#3 imagine

275 11 1
                                    

[warning : sexual content]

"Baby, hurry up." Justin berteriak perlahan di depan deretan lemari pakaiannya. Dia terlihat kebingungan memilih outfits yang akan dia kenakan malam ini.

Aku baru saja menyelesaikan mandi; dengan handuk yang masih menggulung di kepalaku dan hanya bra serta underwear yang melekat di tubuh.

"What's the matter justin?" Tanyaku seraya menempatkan salah satu tangan dibahunya.

Justin melirikku sepintas dan matanya kembali menyapu sususan baju miliknya. Bibirnya tak tinggal diam; bergeser keatas bawah dan berputar.

"What should i wear?" Tanyanya begitu lugu.

"Damn baby, just wear a denim and white t-shirt." Remehku seraya menampar pipinya lembut.

"Seriously?"tanyanya.

Aku segera berhambur ke lemari pakaianku yang berada di seberang lemari pakaian milik justin seraya menjawab pertanyaanya "uhmm."

Aku tidak mendengar lagi suara justin selama beberapa detik; aku membuka lemari pakaianku dan saat sedang memilih pakaian, aku merasa ada tangan yang melingkar di pinggangku.

Thats must be justin.

"How about we wont go to club?" Suara seraknya menggema di telingaku; oh lord. Suaranya ampuh mengaktifkan seluruh jaringan nadiku.

"Why?" Aku berusaha untuk tidak menghiraukannya; tidak menghiraukan jawline nya yang menggesek-gesek leherku; tidak menghiraukan jari-jarinya yang sedari tadi bermain mengitari perutku; tidak menghiraukan segala sentuhannya.

"I dont know, i just wanna put you down on me." Bisiknya dan setelah kalimat itu terucap justin langsung mengecup pipiku.

Dayum

Sedetik setelah justin mengucapkan kalimatnya, seluruh aliran darahku mendesir amat kuat seakan mendapat hembusan angin yang dahsyat.

"My body on you?" Tanyaku seraya membalikkan badanku.

"Yes babygirl yes." Jawabnya lembut dengan dahi yang melekat dengan dahiku serta matanya yang menutup setengah; pertanda ia menyukai posisinya.

"How bout no? You have a show tonight, lil fuckboy." Jawabku.

"Who's care? I want you." Sahutnya.

Aku mendekat ke arahnya dan mengecup bibirnya; bibirnya menyambut hangat milikku dan bertautan dengan tenang. Berada pada posisi itu selama semenit.

Akhirnya aku melepaskan bibirku darinya walau butuh tenaga yang cukup kuat. Justin nampak tidak terima.

"Wear your clothes porn boy." Aku mengecup hidung super mancungnya dan berlalu mengambil pakaianku.

"Fuck." Gerutu justin.

"Oh come on." Lanjutnya dengan nada memohon.

Justin membuntutiku ke arah kemari pakaianku. "Baby please." Mohonnya.

"Not now baby, we should go." Sanggahku.

Justin diam tak menjawab penolakanku. Dia menatapku lekat hampir tak berkedip; memberiku tatapan anak anjing yang super cute. Omg i cant handle it.

"Dont give me eyes like that, baby justin." Aku berdiri tepat dihadapannya dan justin masih tak bergeming; diam dengan wajah super cutenya.

Aku menatap wajahnya lekat-lekat. Dia terlihat seperti anak kecil yang tidak diberi hadiah saat natal.

"Owh, okay okay. I lost you win, justin please stop do that." Aku meraba pipi dan memeluk erat tubuhnya. Aku tak tahan melihat apa yang ia lakukan.

Aku menyukai kenyataan bahwa justin selalu tak pernah puas denganku.

"Oooh, my big baby come on. Mama its here." Candaku seraya mengelus wajah justin.

"So lets do it baby." Serunya.

"Fuck you bieber." Tawa kecilku menggema.

"What? You wanna fuck me? Shit i love to fuck you more." Tanyanya dengan beribu kepura-puraan.

"Shut up, just do it or not?" Tawarku malas.

Justin tak menjawab perkataanku; tangannya langsung meraup tubuh half nakedku dan menggendong dengan bridal ke arah tempat tidur.

Secara otomatis bibir justin mencari keberadaan bibirku dan mereka saling bertautan; mencari selah ternyaman satu sama lain.

Tangannya secara refleks membuka pengait braku dan payudaraku terekspose. "You know what baby? I always love your boobs." Terangnya lalu mencium mereka secara bergantian.

"But they're so tiny." Aku mengangguk setuju dan berpendapat.

"Dont worry angel, i can make them bigger. Wanna try?" Godanya.

"Maybe yes, but slowly." Terimaku.

"I love slow." Justin tersenyum dan bibirnya kembali tenggelam di bibirku.

Kedua tangannya yang kosong dengan bebas memainkan boobsku. Memijit lembut, memilin, menggenggam lembut dan berulang-ulang.

Punggungku hanya mampu bergerak keatas dan kebawah secara berkesinambungan; saat tangannya menggenggam erat boobsku, punggungku naik; saat justin melepaskan boobsku, punggungku turun. Mereka seirama dan otomatis; itu indah.

Bosan dengan tangan; bibir justin kini mengambil posisi di salah satu boobsku. Memilin, menjilat bahkan menggigitnya.

"Ahh!" Sentakku. Rasa sakit langsung timbul saat tak sengaja gigi milik justin menggigit nippleku.

"Sorry baby, my bad." Mohonnya.

"You wanna eat my nipple or something, huh?" Kesalku.

"If i can, i'd love to." Jawabnya.

"Fuck you bieber." Gerutuku.

Dan kami melanjutkan kegiatan kami; tak peduli beberapa kali deringan telepon milik justin berbunyi. Pasti panggilan dari temannya yang ingin dia tampil malam ini.

But, i controlled him.

My boobs controlled justin bieber.




.

<thank you, sorry lord>
vomments peps😋

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 29, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

imagines stuckWhere stories live. Discover now