Part 2

3.8K 136 3
                                    

Walaupun pulang lebih awal tapi aku tetap berjalan kaki kerumah. Aku terus melangkahkan kakiku. Tapi mataku tertuju pada sebuah mobil yang berhenti di dekat pohon rambutan sana. Bukan mobilnya yang membuatku tercengang. Melainkan sosok seseorang yang berada di dalamnya. Matanya begitu tajam menatapku. Hingga ia sadar matanya dan mataku bertemu dalam sebuah tatapan. Dengan cepat langsung menutup kaca mobil dan menjalankan mobilnya.


Aku diam sejenak mencoba menerka siapa orang itu? Semoga ia tak punya niat jahat padaku. Aku melanjutkan langkahku kembali. Seiring dalam langkah terbesit di benaku tentang sebuah rasa yang berbeda dalam hatiku saaat ini. Sebuah rasa yang sulit diterima akal sehat. Sebuah rasa yang sampai saat ini aku tak mau mengartikanya. Karena aku takut. Aku takut benar apa yang aku rasakan ini, jika yang aku rasakan ini benar? Betapa dosanya aku.

Tapi tiba tiba lamunanku buyar. Aku merasakan seperti ada sesuatu yang keras menabrak badanku sampai akhirnya aku merasakan diriku sendiri jatuh. Ingatanku secara perlahan mulai hilang. Pandanganku yang tadinya cerah kini perlahan menjadi gelap dan denyut nadiku bisa kurasakan denyut itu semakin lemah.

Aku seperti melayang saat ini. Mataku terpejam, aku tak bisa melihat apa apa. Tapi telingaku masih bisa mendengar sesuatu. Telingaku mendengar suara seorang pria yang sepertinya sangat ketakutan.Dan tubuhku tubuh yang baru saja tak merasakan apa apa. Kini aku rasakan ada tangan lain yang mengangkat tubuhku ini. Kini gelap itu secara perlahan telah berubah menjadi cerah. Darah yang aku rasa berhenti kni kembali lagi mengalir. Dan denyut nadi dan denyut jantungku aku rasa mulai pulih kembali. Tapi semua itu berganti dengan rasa sakit di kepalaku. Secara perlahan kubuka mataku. Aku mencoba menerka nerka sedang dimana aku saat ini. Bukan sedang di jalan menuju rumahku. Atau sedang berada dirumahku. Saat ini aku memang sedang terbaring di sebuah ranjang. Tapi ingatanku masih bisa menerka jika ranjang ini bukanlah ranjang yang ada di kamarku, ranjang ini lebih besar, dan lebih empuk beda dengan ranjangku.

Mataku menangkap seorang pria yang duduk di sebuah kursi. Rasa khawatir dan cemas sangat tersirat di raut wajahnya. Begitu tau aku sudah membukakan mataku ini ia langsung berdiri dan mendekat ke arahku.

"Kamu sudah sadar?" Pria itu mengeluarkan suaranya.

"Kamu siapa? Aku ada dimana?"

"Maafkan aku. Tadi aku tak sengaja menabraku Demi Tuhan aku tidak sengaja? Aku sangat khawatir melihat kepalamu mengeluarkan darah. Lalu aku langsung membawa kamu ke rumahku dan memanggilkan dokter, tapi untunglah dokter bilang keadaanmu baik baik saja. Tapi tetap saja aku merasa bersalah padamu"

Aku diam tercengang melihat pria ini berbicara. Mataku tertuju pada bibir merahnya. Memperhatikan bibir itu mengucapkan kata kata penyesalanya. Aku percaya jika pria ini memang tak sengaja, lagi pula aku rasa badanku memang baik baik saja. Hanya saja aku merasakan perih di kepalaku.

"Ia om gak papa. Lagi pula aku baik baik aja kok" Kataku membalas kata kata penyesalanya.. Ia pun tersenyum lega mendengar kata kataku.

"Syukurlah. Tapi tenang aja aku akan ganti semua kerugianya?"

"Kerugian apa om. Aku gak kenapa napa? Cuma cukup istirahat mungkin sudah pulih lagi"

"Serius kamu gak papa?"

Pria itu mengangkat alis kirinya. Menambah karisma sang adam yang saat ini ada di depanku.

"Ia om. Gak papa?"

"Bisa minta tolong?"

"Kenapa?"

"Jangan panggil aku om? Apa aku terlihat lebih tua di depan kamu? aku baru 24 tahun. Namaku Al.."

HADIAH UNTUK ADIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang