Cerita Tambahan

65 3 1
                                    

"Wihh, jadi kamu udah lulus toh dan dikirim untuk jadi dosen di sini, kok bisa keren sih vey!" puji Agi.
"Ya, aku juga gak tau. Tiba-tiba lulus, terus lanjut pendidikan setara S2 kalo disini, eh setelah wisuda dikasih surat tugas ke sini." jelas Arvey.

Tiba-tiba Argen dan Arthur menghampiri mereka berdua.

"Hai, bu dosen. Apa kabar? Masih inget aku kan?" sapa Arthur.
"Hai. Baik kok, hehehe. Masih kok masih, thur." jawab Arvey.
"Kalo aku???" tanya Argen.
"Masih lah, pastinya. Yakan vey?" jawab Agi mendahului Arvey.
"Yow. Orang yang sering bilang aku jomblo blablabla, yang sering paksa aku juga kalo gak mau ikut naik sepeda nya." jawab Arvey menambahkan.
"Eh buset, masih inget aja nih bu dosen. Bu? Masih jomblo ga?" tanya Argen.
"Alaaahhh nanyain jomblo, kayak sendirinya gak jomblo aja." sela Agi.
"Eh, situ juga kelezzz." bela Arthur.
"Ehhh udah-udah. Kalian nih dari dulu masih aja tengil. Udah jadi mahasiswa juga." lerai Arvey.
"Iyasih yang udah jadi bu dosen mah ampun. Eh, belum di jawab pertanyaannya." ujar Argen.
"Kepo banget sih gen. Jangan-jangan..." tebak Agi.
"Apaan sih! Kan nanya, emang salah?" kesal Argen.
"Gimana ya, sebenernya aku... udah dilamar dan menikah tiga bulan yang lalu." jawab Arvey.
"WHATTTT?!!! Serius vey?!" serempak ketiga mahasiswa tersebut terkejut.
"Yah, kirain belum." kecewa Argen.
"Emang kamu mau apa, ha?! Setelah bikin Arvey patah hati waktu SMA dan pindah ke Singapure. Eh, sebulan kemudian malah di selingkuhin sama pacar barunya. Karma noh! Hahahahah" ujar Agi sambil tertawa.
"Ck. Berisik lo! Ya, kamu sih ga bilang, kalo gitu aku pilih kamu aja loh. Eh, malah keburu pindah." sesal Argen.
"Ah, tadinya kalo dia ga pindah, aku bakal jadiin dia pacar aku, soalnya aku gak tega liat dia nangis abis kamu nembak Higra." ujar Arthur.
"Apaan sih kalian!" lerai Arvey lagi sambil tersipu malu.
"Alahhh kalian mah php doang, huuu~ Eh by the way siapa suami kamu yang beruntung itu vey?" tanya Agi.
"Hmmm........ Aku bohong kok. Aku belum menikah, hehehehe" jawab Arvey.
"SERIUS?!!!" serempak ketiga mahasiswa itu terkejut lagi.
"Seriuss hahaha, kalian nih percaya aja. Tapi tentang aku di lamar tiga bulan yang lalu emang benar adanya, hehehe dan aku belum jawab. Aku minta waktu 3 bulan, hehehe entahlah, dia bakal tunggu aku atau enggak." jelas Arvey.
"Berarti masih ada kesempatan dong, ya gak thur? Eh jangan ajak lo lah, nanti gw kesaing." goda Argen.
"Yeeehhh, jangan vey. Jangan mau. Kalo tiga bulan, berarti bulan ini dong?" ujar Agi.
Arvey hanya mengangguk.

Mereka pun berbincang-bincang tentang masa SMA mereka. Tiba-tiba seseorang berkemeja biru datang menghampiri mereka. Tubuhnya tegap berwibawa. Matanya sebiru laut dan senyumnya bak karamel yang dilelehkan. Begitu manis dan tampan.

"Vey? Can I speak with you? " ujar seseorang itu pada Arvey.
"Oh, ya. Wait a minute." jawab Arvey.
"Siapa dia vey?" tanya Agi.
"Dia yang sedang kita bicarakan. Sebentar ya." jawab Arvey.

Arvey pun menghampiri pria itu.

"Whuuttt??!! Gile, jauh banget levelnya sama kita gen." ujar Arthur.
"Bakal diterima gak ya? Aku sih masih yakin hatinya buat aku." jawab Argen percaya diri.
"Gak lah, kali aja dia milih aku. Kan waktu dia berangkat ke Singapure ada aku disana." jawab Arthur.
"Aku yakin dia akan terima." jawab Agi.

Seseorang yang bersama Arvey, mengatakan sesuatu lalu berlutut dan menyuguhkan sebuah cincin padanya. Arvey berkaca kaca dan mengangguk.
Dia memeluk pria itu.

Pinky RosesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang