghampiri Hyunjun lalu memakaikannya borgol di tangannya. Ia menarik Hyunjun memasuki mobil polisi. Suara sirine mobil ambulance dan mobil polisi terasa memekakkan telinganya. "Ibu! Ibu!" teriak Hyunjun sambil memandang wajah ibunya untuk yang terakhir kali.

"Kau menangis?" tanya Nae-ri. Hyunjun tersadar dari lamunannya. Cepat-cepat ia menghapus air matanya.

"Ehm, lebih baik kita pergi ke Namdaemun market," ucap Hyunjun mengalihkan pembicaraan.

"Ta-tapi tadi kamu menangis?" tanya Nae-ri lagi. Tanpa mempedulikan kata-kata Nae-ri, Hyunjun menarik tangan Nae-ri menjauhi tempat itu. Sepasang mata menatap ke arah mereka berdua lalu tersenyum.

"Akhirnya, aku menemukanmu. Waktunya untuk balas dendam," ucapnya.

Nae-ri dan Hyunjun beranjak ke sebuah restoran untuk makan bulgogi. "Biar aku yang traktir," ucap Hyunjun pada Nae-ri. "Kalau begitu, aku pesan makanan yang banyak," canda Nae-ri. Hyunjun tersenyum sambil menatap wajah Nae-ri. Wajah Nae-ri mengingatkannya pada ibunya. Beberapa sifat Nae-ri juga mengingatkannya pada ibunya.

"Kenapa terus-terusan menatapku?" tanya Nae-ri sambil mengalihkan wajahnya menghadap ke arah gelas minuman lalu meminumnya. Ia berusaha menyembunyikan wajahnya yang merona merah karena malu. "Ah, tidak apa-apa." Mendadak Hyunjun jadi salah tingkah. "Kau mirip seseorang yang aku sayangi," ucap Hyunjun akhirnya.

"Siapa? Pacarmu?" Tanya Nae-ri. Hatinya jadi tak karuan begitu memikirkan kemungkinan itu. Hyunjun menggeleng sambil tersenyum.

"Ibuku. Aku sangat menyayanginya tapi aku malah menyia-nyiakannya," ucap Hyunjun tersenyum sendu.

"Aku juga pernah menyia-nyiakan kasih sayang ibuku. Aku rasa, itu hal yang biasa. Yang terpenting bagaimana tindakanmu setelah itu." Hyunjun tersenyum dengan pandangan mata menerawang.

"Ya. Tapi kesalahanku benar-benar parah. Sayangnya, dia melakukan kesalahan yang fatal." Nae-ri mengernyitkan alisnya bingung. "Kesalahan fatal apa?"

"Kesalahan karena terlalu mempercayai orang yang semestinya tidak pantas dipercayai yaitu aku," ucap Hyunjun dengan wajah sendu. Nae-ri bisa merasakan ada kesedihan yang mendalam di mata Hyunjun. Ia bangkit berdiri lalu menepuk pundak Hyunjun pelan. "Kapanpun kalau kamu merasa sedih, aku bisa menjadi pendengar dan penghiburmu," ucap Nae-ri tulus. Hyunjun tersenyum. Perasaannya begitu bahagia begitu mendengar kalimat yang diucapkan Nae-ri.

= =

Donggu menarik tangan Nae-ri dengan kasar. Hatinya begitu panas melihat kedekatan Nae-ri dengan Hyunjun. "Bukankah kamu bilang, kamu benci dengan orang jahat? Tapi kenapa kamu malah berteman akrab dengan orang jahat sepertinya?" Telunjuk Donggu terarah pada wajah Hyunjun.

"Maksudmu Hyunjun orang jahat? Kamu tidak bisa membedakan mana yang jahat dan yang baik ya?" ejek Nae-ri.

"Asal kau tahu, Nae-ri. Dia bukan orang yang baik. Dia adalah anggota gangster yang jahat. Pengedar narkoba, tukang mabuk, main wanita, mencuri, membunuh dan masih banyak lagi kejahatannya yang tidak bisa aku sebutkan. Selama ini, kamu ditipu dengan kepura-puraannya menjadi anak alim. Aku tahu, dia pasti punya maksud tersembunyi di balik ini semua. Apa kamu sedang dikejar-kejar polisi lalu melarikan diri dari penjara?" Donggu meraih kerah baju Hyunjun dengan kasar.

"Kau sudah gila? Menuduh orang dengan seenaknya!" Nae-ri menarik tangan Donggu. "Ayo! Akui saja kalau kamu memang seorang gangster!" teriak Donggu membuat semua siswa seisi sekolah berkumpul untuk melihat.

"Hyunjun, ayo katakan yang sebenarnya agar Donggu bisa menutup mulutnya," ucap Nae-ri kesal. Hyunjun hanya diam sambil menundukan kepalanya.

"Oh ternyata kamu masih tidak mau mengaku. Baiklah kalau begitu." Donggu memberi tanda pada teman-temannya agar menghajar Hyunjun sampai mengaku.

"Bagaimana kalau nanti dia membalas?" tanya Alex takut-takut. Donggu menendang Alex dengan geram.

"Dasar pengecut! Kalau begitu, biar aku yang menghajarnya!" Donggu melayangkan tinjunya pada Hyunjun tapi Nae-ri berusaha menahan tangannya hingga jatuh terhempas.

"Lihat, aku akan menunjukannya pada kaliansemua. Dia memiliki tatto di punggungnya. Dan kalian tahu tatto apa itu? Tattogangster!" teriak Donggu. 


==


Dark Into the LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang