Di luar aku menghirup dalam-dalam udara kota Barcelona, tidak tahu kapan aku bisa kembali lagi kemari. Rencanaku untuk mengelilingi kota ini terpaksa harus kubatalkan karena aku sudah merindukan Carmen dan juga Max, terlebih lagi aku tidak berani berwisata seorang diri di negara yang tidak kukenal. Beda ceritanya jika Thalia bersedia menemaniku, namun kenyataan berkata lain.
"Permisi, Nona. Apa kau bisa berbahasa Inggris?"
Aku menoleh pada seorang nenek yang tiba-tiba saja sudah berada di sebelahku. Wajahnya menunjukkan kepanikan yang tidak kumengerti. "Ya, ada apa?"
"Oh, syukurlah. Aku terpisah dari rombongan turku, dan aku baru saja kecopetan. Aku tidak tahu harus bagaimana karena sedari tadi aku tidak bisa menemukan seseorang yang bisa menolongku karena mereka tidak bisa berbahasa Inggris. Apa kau bisa membantuku, Nona?"
Astaga... Betapa sial nasibnya. Aku menyadari bahwa nenek ini terlalu tua untuk bisa mengejar seorang pencopet atau bahkan memutari kota sendirian. Akan tetapi di lain pihak aku harus segera mengejar penerbanganku. "Mengapa kau tidak pergi ke kantor polisi saja? Mereka bisa menolongmu, Nek."
"Jika aku bisa berbahasa Spanyol, mungkin sejak tadi aku sudah pergi ke kantor polisi seorang diri. Tapi tadi, kan, sudah kubilang bahwa mereka tidak bisa berbicara bahasa Inggris, bahkan seorang sopir taksi pun tidak mengerti ucapanku."
"Oke, oke." Aku mendesah, menjawab dengan suara lembut. "Kalau begitu biar kuantar kau ke kantor polisi. Ikut denganku." Aku memegangi tangan wanita tua itu dan membawanya untuk mencegat taksi. Dia tidak berbohong ketika berkata bahwa seorang sopir taksi pun tidak mengerti bahasa Inggris, jadi aku meraih ponselku dan mengetikkan beberapa kata di aplikasi penerjemah. Untungnya dia mengerti.
Kami langsung merangkak naik ke dalam taksi dan aku meminta sopirnya agar bisa menyetir lebih cepat. Melihat jam di tangan, aku sadar bahwa penerbanganku tinggal satu setengah jam lagi, bisa-bisa aku tertinggal oleh pesawat jika perjalanan ini memakan waktu yang lama. Sial.
Suasana kota Barcelona siang ini cukup padat, dan aku menghentakkan napas gelisah berkali-kali. Sesungguhnya aku bisa saja membiarkan nenek ini pergi ke kantor polisi seorang diri, tapi itu sungguh tidak bertanggung jawab. Belum lagi dia akan kembali kesulitan ketika harus dimintai keterangan oleh polisi. Mau tidak mau aku harus menolongnya.
Selang beberapa menit kemudian, kami tiba di depan kantor polisi. Buru-buru aku menarik nenek dan menurunkan koperku agar kami bisa lebih cepat merampungkan masalah ini. Kebetulan saat kami masuk kami bertemu dengan petugas yang dapat berbahasa Inggris dengan lancar sehingga ini tidak memakan waktu yang terlalu lama, aku segera meninggalkannya di kantor polisi sementara ia dimintai keterangan lebih lanjut mengenai tour guide dan pencopet yang mengambil dompetnya.
Waktu menunjukkan pukul setengah dua belas siang saat aku keluar. Aku tidak memiliki banyak waktu lagi, jadi aku segera mencegat taksi untuk membawaku ke bandara.
"Bisa kau menyetir lebih cepat?"
"Ini sudah kecepatan 60km/jam, Nona."
Aku mendengus, kesal. Melihat lampu merah menyala membuatku ingin menarik seluruh rambutku keluar dari kulit kepalaku, ini membuatku frustasi. Ada-ada saja. Seandainya mobil ini bisa melaju secepat motor milik Jorge—tidak, tidak. Aku masih sering kali bergidik ngeri setiap kali mengingatnya.
"Seberapa jauh lagi bandaranya?"
"Satu setengah kilometer lagi, Nona."
Aku mengangguk optimis. Mungkin aku belum terlambat. Lantas aku melarikan tanganku untuk mencari dompetku di dalam tas, namun dalam sekejap aliran darah dan jantungku seolah berhenti dengan cepat ketika aku merasakan sesuatu yang mengganjal. Panik menjalar di sekujur tubuhku. Sial. Aku menengok ke sebelah kiri, tasku tidak ada. Menengok ke sebelah kanan, tasku juga tidak ada. Wajahku langsung mendongak lurus ke depan, dan kurasakan seluruh warna seakan meninggalkan wajahku yang kini pucat pasi. Aku menjerit dan merengek keras seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAS!! (Discontinued)
FanfictionMarc Márquez: "I prefer bikes to girls." As the phenomenal Spanish motorcycle racer and winner of the 2013 and 2014 MotoGP World Championship, Marc Márquez finally met someone who completely changed his mind and took over his world. Rosetta Clover...