Aku berjalan menuju lapangan basket yang berada di gedung kedua sekolah ku -Kharisma NusaBangsa-, tentunya kalian tau apa yang kulakukan menuju lapangan Basket pada jam pelajaran di hari Kamis. Ya, aku ingin melihat permainan Kalvin bersama bola orange-nya itu. Setiap hari kamis dan sabtu di jam pelajaran kedua, Kalvin pasti akan bermain basket. Aku tau karena aku sering memperhatikannya, bisa dibilang aku ini seorang stalker.
Tepat saat pintu lapangan terbuka, Kalvin memantul-mantulkan bola orange itu lalu men-shoot kedalam ring. Yap, bola itu masuk dengan sempurna. Kemudian pandangannya menatapku yang duduk di kursi penonton. Aku tersenyum kemudian melambaikan tanganku. Dia terdiam lalu melanjutkan permainan basketnya. Aku baru ingat, Kalvin tidak mengganti seragamnya dengan jersey basketnya. Alisku saling bertautan ketika melihat jersey basket Kalvin berada di kursi dekat Ring.
Aku berjalan mengambil jersey itu kemudian memberikannya kepada Kalvin "lo keringat terus gak ganti baju, dan masih ada 3 jam pelajaran hari ini, gak mungkin kan lo mau masuk kelas dengan bau yang ga enak?"
Kalvin menaikkan alisnya "terus?"
"Gue gak mau cogan kaya lo di ejekin sekolahan karena bau yang ga enak, masa cakep-cakep bau sih?"
Dia tertawa kecil. Aku baru sadar, saat ia tertawa saat itu juga jatungku berdegup tak teratur "secara langsung atau gak langsung, lo bilang kalau gue ganteng kan?"
"Lo emang ganteng" ucapku tersenyum tipis. Muka Kalvin sedikit memerah, dia malu?
"Ya udah gue ganti" Kalvin hendak membuka seragamnya. Dengan cepat kilat aku membalikan badanku menghadap ke arah lain agar aku tak melihat apapun yang membuat jantungku akan keluar. Terdengar kekehan kecil di mulutnya. Aku di tertawai olehnya.
---
"Jadi gimana?"
Aku menoleh kesamping. Terlihat Viona memandangku dengan tatapan meminta pertanggung jawaban karema sudah membuatnya penasaran selama jam pelajaran ketiga berlangsung. Tadi Viona bertanya kenapa aku sering tidak masuk jam pelajaran kedua saat hari kamis dan hari sabtu.
"Gue lagi ga mau ngasih tau lo, yang ada mulut lo ember ke mana-mana"
"Huh, ini sama aja lo udah PHP-in gue" Viona menekan kata PHP di akhir kalimatnya.
Aku menghela nafas kemudian meninggalkan Viona yang menatapku kesal. Viona adalah temanku saat aku di Kharisma, bisa dibilang aku baru bersekolah disini selama 1 bulan. Awalnya aku benar-benar tidak tau di gedung kedua itu ternyata lapangan basket, tetapi setelah melihat Kalvin yang sering menuju lapangan di jam pelajaran kedua membuat ku penasaran, kenapa dia ke lapangan itu saat pelajaran berlangsung? Dan pertanyaan itu belum terjawab sampai sekarang.
Aku menyusuri panjangnya koridor menuju perpustakaan yang berada di ujung koridor kelas 10. Tadi bu Neli menyuruhku untuk mengambil buku paket Ipa untuk di bawakan ke mejanya.
"Bu, buku paket ipa di lorong mana ya?" Tanyaku kepada penjaga perpustakaan, Ibu Fatma
"Lorong ke-empat, di bagian paling belakang" aku mengangguk mengerti kemudian berjalan menuju lorong ke empat. Samar-sama aku mendengar suara bisikan pengunjung perpus yang tak lain suara sekelompok perempuan yang sedang.. uhm, bergosip.
"Seriusan lo Ra? Kalvin berdua bereng cewek di lapangan basket?"
"yang jelas gue ngeliat Kal bareng cewek, gue ga tau wajah ceweknya kaya gimana soalnya cewek itu ngebelakangin pintu, rambutnya sepinggang terus warna coklat, dan.. dia pake sepatu nike warna pink, cuman itu doang yang bisa gue liat, selebihnya dia make seragam yang sama kaya kita" aku tercegang mendengar cewek yang dipanggil 'Ra' itu menjelaskan ciri-ciri orang yang dilihatnya bersama Kalvin di lapangan basket. Ya, itu aku.
Aku segera meninggalkan perpustakaan dengan membawa buku paket ipa yang disuruh bu Neli. Untuk sekarang, tujuan ku cuma satu yaitu menuju ruang ganti.
Diruang ganti aku aku mengetikkan sebuah pesan sigkat kepada pak tajo, supirkuPak, tolong bawain Lavi sepatu warna putih sekarang ke sekolah, cepet ya pak.. Lavi butuh mendadak sepatu itu
Setelah mengirim pesan text itu, aku mengirim pesan line kepada Viona.
Vi, gue minta tolong banget sama lo.. nanti pak tajo di parkiran bawain gue sepatu putih, terus lo ambil dan bawain gue ke ruang ganti. Secepetnya ya Vionaaaaa
Sumpah, aku lupa dengan satu fakta bahwa Kalvin adalah the most wanted boy di Kharisma. Dan sekarang aku ada di lingkaran dengan keadaan Darurat. Panda-panda kalvin sudah beraksi. Aku ingat terakhir kali saat Moli, salah satu siswi yang terang-terangan mendekati Kalvin berakhir dengan mengundurkan diri dari kharisma. Dan pastinya aku tidak ingin menjadi moli kedua.
Pintu ruang ganti terbuka, menampakkan Viona dengan Shopping Bag di salah satu tangannya. Aku tersenyum kemudian mengambil Shopping Bag itu Namun gagal, Viona mengangkat Shopping Bag itu tinggi-tinggi hingga aku susah menggapainya.
"Karena gue udah nolong lo, lo harus cerita semuanya dari awal sampai akhir.. kalo enggak, gue ga bakal kasih lo sepatu ini" Kata Viona Sambil memeletkan lidahnya.
Aku mengangguk pasrah kemudian mengganti sepatu ku lalu mengikat rambutku keatas. Semuanya sudah rapi. Cewek yang dilihat oleh panda-panda Kalvin bukan ciri-ciri Lavi sekarang.
"Sekarang lo cerita"
---
Vote+Comment :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavi's Life
Teen Fictionwalau kita tidak bahagia bersama, setidaknya aku harus melihatmu lebih dulu bahagia:)