Tiga

108 6 4
                                    

Alvin keluar dari salah satu Hotel Bintang Lima di Jakarta. Jangan tanya kenapa ia keluar dari hotel, ayahnya masih mengurus rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya. Dan mungkin nanti mulai bisa ditempati. Alvin pun bergegas untuk mengambil motor di parkiran yang akan dikendarainya menuju SMA barunya. Ini hari pertama Alvin bersekolah disana, karena ia baru saja pindah dari kota asalnya, Bandung.

Tak butuh waktu lama, Alvin telah sampai di sekolah barunya. Diparkirkan motornya pada halaman parkir sekolah, dan langsung menuju ruang guru. Alvin sudah tau letak-letak semua ruangan di sekolah ini. Tau kenapa? Kemarin ia dan ayahnya sudah datang kesini, sekedar melihat-lihat sekolah barunya.

"Misi Bu, Pak" sapa Alvin sopan.

"Eh iya, kamu Alvin kan? Murid pindahan dari Bandung?" tanya guru perempuan itu -Bu Ratna- yang Alvin lihat dari name tagnya.

"Iya Bu" jawabnya sopan.

"Oke, tunggu sebentar ya.." Bu Ratna memanggil salah satu guru yang sedang mengobrol dengan guru lain. Yang Alvin dengar bernama Pak Dadang.

'Lucu' batinnya.

" Oke Alvin, kamu ikut saya. Saya akan menunjukkan kelas kamu, kebetulan hari ini jadwal saya mengajar disana" ucap Pak Dadang ramah.

"Baiklah Pak" Alvin pun mengikuti Pak Dadang yang menuju kelasnya. Tidak, tidak ada perasaan gugup dalam dirinya.

'X MIA-1' ucapnya dalam hati membaca palang nama di bagian atas pintu. Ia dan Pak Dadang pun memasuki kelas yang awalnya ribut menjadi hening seketika.

"Maaf saya telat masuk karena ada urusan mendadak. Oke..." Pak Dadang menggantungkan ucapannya.

"Oh ya, disamping saya ini adalah teman baru kalian. Silahkan perkenalkan diri kamu" lanjut Pak Dadang menoleh kearah Alvin.

"Ehm, gue Alvin Abimanyu Samudra. Pindahan dari Bandung, lo semua bisa panggil gue Alvin. Makasih"  ucapnya terkesan cuek. Alvin menghentikan pandangannya ketika melihat seorang perempuan yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Wah Samudra, luas dooong" celetuk salah satu laki-laki di kelas itu. Seisi kelas pun terbahak, Alvin berusaha untuk tetap diam. Tanpa mengatakan apapun, dengan memasang wajah datarnya.

"Udah diam semuanya, Alvin untuk sementara waktu kamu bisa duduk di bangku paling belakang" kata Pak Dadang ramah kepadanya.

"Terimakasih Pak" Alvin pun menuju bangku yang dimaksud oleh Pak Dadang, ia pun melirik perempuan yang ia liat tadi dan fokus berjalan. Dia tau sekarang ia sedang dilihat oleh para perempuan di kelasnya dengan tatapan kagum.

'ck ck gabisa liat orang ganteng apa' batinnya. Dengan langkah lebar ia telah sampai dibangkunya, dia duduk di samping cowok yang meledeknya tadi.

"Hai Vin, gue Revan. Yang tadi gue cuma becandaan doang" ucap Revan dengan cengiran di wajahnya.

"Haha, iya santai aja Van" ucap Alvin sambil tersenyum tipis.

***

Aku melirik perempuan berambut coklat yang menatapku tadi.

'Cantik' pikirku. Hah? oke stop Alvin kau jangan ngawur!

Teet teet teet

Bel istirahat pun berbunyi, Revan mengajakku untuk pergi ke kantin bersamanya. Ya tidak apa apa lah, berhubung sekarang aku hanya mengenal dia. Dalam perjalanan ke kantin, bisa ku rasakan seluruh pandangan ke arah ku dan Revan.

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang