Tempting

14.3K 563 10
                                    

"Nin, ada Bagas di depan kantor. Dia sedang mencarimu." Naras memberitahuku.

" Biarkan saja, Ras. Tolong kamu bilang ke dia aku tidak ingin bertemu dengannya lagi."

"Tapi dia memaksa, Nin. Cepatlah. Jangan selalu menghindar. Selesaikan masalahmu sebagai wanita dewasa."

Aku beranjak malas menuju lobby kantor. Bagas biasa menungguku disana. Ah, rasanya aku belum siap untuk bertemu dengannya. Aku masih tidak mengerti bagaimana harus berhadapan dengan Bagas saat dia bukan kekasihku. Tanpa sadar aku berjalan melewati lift.

BRUKKK

Buku-buku yang dibawa Jordan jatuh berantakan semua. Aku tidak sengaja menabraknya dan aku kehilangan keseimbangan sehingga jatuh tersungkur di depan Jordan.

"Nin, kamu baik-baik saja?"

"Ah, ya, aku baik-baik saja. Maaf aku tidak berhati-hati." Aku menjawab kikuk dan segera bangkit setelah membereskan buku-buku yang dibawa Jordan. Setelah aku berdiri, aku kembali kehilangan keseimbangan karena salah satu hak sepatuku patah. Jordan dengan sigap menangkapku sehingga saat ini posisi kami seperti posisi pasangan romantis di novel-novel romance yang sering kubaca.

wajahku berada sangat dekat dengan Jordan. Entah mengapa aku merasakan degup jantungku berpacu tak beraturan. Wajahnya mendekatiku dan aku pikir ia akan menciumku.

"Nin, sepatumu menginjak kakiku. Bisakah kamu bergeser?"

Aku sontak bergerak dan akhirnya aku sukses menyeimbangkan tubuhku sehingga dapat berdiri tegap kembali. Aku merasakan panas di wajahku. Aku sangat malu dengan pemikiranku yang sempat mengira Jordan akan menciumku. Aku ingin segera berlari dari hadapannya dan berharap gedung kantorku ini runtuh dan menelanku saat itu juga. Aku segera berinisiatif mngambil langkah seribu untuk menyelamatkan harga diriku di hadapan Jordan.

"Anina!" Jordan memanggilku lagi. Aku tidak tahu apa yang akan dikatakannya tapi aku memiliki firasat buruk. Dengan ragu, aku menoleh dan mendapatkan Jordan sedang tertawa. Menertawaiku tepatnya.

"Ada apa lagi? Aku sedang buru-buru."

Jordan berjalan ke arahku dan mendekatkan mulutnya ke telingaku.

"Kancing bajumu lepas."

Wajahku pucat pasi. Aku tidak menyadari kancing bajuku lepas sehingga belahan dadaku tidak malu-malu muncul dari sana. Jordan tertawa melihat ekspresiku. Ia sangat puas bisa menggodaku.

"Warna merah sangat cocok dengan kulitmu, My Sexy Junior." Jordan melirik ke arah bra yang kupakai lalu pergi meninggalkanku dengan tertawa puas. Ia merasa menang karena berhasil membuatku tak berkutik menghadapi godaan-godaan yang ia layangkan kepadaku.

Aku segera mengambil langkah seribu ke arah yang berlawanan dengan Jordan. Oh Tuhanku! kenapa Jordan bisa jadi semenggoda itu? kenapa sekarang aku merasa ia sering menggodaku? Ah pasti hanya aku yang terlalu percaya diri.

Setelah perjuanganku mencari peniti untuk mengaitkan kancing bajuku, akhirnya aku menuju lobby untuk menemui Bagas. Saat aku keluar dari lift aku melihat Bagas sedang tertunduk di kursi tamu. Didepannya ada Naras yang sedang berdiri dengan berkacak pinggang. Naras membelakangiku sehingga aku tidak dapat melihat ekspresi wajahnya. Tapi dari gestur tuhunya, terlihat seolah Naras sedang marah kepada Bagas, entah masalahnya apa. Sepertinya Naras sedang menceramahi Bagas karena ia telah bodoh berselingkuh dariku! Huh rasakan kamu Bagas!
Aku bergegas menghampiri mereka. Aku berdeham kecil untuk memberi tanda bahwa aku telah ada disana. Naras dan Bagas sontak kaget melihat kedatanganku. Bagas segera berdiri dan menarikku menjauh dari Naras.

"Ada apa?" tanyaku penasaran.

"Naras selalu memarahiku karena telah bodoh Anina."

Aku hanya mengangguk. Memang tepat dugaanku.

"Anina, Sayang, aku ingin bicara. Aku tidak bisa terlalu lama seperti ini Anina. Aku nerasa seperti zombie yang sudah mati tetapi hidup."

"Kamu berlebihan." jawabku ketus.

"Kamu boleh bilang aku berlebihan tapi itu yang aku rasakan sekarang. Sayang, maafkan aku. Kembalilah padaku. Kita bisa memulai semuanya dari awal lagi."

"Tidak ada hubungan yang berhasil tanpa adanya kepercayaan, Gas. Aku sudah tidak akan bisa lagi percaya padamu."

Saat itu aku melihat mata Bagas memerah dan tiba-tiba saja bulir-bulir air mata Bagas menetes. Bagas berusaha menutupinya dengan menekan-nekan tulang hidung bagian atasnya. Baru kali ini aku melihatnya menangis.

"Anina, aku memang jahat. Tapi aku sudah mendapatkan hukumannya. Kamu boleh memberiku hukuman apapun tapi jangan yang satu ini Anina. Jangan pergi."

Bagas bicara dengan sekuat tenaga agar tidak terisak. Aku sedih melihatnya. Rasa iba dan rindu bercampur dalam hatiku. Tapi setengah hatiku yang lain merasa sangat sesak mengingat semua pengkhianatan Bagas kepadaku. Aku tidak akan pernah bisa melupakannya.

"Gas, banyak perempuan yang akan menerimamu. Tapi bukan aku. Aku sudah tidak bisa."

"Anina hanya kamu yang bisa menerimaku."

"Itu dulu, Gas. Saat kamu masih menjadi Bagasku yang polos, yang selalu memikirkan dan menjaga hati gadisnya."

"Anina.."

"Aku harus kembali bekerja. Aku anggap pembicaraan ini telah selesai dan jangan menemuiku sementara ini."

Aku segera berbalik dan pergi menuju pantry. Pantry kantorku ini berada di belakang dekat parkiran. Aku ingin memastikan Bagas akan pergi dari sini. Aku sudah tidak bisa berhadapan dengannya lagi. Kekuatanku telah habis. Sekarang aku hanya ingin menangis.

Pantry sangat sepi. Biasanya disini ada Ujang dan Atik yang bertugas menjaga pantry dan membuat minuman. Aku melihat ke arah parkiran dan kutemukan mobil Bagas sudah beranjak pergi. Setengah hatiku ingin berteriak menyuruh Bagas kembali tetapi setengah lainnya meneriakkan sumpah serapah untuk hatiku yang terlalu lemah dan bodoh. Tidak. Aku tidak lemah dan aku akan menunjukkannya kepada semua orang. Anina Tunggadewi tidak akan pernah lemah.

"Jangan melamun seperti itu. Tunggu, jangan bilang kamu sedang melamun jorok, ya?"

Aku segera berbalik dan mendapati Jordan sedang berdiri tepat di belakangku. Senyum nakalnya tidak luput dari pandanganku.

"Heh sembarangan kamu kalau bicara."

"Aku tidak keberatan jika kamu sedang membayangkanku."

"In your dreams, Jor."

"Hahaha Anina, have I told you that you are so freakin sexy?"

"It's not a question anyway."

"Just for you know. You are smart, sexy, and pretty amazing. Don't let anyone let you down."

Setelah mengatakan hal itu Jordan langsung beranjak meninggalkanku yang masih terpaku mendengar pernyataannya barusan. Apa dia bilang tadi? Aku pintar, seksi, dan.. luar biasa? Omagaaaa, pasti ini hanya godaannya kepadaku. Dasar Jordan! Belakangan ini aku melihat ada yang berbeda darinya. Biasanya aku melihatnya sebagai sosok yang serius dan dingin tapi belakangan aku baru menyadari ia adalah sosok yang hangat, penuh canda, dan menggoda. Errrrr... apa yang barusan kubilang? menggoda? Yah, tapi kenyataan memang ia menggoda. Koreksi, SANGAT MENGGODA.


HAI READERSSSSS
Aku mohon maaf lagi yah karena kelamaan update. Soooo many tasks to do sampe my to do list penuh banget huhuhu
Terima kasih udah mau nunggu dan tetap membaca Let Me Touch You.
Jangan lupa vote dan comment biar aku semakin semangat hehe

Love, Author.

Let me touch youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang