BANDUNG

8.7K 361 1
                                        

Selesai menyatap makan malam di kediaman Tante Ratih, semua berkumpul di halaman belakang rumah Tante Ratih yang cukup luas. Dari awal sampai di rumah Tante Ratih, Aku hanya melihat Tante Ratih, dan satu orang pekerja rumah disini. Ehmm, anak-anak dan suaminya Tante Ratih mana ya? Kok gak ada kelihatan dari tadi, pikirku semenjak selesai makan tadi.

Malam ini semuanya bermalam dirumah Tante Ratih, karena ini malam minggu jadi Mas Roy juga ikut bermalam disini. Rumah tante yang besar dan terdapat 3 kamar kosong, jadi membuat Mama berfikir tidak menyusahkan sahabatnya ini.

Tak terasa, ternyata udah pukul 23.00 WIB, pantasan dari tadi aku sudah menguap, sembari mendengarkan cerita masa lalu Mama, dan Tante Ratih waktu muda dulu. Karena udah larut malam, cerita masa lalu Mama akirnya ditutup juga.

Semua berjalan kekamar masing-masing yang udah di siapkan Tante Ratih, sedari habis ba'da isya tadi. Mas Teguh, Bang Arif dan Mas Roy, sekamar. Kamar mereka disebelah kamarku, sedangkan Mama dan Papa didepan kamarku. Dan Tante Ratih kamarnya ada diruang bawah.

"Wah, ternyata kamarnya besar juga ya, sama ni besarnya dengan kamarku" ucapku sembari memperhatikan setiap sudut kamar ini. Tapi sepertinya ini kamar udah lama gak ditepati. Tanpa pikir panjang aku baringkan tubuhku kekasur yang ukurannya hanya untuk 1 orang ini.

............................

Selesai shalat subuh berjamah di mushola milik Tante Ratih, Mama dan Papa memutuskan untuk pulang ke Jakarta pagi ini, karena hari senin, Papa dan Mas Teguh udah harus mulai bekerja. Selesai sarapaan pagi dan berpamitan sama Tante Ratih. Papa mengantar Bang arif dan Mas Roy kekontrakan mereka dahulu, setelah itu mengantarkan aku ketempat tinggalku yang baru.

"Kamu harus pandai bersosialisasi sama penghuni rumah lainnya ya nak, waktu shalatnya dijaga, makannya juga, terus jangan coba-coba untuk pacaran ya sayang." nasehat Mama sambil memelukku.

"Ingat Itu ya pesan Mama, dan setiap awal bulan uang jajannya Papa transfer, kalau kekurangan uang cepat kabarin Papa atau Mas Teguh ya sayang"

"Ingat tu pesan Mama sama Papa, Mas sengaja loh nyariin kamu tempat tinggal disini, biar kamu gak pacaran dan ada yang menasehati kamu disini" sambil mengelus-ngelus kepalaku

"Iya, Ma, Pa, dan Mas" Insya Allah akan aku ingat selalu semua pesannya" sambil menahan air mata yang hendak jatuh.

"Kita semua pamit ya sayang"

Tak lupa semuanya mengantri mencium kening dan pipi chubby ku.

...............................

Ketika dibukakan pintu, aku berjalan kekamarku diantar oleh Kak Fatimah, Kak Fatimah sangat baik dan terlihat begitu ramah, usiaku hanya terpaut 1 tahun dengannya, dia mempersilahkan aku istirahat, dan memberiku selembar kertas, aku ambil kertas itu dari tangannya, dan tak lupa dia mengingatkanku untuk ba'da magrib berkumpul di ruang bawah sembari keluar dari kamarku.

Kulirik kertas yang Kak Fatimah berikan kepadaku, bertuliskan Peraturan Tinggal di Wisma Putri Alfatah, ya Allah banyak amat peraturannya udah serasa kayak tinggal di asrama ja, keluhku dalam hati. Wah ini namanya Mas Teguh menyiksaku secara perlahan pikirku saat membacanya.

Peraturan Tinggal di Wisma Putri Alfatah

1. Setiap mahasiswi harus mengikuti peraturan yang dibuat bersama dan telah disetujui semua penghuni rumah

2. Setiap mahasiswi, yang membawa tamu cowok, hanya boleh sampai pagar rumah

3. Kelur rumah dengan selalu memakai pakaian yang longgar dan di larang memakai celana jeans dll

4. Shalat jamaah di waktu maghrib dan isya

5. Liqo setiap malam kamis ba'da maghrib

6. Menjalankan piket yang telah dibuat bersama

7. Bergotong royong setiap minggu pagi

8. Tadarusan setiap ba'da subuh

9. Membaca al matsurat, Dll.

Dan tentunya masih banyak lagi peraturan tinggal disini, makanya aku katakan Mas Teguh menyiksaku secara perlahan, ada beberapa yang aku gak mengerti dengan kata liqo, al matsurat dan hal lainya. Kayaknya aku harus menelepon Mas Teguh atau Mama deh, menayakan kata-kata yang tidak aku pahami. Ku ambil HP ku dari dalam tas ku

"Assalamualaikum Mas" ucapku dari HP yang aku genggam

"Wa'alaikumussalam, kenapa nelpon Dek, udah kangen aja nih sama Mas?"

"MAS, benaran ya Mas ini menyiksaku secara perlahan, Mas benar-benar kelewatan, Nurul gak mau tinggal disini Mas, banyak sekali peraturannya, kayak anak TK aja dibuatnya Nurul, harus ini itu, gak boleh ini gak boleh itu" ucupkan dari telepon dengan merengek-rengek sambil menahan buliran air mataku yang siap mengalir

"Astaghfirullah, Dek kok gitu ngomong sama Masnya, gak mungkin Mas menyiksa Adik yang Mas sayangi selama ini. Mas gak mau kamu nanti salah pergaulan disana Dek, kamu tau Bandung itu kota yang seperti apakan Dek? Makanya Mama was-was banget ketika kamu mutusin untuk kuliah di Bandung, dan meminta Mas yang langsung turun tangan mencari tempat tinggal untuk kamu, kamukan gak mau tinggal di Asramakan?

"Iya Mas,,,! tapi gak kayak gini juga dong Mas, Aku bahagia dan bersyukur Mas begitu perhatian sama Aku, tapi Mas bayangi deh, Aku harus mengikuti 20 peraturan yang ada di wisma ini Mas!" rengekku pada Mas teguh dan tanpa disadarin air mataku mulai mengalir membasahi pipi cubby ku

Terimakasih yang udah mau membaca dan ngasih vote nya, merupakan suntikan semangat untukku agar terus menulis

TO BE CONTINUED


Menjemput Calon ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang