Part 7

3K 107 27
                                    

Malam ini di luar hujan dengan sangat lebat. Seakan bumi pun ikut menangis dengan kondisi adik kecilku saat ini. Ibu terus menangis di pelukan bi sri. Saat ini aku pun tak peduli dikatakan cengeng, atau apa. Karena aku tau sekuat kuatnya lelaki ia tetap manusia juga. Jadi kali ini lagi lagi aku tak bisa manahan air mataku agar tak menetes ketika dokter bilang kaki adik kecilku itu harus di amputansi.. Ya'Allah. Aku benar benar tak bisa memberi hadaih untuknya. Hadiah yang selama ini ia impi impikanya. Bahkan ia sering menggambarnya


Aku tak bisa membayangkan bagaimana nantinya. Adiku masih kecil untuk merima semua ini. Kenapa tidak aku..?? Rasanya aku lebih pantas menerima semua ini dari pada adik kecilku itu. Jika seandainya aku tidak pergi dari rumah.. Mungkin kejadianya takan seperti ini. Aku akan menyelamatkan adiku. Bahkan aku rela jika aku yang harus terbakar oleh api itu..

Hujan masih belum reda di luar sana. Angin malam ini begitu kencang sesekali suara petir pun terdengar. Sekitar jam 10 malam dokter keluar dan mengatakan sudah mengamputansi kaki adik kecilku itu. Setelah dokter memperbolehkan kami semua masuk kedalam. Kami pun masuk kedalam untuk melihat kondisi fajar.

Hatiku sakit.. Sakit sekali. ketika harus melihat adiku tertidur dengan kondisi yang berbeda dari biasanya. Ia hanya memiliki satu kaki sekarang. Ya'Allah Aku bisa merasakan betapa kesakitanya adiku saat ini.

Aku mendekat kearah adik kecilku itu. Matanya masih tertutup rapat. Ku cium keningnya. Dan air mataku jatuh di atas rambut ikalnya. Kulihat ibu sepertinya tak bisa melihat fajar dengan keadaan ini. Sesekali ia terjatuh di pelukan bi sri.. Sampai pak tarjo memapah ibuku...

1 Hari.....

2 Hari...

Dan Tak terasa kini 3 hari waktu sudah berlalu. Tapi adik kecilku itu masih belum sadarkan diri, matanya masih tertutup rapat. Ya'Allah.. Sembuhkan adiku. Aku ingin kembali melihat senyumanya..

Dan selama 3 hari. Kami saling bergantian mendampingi fajar untuk membacakan ayat ayat suci untuk adik kecilku. Berharap Allah masih menurunkan keajaibanya..

Tapi aku rasa Awal bulan juni. Semuanya selesai sudah.. Aku rasa bulan ikut menjadi saksi dimana adik kecilku pergi untuk selama lamanya. Tepatnya di malam sabtu sesusah isya. Fajar menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dan dokter baru saja mengatakan jika fajar sudah pergi untuk selamanya. Tapi aku tak percaya. Tadi aku lihat fajar tersenyum. Jari jarinya pun bergerak..

"Dokter jangan bodohi kami dok.. Jelas jelas tadi saya liat sendiri tangan adik saya bergerak... Matanya berkedip dok. Bahakan ia seperti tersenyum ke arah saya.."

"Maaf.. Tapi inilah kenyataanya. Adik anda sudah tak terselamatkan.."

"Tak terselamatkan.?? Ya dokter berusaha..?? Dokter kan di bayar.. Kalau dokter nyerah dan gak sanggup bilang dari awal.."

"Di.. Udah kamu yang ikhlas ya.." mas al merangkulku.. Mencoba menyadarkan aku agar menerima kenyataan ini..

"Mas Al,, mas al percaya sama dokter.?? Serius mas.. Tangan fajar tadi bergerak... Gak mungkin fajar meninggal..."

Tapi meskipun aku berusaha meyakinkan orang orang yang berada di ruangan ini. Kenyataanya memang tak seperti itu. Adik kecilku sudah pergi untuk selama lamanya dan beristirahat dengan tenang...

Kulihat ibu yang tak sadarkan diri di sofa yang berada diruangan ini. Bi Sri terus menenangkan ibuku.. Dengan beristighfar. Yah.. Segala sesuatu di bumi ini pasti akan kembali pada asalanya....

* * *

Malam semakin larut. Ibu sudah mulai bisa menerima semua kenyataan. Jika fajar adik kecilku itu sudah tak ada di dunia ini. Jasadnya kini sudah tertutup kain. Puluhan orang kini tengah membcakan ayat ayat suci untuk adiku itu.

HADIAH UNTUK ADIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang