PART 3

226 14 0
                                    

Kazune's POV

"terimakasih ya"
"Eh?" Aku pun menoleh padanya. Sekarang, kenapa aku jadi merasa gugup? Ah, hidup ini memang aneh.
"Kazune!" Himeka
"Eh, Himeka" Sahut Karin yang tiba-tiba terbangun.
"Hey, Karin! Kenapa kau bangun lagi?! Cepat tidur lagi sana!" kataku yang jengkel terhadap Karin.
"Sudahlah Kazune, jangan terlalu kejam padanya. Karin, bagaimana keadaanmu?"
"Sudah lebih baik dari tadi, terimakasih ya Himeka"
" Oh ya, Kazune, cepatlah makan. Nanti kau sakit"
"Iya iya. Lagian aku sudah makan roti waktu di café"
"Ya sudah. Aku tinggal dulu. Aku mau istirahat. Karin, cepat sembuh ya"
"I...iya Himeka"
"Hey Karin, kau tidur! Aku mau pergi makan dulu"
"i...iya"

Karin POV

Aku tidak tau aku bermimpi atau tidak sekarang. Aku dirawat oleh seorang kazune yang dingin itu? Rasanya seperti mimpi saja. Apalagi sekarang aku sedang berada di kasurnya. Aku yakin ini mimpi. Segera kucubit pipiku. Ah, sakit! Berarti ini nyata. Bantal dan selimut ini bau Kazune, sungguh membuatku nyaman. Padahal aku baru saja mengenalnya. Tubuhku serasa tidak sakit lagi, tetapi rasanya mataku sangat berat.

Kazune POV

Akhirnya aku selesai makan. Aku segera menuju ketempat karin, di kamarku. Kulihat ia sudah tertidur. Baguslah, pikirku. Ku tempelkan tanganku ke dahinya. Ah, masih demam dia ternyata. Ku tempelkan lagi kompres itu. Kalau dipikir-pikir, kasihan juga dia. Ku dengar orang tuanya meninggal akibat kecelakaan pesawat di Swiss. Sejak itulah dia pindah kelas dari kelas A menuju kelas reguler. Meskipun kelasnya tidak setara dengan kelasku yang berada di kelas A+, tetap saja keluarganya termasuk keluarga kaya.
Sudah pukul 1 pagi. Aku masih terus menjaga Karin, meskipun mataku sudah sangat mengantuk. Aku duduk disamping Karin, rasanya lebih nyaman duduk di kasur daripada duduk di kursi.

Karin POV

Aku terbangun. Ah, Kazune! Dia tertidur samping duduk disampingku. Jadi, dia merawatku sampai larut malam. Baik sekali dia. Kuletakkan selimutku ke tubuhnya. Lalu berjingkat-jingkat keluar agar Kazune tidak terbangun.

Krek! Aku membuka pintu.
"Selamat pagi, Karin" Himeka tersenyum padaku. Jujur saja, aku sedikit terkejut. Wajar saja, ketika membuka pintu, ia langsung muncul dihadapanku.
"Selamat pagi juga Himeka"
"Karin, ayo sarapan"
"Ta...tapi aku harus pulang, Himeka"
"Sudah, tidak apa-apa. Lagian dirumahmu kan tidak ada orang" Himeka langsung menarik tanganku ke meja makan. Apa daya, aku terpaksa menurutinya.
"Himeka, terimakasih ya, atas semuanya ya"
"Ah, tidak usah dipikirkan" Himeka tersenyum padaku. Baik sekali gadis ini, pikirku.
"Oh ya, Kazune belum bangun. Kyuu-chan, tolong panggilkan Kazune ya"
"Baik nona" Pelayan itu sungguh cekatan. Tampaknya ia sudah lama bekerja di rumah ini. Tidak berapa lama Kazune datang juga.

Kazune POV
Aku terbangun. Aku sedkit heran melihat Karin sudah tidak ada diranjang. Mungkin sedang bersama Himeka , pikirku. Aku langsung ke kamar mandi. Sesaat setelah di kamar mandi, aku mendengar ketukan dan suara.
"Tuan muda, sarapan sudah siap. Nona Himeka sudah menunggu Anda"
"Iya! Aku segera kesana!" Ku percepat mandiku. Stelah siap dengan acara mandiku, aku turun ke bawah, ke meja makan.
"Nah, itu Kazune" Himeka sedang tersenyum pada Karin. Tampaknya sedari tadi mereka terus mengobrol. Aku jadi senang Himeka memiliki teman baru.
"Kazune, ayo makan!" Himeka tersenyum padaku. Rumah ini terasa hangat jika ada Himeka. Ia selalu tersenyum.
"Itadakimasu!" kami bersahut serentak.
"Hey, Karin"
"iya, apa?" ia menoleh padaku.
"Kau mau tidak, jadi pelayan pribadiku?" Jujur saja, aku menjadikannya pelayanku bukan tanpa alasan. Selain membantunya, aku juga ingin sedkit mengerjainya. Entah kenapa, sepertinya menyenangkan untuk mengerjainya .
"APA? PELAYAN PRIBADIMU?" sontak saja hal ini membuatnya terkejut.
"Kenapa? Kau tidak mau? Sebagai bayarannya, kau boleh tinggal dirumahku, dan rumahmu bisa kau sewa, dan kau dapat biaya tambahan. Selain itu, kau boleh sekelas denganku, dikelas A+. Jam kerjamu adalah pagi sebelum sekolah, di sekolah kau tak perlu bekerja. Jam 9 kau bebas, hari Minggu juga. Bagaimana?"
"Kau bercanda?"
"Apa tampangku tampang bercanda, hah? Dasar bodoh!"
"Apa? Kau mengataiku bodoh?!"
"Sudahlah Karin, Kazune" Himeka mencoba untuk menghentikan pertikaian kami.
"Ta...tapi, apa aku harus memanggilmu dengan sebutan Tuan?"
"Tidak usah"
"Satu lagi, jangan berbuat macam-macam denganku"
"Kau kira aku selera dengan perempuan sepertimu"
"Sombong sekali kau! Kau kira kau itu makhluk paling tampan?"
"Memang iya. Buktinya, gadis-gadis membuat club fans ku" jawabku sambil menjulurkan lidahke kepadanya. Ia tampak kesal sekali. Dan aku sangat senang melihatnya kesal seperti itu, seperti ada hiburan baru. Kalian mengira kau jahat? Memang. Tapi aku tidak benar-benar jahat, buktinya, aku membantunya kan? Menurutku, itu gaji yang sangat besar, bahkan jam kerjanya juga sedikit.
"Aku rasa kau sudah memelet mereka. Buktinya, mereka jadi bisa tergila-gila pada makhluk aneh sepertimu"
"Enak saja. Jadi, kau mau terima tidak?"
"Mau sih. Terus, bagaimana dengan cafenya?"
"Kau tetap bekerja seperti biasa"
"Oh ya, terimakasih untuk kemarin, dan untuk hari ini"
"Ah, nevermind"
"Kalau begitu, nanti akan ku bawa pakaianku"
"Karin, aku senang sekali kau tinggal disini. Sekarang, aku jadi punya teman dirumah ini" Sepertinya Himeka senang sekali dengan Karin. Tapi baguslah, jika dia punya teman, dia pasti akan menunjukkan serangga serangga kesayangannya itu pada temannya, dan bukan aku.
"Ah, Himeka, kau baik sekali, dia seperti dia, ya" Matanya melirik kepadaku.
"Karin, kami mau berangkat sekolah. Kau tidak sakit lagi kan? Kalau begitu, kau istirahat saja sekarang, besok saja sekolahnya. Nanti sepulang sekolah, aku akan menemanimu untuk mengambil pakaianmu"
"Tidak usah, Himeka. Biar aku sendiri saja yang mengambilnya"
"Ya sudah kalau begitu. Kami pergi dulu ya Karin. Akan kubuatkan surat sakit untukmu. Anggap ini dirumahmu ya Karin" Aku dan Himeka lalu meninggalkan Karin dirumah. Dia tidak sendirian, ada beberapa pelayan dirumah ini.

Karin POV

Akhirnya aku sendirian disini. Tidak sendirian sih, ada beberapa pelayan disini. Sungguh, rumah ini besar sekali. Dua kali lipat dari rumahku. Pantas saja sih, menurutku. Bagaimana tidak? Seorang anak SMA sudah punya sebuah restaurant mewah? Dan dia sendiri yang mengelolanya, disertai para koki-koki hebat dan para pelayan yang cantik-cantik, termasuk aku. Aku? Cantik? Ah, sepertinya tidak juga sih.
Aku bergegas pergi ke rumahku. Aku pun permisi kepada Kyuu-chan, si kepala pelayan.
Wah, udaranya segar sekali. Aku berjalan menuju rumahku.
Brukk! Aku ditabrak oleh seorang lelaki yang aneh, menurutku. Ia memakai kacamata yang besar dan bewarna hitam, memakai topi dengan pakaian seperti pakaian detektif, bahkan, wajahnya saja tidak kelihatan, jalannya menunduk terus, pantas saja ia menabrakku.
"Maaf" ia langsung berlari meninggalkanku, tentunya sambil tertunduk.

Kazune POV

"Karin, pakai ini" Aku menyerahkan pakaian maid kepadanya.
"Pakai ini?" Ia mulai tampak ragu memakainya.
"Ya iyalah. Mau memakai apa lagi? Pakaian ini, hanya khusus malam hari saja"
"Terus, kenapa di sore hari begini aku harus memakainya?"
"Ini kan hari pertamamu, jadi boleh"
*5 menit kemudian

"Karin, lama sekali kau!" aku berteriak kepadanya.
"Tunggu sebentar lagi"
"Cepat!"
"Iya, sabar!"
Akhirnya ia selesai juga. Aku tertegun melihat penampilannya. Manisnya. Ah, lupakan apa kataku tadi.
"Selamat, kau telah resmi menjadi pelayan pribadiku" Aku tersenyum licik. Aku tahu dia merasakan aura kejahatanku. Aku tertawa dalam hati.
"Tu...tunggu dulu, kenapa kita tidak ke Cafe?"
"Oh iya, aku belum menjelaskan, aku tidak setiap hari di Cafe itu. Hanya hari Selasa, kamis, dan Sabtu saja, selain itu tidak. Jadi, kau hanya boleh bekerja disana jika aku disana. Aku punya assisten, jadi setiap kali aku tidak datang, dialah yang mengawasi restaurant ku"
"Oh" Karin berOh ria
"Sekarang, buatkan aku teh"
"Iya"
setelah beberapa saat.

"Ini, teh nya"
"Umm, terlalu manis, ulangi!"
"Baik"
*5 menit kemudian
"Ini, teh nya"
"Umm, kurang manis, ulangi!"
"Baiklah" Sepertinya dia agak jengkel sekali dengan perintahku. Ahahahaha, aku tertawa dalam hati.

Karin POV

"Ini, teh nya"
"Umm, kurang manis, ulangi!"
"Baiklah" Menyebalkan sekali orang ini. Kalau bukan karena dia adalah boss ku, dan kalau saja aku tidak kekurangan uang, aku pasti aku sudah melemparkan teh ini ke wajahnya. Terbesit dipikiranku untuk menambahkan garam pada teh nya. Rasakan ini, Kazune. Kau pikir, kau bisa melakukan hal seenaknya padaku, hah!
"Ini, teh nya"
"pffftttfrut, asin sekali. Kau mau membunuhku ya? Kazune memuntahkan teh yang telah di minumnya. Aku puas sekali.
"Wah, mungkin aku salah memasukkan gula"
"Buat lagi!"
"Baiklah, Tuan Kazune" Aku memberi penekanan pada 'Tuan Kazune'
"Ini dia, teh nya. Silahkan diminum"
"Kau tidak memasukkan racun kan?"
"Enak saja. Tentu tidak. Memangnya wajahku ini wajah pembunuh, apa?!"
"Memang. Beberapa menit yang lalu, kau mencoba untuk membunuhku" Aku mendengus kesal mendengar pernyataannya itu.
"Oh ya, mana Himeka?"
"Dia sedang pergi less biola"
"Oh"
"Karin, aku mau mandi. Tolong mandikan aku, atau kita mandi bersama saja" katanya menggodaku
"DASAR MESUM!"

TBC

CAFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang