"Anak baru?"
"Anak baru!"
"Cowo cewe?"
"Cewe!"
"Pindahan dari mana dia?"
"Gue belum tau kalo soal itu"
"Cakep ga?"
"Mana gue tau"
"Nama nya?"
"Mana gue tau bahlul!"
"Ah lu jadi informan kaga bener!"
"Ah disalahin mulu gua"
Pembicaraan meja di belakang nya membuat Fari dan teman-temannya menajamkan telinga. Ya memang ada berita bahwa akan ada anak baru, pasalnya, mereka sudah 3 Sma. Bukankah tanggung pindah saat kelas 3? Fari memutuskan untuk tidak peduli akan anak baru itu.
----------
"Iya woy! Dia lumayan! Kayanya bakal masuk geng gaul deh. Gayanya aja kaya anak gaul"
"Tas nya dia lucu bangett!! Jansport nya ga pernah gue liat tuh!"
"Gila rambut nya di highlights coklat!"
"Mukanya kaya judes gitu ya?"
Gosip gosip terdengar di sepanjang koridor. Fari yang ingin ke kelas merasa terganggu. Tapi sebenarnya agak penasaran juga sih. Tapi yang Fari tahu anak baru itu tidak masuk ke kelasnya. Karena sistem sekolah nya, diurut sesuai mereka saat belajar, bukan hasil belajar, tapi di saat pelajaran berlangsung. Memang agak aneh srbenarnya. Fari memutuskan untuk segera ke kelasnya, merasa risih karena koridor sangat ramai.
Saat sampai di kelas, ternyata kelas nya juga ramai. Beberapa gadis berkelompok di bagian kanan depan, sedangkan yang laki-laki bergerumbul di pojok kiri. Dan samar-samar, kedua kelompok membicarakan topik yang sama, anak baru.
----------
"BRO BRO!" Panggil Farhan, salah satu teman Fari. Fari dan yang lain sedang duduk di meja kantin, kantin terasa sesak karena banyak anak baru, atau kelas 10. Farhan duduk di kursi yang kosong, terengah-engah sehabis berlari.
"Lo kenapa? Dikejar Pak Doni ya?" Tanya Rasyad.
"Engga! Gue ada berita- HOT!"
"Se HOT gue nggak?"tanya Rasyad lagi sambil mengedipkan mata kanannya.
"Gila lu homo, jadi, duh sesek nafas, bentar gue irup nafas dulu" lalu Farhan menghirup udara dalam-dalam. Lalu menghembuskan nya. Lalu ia kembali berbicara.
"Anak baru! Dia masuk ke kelas gue! Dan H-O-M-G (hell oh my God) gue spechless!"
"Kenapa emang? Cakep?"
"Cakep sih lumayan, dia tinggi, rambut nya di warnain item-coklat gitu. Dan lo tau? Dia pindahan dari luar negeri!"
"Wuidih boleh tuh, luar negeri itu dimana maksud nya?"
"London!"
"Oooh"
"Ooh"
"Oooh"
"Oh"
"..... KALIAN KOK GAASIK BANGET SIH?" Protes Farhan, melihat reaksi teman-temannya. 'Ooh'? Cuman ooh??
"Oke ulang-ulang"
"Okeh. Gue ulang ya. Pindahan dari London!"
"APAAAAA? DARI LONDON??"
"WUIDIH GILAAAA"
"HAH SERIUS DEMI APA?!"
"WHAW KHEREN!"
"WOW GILA GILA KEREN BANGET"
"ANJIR LONDON BRO LONDON"
"IYA LONDON BRO"
"IYA LONDON!"
"Udah?" Tanya mereka.
"Much better" jawab Farhan dengan cengiran bangga.
----------
Fari menuju parkiran sekolahnya, berniat mengambil mobil bututnya dan pulang ke rumah. Parkiran sekolah berada di luar. Itu berarti harus keluar dari gerbang sekolah lalu menuju parkiran. Menuju ke parkiran sekolah, ia bisa melihat warung gulai tepat di depan sekolahnya. Disana, sang bapak penjual -atau bapak ketiga Fari- sedang tertawa kencang dengan seseorang. Pak Dulloh, tertawa kencang dengan sang anak baru. Diluar ekspektasi Fari.
Sebuah mobil berhenti di depan warung. Sang cewe merogoh kantongnya, mengambil 100ribuan. Sang bapak mengambil kembalian, tapi entah kenapa, sepertinya Pak Dulloh kehabisan uang receh -dipake beli permen mulu sih- . Sang cewe berkata yaudah saya nabung disini aja. Jadi kalau mau makan gausah bayar lagi, oke?! Lalu sang bapak menangguk. Sang cewe masuk mobil. Mobil nya range rover. Yang ngemudiin anak cowo, cakep. Terus Fari sirik. Sang cewe pergi, begitupun Fari.
------------------
YEA YEA GARING KAYAK EMPING
Chao people!
KAMU SEDANG MEMBACA
She
Teen Fiction"Bro, liat cewe itu deh. Natap kita sinis banget ya?" Pertanyaan Rendy membuat satu meja menoleh. Melihat ke arah Gadis yang duduk agak jauh dari mereka. "Ngga ke kita bro, ke... Elu" Farhan menepuk bahu Fari. Sedangkan Fari entah ingin berbicara ap...