Aku melempar bola orange itu ke sembarang arah. Yah, hari ini mata pelajaran olaraga tentang basket, dan kalian tau apa? Sungguh sama sekali aku tidak ahli dalam olaraga basket, jika boleh memilih aku lebih suka sepak bola dibandingkan basket.
Aku mengingat kejadian 4 hari yang lalu. Aku mengejar Kalvin dan bertanya apa maksudnya menjadikan ku partnernya di seminar nanti, dan tebak dia menjawab apa?
Dia hanya tersenyum manis dan tidak menjawab apa-apa, melainkan dia pergi meninggalka ku di koridor sendirian.
Gila gak sih? Mana ada cowo yang di tanya hanya menjawab dengan senyuman?
Ada sih..... namanya orang gila.
"LAVIII!!!" suara teriakan membawa ku balik kdari lamunan ku tentang.. orang gila itu. Aku mendongak mendapati seorang lelaki tua yang berkumis lebat dengan perut yang membesar seperti ibu-ibu hamil memegang kepalanya lalu menatapku dengan tatapan seperti pencabut nyawa yang siap beraksi kapan saja.
Dan aku tau penyebabnya, bola yang kulempar mengenai pak buncit, maksud ku Pak Edo, guru olahraga ku.
Pak Edo berjalan kearahku dengan tampang yang dijelekkan-bahkan tidak di jelekkan pun dia emang udah hancur dari sananya, astaga aku dosa deh hina orang yang lebih tua
"Laviiiolaa! Kamu ini bisa main atau tidak sih? Kamu itu hampir buat kepala saya hancur berkeping-keping gara-gara bola yang gak bisa kamu kendaliin! Lagian, kamu lempar bolanya seharusnya ke ring bukan ke kepala bapak! Emang kepala bapak ring basket?!"
Pak edo lebay. Hm
"Saya kan udah bilang, saya gak tau main basket sama sekali.. tapi, bapak maksa mulu sih, jadi gini kan hasilnya"
Pak Edo membulatkan matanya semakin lebar "Kamu kok ngelawan saya? Disini saya yang jadi korban!"
Oke, asli dari seorang pak buncit sudah keluar. Melebay-lebaykan masalah.
"Laviii!!! Kamu denger bapak gak sih?" Aku menghela nafas kemudian mengangguk. "Begini ya Lavi, sebenernya saya mau kasih masuk kamu ikut pertandingan basket antar sekolah nantinya"
Aku membulatkan mataku tak percaya. Pak Edo di kasih makan apasih sama istrinya? Kok jadi bego begini, aku kan gak tau main basket malah disuruh ikut lomba.
"Tapi karna kamu yang bego banget main basketnya, jadi saya gak jadi milih kamu..."
YES
"Tapi..saya mau kamu yang ikut lomba basketnya"
SHIT
aku meringis "aduh pak, lebih baik jangan deh.. saya sama sekali gak tau main apalagi diikutin dalam pertandingan, bisa-bisa sekolah kita bakalan amburadul"
Pak Edo terkekeh "ya, saya sebenernya juga gak mau.. Laviola"
ASTAGA, INI GURU MAUNYA APA COBA? TADI BILANG DIA MAU, SEKARANG KENAPA DIA BILANG GA MAU?
Aku lagi-lagi menghela nafas panjang "bapak, plis deh jangan bikin saya kaya orang tolol begini, tadi katanya bapak yang mau, tapi kenapa sekarang bapak gak mau?!"
"Ah, saya juga bingung, laviola.. yang penting kamu ikut pertandingan basket itu! Titik" setelah mengucapkan kalimat ter-bego yang pernah aku dengar, Pak Edo pergi.
Anjrit. Aku harus gimana?
Masalah nambah lagi kan?
Yatuhan, kenapa hidupku penuh dengan masalah sih?
--
makin gajelass ceritanya x_x
Makasih yang udah setia nungguin cerita gaje ini hehe
Don't forget to vomment :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lavi's Life
Teen Fictionwalau kita tidak bahagia bersama, setidaknya aku harus melihatmu lebih dulu bahagia:)