Aku merebahkan tubuhku dikasur. Hari ini aku benar-benar sangat lelah. Besok hari jum'at dan aku sama sekali belum memilih eskul untuk dimasuki. Aku ingin memasuki eskul musik, tapi aku sama sekali tidak mengerti apapun tentang musik, yang aku tau hanya bernyanyi. Tunggu... bernyanyi? Apa aku masuk paduan suara saja?
"Laviiiiiii" panggilan itu terdengar nyaring telinga ku walau di batasi dengan dinding kamarku. Itu pasti Viona.
Dalam hitungan detik pintu kamarku terbuka menampakkan orang yang baru saja namanya ku sebut tadi. Lavi langsung menyerang kasurku hingga seprainya kini tak beratur. Oke, kebiasaan Viona memang begini.
"Kok kesini?" Tanyaku.
Viona menoleh cepat kearahku "hell, gue mau cerita"
Aku menaikkan alisku menatapnya dengan tatapan bertanya.
Viona memperbaiki posisi duduknya "tadi gue liat Daffa"
"Siapa?Terus?"
"Dia kaya lagi bicara gitu sama Kalvin, ga tau deh bicara tentang apa.. yang pasti itu keliatan kaya mereka bicaranya bicara tentang.. um, yang pasti mereka ngebicarain hal penting"
"Mereka pacaran kali ya?"
"Masa mereka Homo, gak.banget."
"Ya udah, kalo gitu itu urusan Daffa sama Kalvin dong ya? Masa sih kita ikut campur urusan mereka? Haha Gak.banget" Aku tertawa garing. Sebenernya aku juga penasaran, tapi apa boleh buat. Aku gak terlalu kenal Kalvin dan.. apalagi cowok yang di sebutkan oleh Viona. Siapa tadi namanya? Daffa?
"Lo kan suka sama Kalvin, masa ga ada rasa penasaran sama sekali sih? Biasanya-"
"Gue.gak.suka.sama.kalvin.
Viona tertawa "halah, ini tuh udah kejadian yang mainstream banget tau gak? Awalnya bilang gak suka, terus lama-lama jadi suka"
aku hanya terdiam, mungkin viona benar. Kalau aku tidak suka sama Kalvin, kenapa aku sering melihatnya di lapangan basket sampai-sampai membolos pelajaran. Dan pada saat dia tertawa, kenapa jantungku sulit di ajak kerja sama?
---
"Gue, Laviola Amanda Syahara dari kelas X.3" Aku tersenyum menatap setiap orang yang berada di hadapanku.
Hari ini aku sudah memutuskan akan memasuki eskul musik. Entalah, aku sangat nekat aku tidak tau menggunakan alat musik apapun, yang aku tau hanya satu yaitu bernyanyi.
"Lo bisa main alat musik apa?" Aku melihat nametag cowok yang bertanya itu. Ravin Marsco.
Aku menggeleng kemudian tersenyum "gue ga tau main alat musik"
Sontak semua orang kaget menatapku. Seseorang diujung sana yang tadinya menelungkupkan mukanya di meja kemudian menatap ku. Oke. Jantungku mulai tidak stabil melihat Kalvin di ujung sana, ia tampak terkejut melihatku.
"Kenapa lo masuk musik, kalo lo ga tau main alat musik sama sekali!?" Tanya co-Ravin, lebih tepatnya dia membentak.
Aku menunduk tidak menjawab pertanya Ravin.
Ravin mendecak sebal "lo keluar dari eskul musik deh sekarang"
Aku membalikan badanku berjalan menuju pintu keluar ruang musik. Aku berharap-
"Lo gak mungkin mutusin hal bodoh macam itu, Ravin"
-Kalvin menolongku. Aku berhenti berjalan di ambang pintu. Sebuah tangan menarik
pergelangan tanganku untuk berdiri disampingnya. Ya, dia Kalvin Attariksa."Dia mungkin punya bakat lain?" suara Kalvin terdengar di telingaku. "Lo bisa nyanyi?" lanjutnya lagi.
Aku terdiam beberapa saat lalu mengeluarkan suaraku.
"Loving him is like driving a new
Maserati down a dead-end street
Faster than the wind, passionate as sin, ending so suddenly
Loving him is like trying to change your mind once you're already flying through the free fall
Like the colors in autumn, so bright just before they lose it all"
Aku terdiam. Pandangan ku terarah ke arah Kalvin dan juga Ravin. Kalvin tampak tersenyum tipis, sementara Ravin... entahlah.
"Losing him was blue like I'd never known
Missing him was dark grey all alone
Forgetting him was like trying to
know somebody you never met
But loving him was red
Loving him was red"
Aku menatap satu persatu orang di hadapanku termasuk orang yang saat ini berada di sampingku. Pandangan kami bertemu. Hingga satu kalimat keluar dari mulutnya..
"Dia jadi patner gue di seminar nanti"
Setelah mengucapkan kalimat yang terdengar seperti bom untukku dan yang pasti untuk semua orang yang berada di ruangan ini, Kalvin berlalu meninggalkan ruang musik.
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali lalu melirik kearah Ravin yang terlihat syok. Aku membungkukan badanku sedikit lalu meninggalkan ruang musik untuk menyusul Kalvin. Apa maksudnya? Kenapa aku menjadi partnernya? Partner apa? Kenapa harus aku? Bahkan aku tidak tau bermain alat musik sama sekali. Oh god ini bener-bener gila.
---------
HAIIII..
LAMA BANGET GA UPDATE WKWKCuman mau bilang, makasih udah nunggu cerita yang gaje ini wkwk..
Btw di mulmed ada lagunya taylor swift - red yang dicover-in sama Chrissy Costanza alias Lavi :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavi's Life
Teen Fictionwalau kita tidak bahagia bersama, setidaknya aku harus melihatmu lebih dulu bahagia:)