Bagian 2

142K 8.9K 240
                                    

No edit. Happy reading ^^

Saat ini aku masih belum percaya bahwa aku berada di dalam salah satu mobil mewah di Singapura bersama seorang lelaki menarik yang melamarku. Maksudku, apa sih hebatnya aku sampai membuat lelaki yang ku yakin bisa memacari model sekalipun ini melamarku ?

Dia memperkenalkan diri sebagai Azka Hafiz Reynand. Seorang arsitek yang tinggal di Singapura dan merupakan orang Indonesia. Wajahnya yang sedikit bule membuatku agak kaget saat dia berkata bahwa dia orang Sunda. Yang benar saja?!

Mobil sedan yang dikendarai sendiri oleh Azka memasuki jalan kecil dan menunjukan kawasan perumahan. Di malam hari seperti ini, jalanan tampak sangat sepi. Entah jika siang hari akan seperti apa. Selama perjalanan Azka menolak untuk membahas kejadian tadi, juga menolak meminjamkan handphone nya padaku untuk menelepon Anna.

Setelah beberapa menit, mobil berhenti didepan rumah berpagar kayu yang berada di sudut jalan. Sebelum Azka benar-benar menghentikan mobilnya, pintu pagar terbuka dan Azka kembali melajukan mobilnya kemudian memarkirnya di carport bersebelahan dengan mobil Alphard dan Range Rover berwarna putih. Well, sepertinya Azka orang yang cukup berada.

"ayo turun" ajak Azka seraya mematikan mesin mobil dan keluar dari mobil.

Ragu-ragu, aku ikut keluar dan tanpa sadar memperhatikan halaman kecil rumah Azka yang diterangi lampu berwarna kuning, membuatnya terlihat mewah. "ayo, masuk. Didalam kamu bisa telfon teman kamu."

Aku menurut dan mengikutinya masuk meniti tiga tangga menuju dua pintu kayu dan segera masuk ke dalam rumah bergaya minimalis ini. Saat masuk kedalam, ku tebak rumahnya tidak terlalu besar karena ruang tamunya tidak besar. Ada satu set sofa berwarna hitam dan cermin bulat besar menempel di dinding berlapis wallpaper.

Lelaki itu mengajakku masuk ke ruang televisi dan memintaku duduk selagi dia mengambil telefon wireless yang entah berada dimana. Televisi besar menggantung di dinding yang semuanya ku yakin berlapiskan wallpaper. Dengan pekerjaannya sebagai arsitek, aku percaya saja jika lelaki ini sangat kaya.

"ini, coba telefon Anna" Azka menyodorkan telefon wireless berwarna silver dihadapanku setelahnya dia kembali menghilang.

Segera aku menelepon Anna dan bersyukur begitu mengetahui Anna sudah pulang. Sebelum sempat aku menjelaskan, Anna sudah memutuskan hubungan terlebih dahulu dan aku merasa aneh karena Anna tidak menanyakan keberadaanku dan kapan aku pulang.

"jadi, sepertinya kamu butuh penjelasan?" suara Azka mengagetkanku. Ternyata lelaki itu baru kembali dari dapur saat aku melihat dia membawa dua cangkir berisi cokelat panas dan kopi, sepertinya.

Azka duduk dihadapanku. Lelaki ini, kenapa bisa begitu berkharisma?! Wajahnya terlihat dewasa walaupun aku yakin umurnya masih berada dipenghujung kepala dua. Tubuhnya tegap dan tinggi. Mungkin 175-180 cm, entahlah. Aku tidak terlalu pandai mengira-ngira. Lelaki seperti dia, masa sih belum punya pasangan?

"darimana aku harus memulainya?" tanya Azka.

Aku mengangkat bahu. "mungkin dari... bagaimana kamu tahu aku. Tunggu! Memang kamu tahu aku siapa? Mungkin memang kamu salah melamar orang. Orchard kan ramai sekali tadi" kataku cepat-cepat.

Setelah ku fikir kembali, mana ada lelaki seperti Azka ini jatuh cinta pada pandangan pertama padaku. Kesimpulanku pasti dia salah orang!

Tidak seperti yang aku harapkan, Azka malah tertawa dengan santainya. "gak mungkin aku salah orang. Kamu Callysta Talia Azzahra, kan?"

Wow, dia tahu namaku!

Buru-buru ku anggukan kepalaku. "iya, kok tahu?"

Azka menjentikan jarinya penuh semangat. "benar! Aku tidak salah melamar orang."

PreweddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang