Hi!

86 14 3
                                    


Langkah kakinya membuatku kesal, kesana-kemari di hadapanku.

Hari kedua berada di London, aku dan Jimin masih belum bisa pergi keluar untuk memulai pencarian. Donghae pun melarang dan menolak rencana untuk menemukan Leo.

Yah, bagaimanapun ceritanya, hanya dua gadis bodoh yang rela keliling London hanya untuk mencari seseorang tanpa alamat lengkap.

Kami diminta menunggu saja, hah ... hal paling membosankan yang harus kami lakukan.

"Aku yang merindukan Leo, kenapa kau yang tampak panik?" ucapku mencoba menenangkan langkah Jimin yang semakin tampak gelisah.

"Enhye-ya, kita sudah berada di sini. Beberapa mil dari tempat ini kau bisa bertemu dengannya. Tapi, apa ini? Kita terkurung di rumah bibiku, hanya diam dan menunggu orang itu membawa informasi," gerutunya.

"Dan orang itu adalah sepupumu! Tenanglah, bagaimana kalau kita jalan-jalan saja di sekitar sini?" tawarku. Aku bisa melihat wajahnya yang berubah seketika.

"Kau tahu aku sangat penakut, bagaimana jika kita bertemu penjahat atau tersesat? Ah, seharusnya Donghae membawa kita jalan-jalan terlebih dahulu. Bukannya segera mencari temannya itu."

"Jimin-ah!" selaku mencoba menghentikan ocehannya. Lalu,menggandeng lengannya lekat. Sambil memberi tatapan manis, biasanya ini berhasil jika kulakukan pada Donghae.

"Kajja!" ujarnya pasrah menarikku, kami berpamitan pada bibi Kim dan menuju ke sebuah tempat penyewaan sepeda.

"Kupikir menyewa sepeda hanya bisa dilakukan pada kompleks istana Buckingham saja!" Jimin tertawa.

"Kau ini, kenapa harus membayangkan royal palace?" tawaku.

***

Musim gugur kali ini bisa kunikmati di London. Kota impianku, yang sangat ingin kudatangi semenjak Leo pergi.

Aku mengayuh sepeda, kami berkeliling di sekitaran tempat ini dan terhenti saat melihat banyak orang yang berada di sisi lain tempat kami berada.

"Kita pergi kesana ya?" pintaku pada Jimin, si kaki pendek hanya ikut saja keinginanku.

Kami bergegas menuju ke sana, aku bisa melihat tempat yang indah. Kami tinggalkan sepeda dan coba menghampiri tempat itu.

Landskap hijau menyambutku di pintu gerbang taman. Untuk pertama kalinya aku melupakan semua yang ada di sekitar, aku bahkan tak tahu lagi ke mana Jimin pergi untuk merayakan keindahan ini.

Aku melihat pohon maple yang dedaunannya mulai berguguran, aku hanyut dalam balutan lembut permadani hijau. Sampai akhirnya.

Buukkk!!

"Ah, maaf! Aku tidak sengaja!" ucapku meminta maaf kepada pria asing di bawah sana.

Astaga, ini sangat memalukan bagaimana bisa aku menendang orang yang sedang duduk di rerumputan ini.

"Hai! Hanguk sarami-yo?" selanya menghentikan permintaan maafku.

"Ye?" sadarku.

"Apa kau sedang liburan? Atau tinggal di sini?" lanjutnya sok akrab.

"Ah, aku liburan. Kau juga?" jawabku tercengang.

"Iya, aku baru tiba dua hari yang lalu!" ucapnya tampak ramah.

"Ah benarkah? Aku juga!" kataku bingung.

"Wah, kebetulan sekali! Apa mungkin kita berada di pesawat yang sama?" ujarnya tertawa renyah.

"Jika itu benar, itu pasti sebuah kebetulan yang menyenangkan!" ucapku mencoba berbaur dengannya.

"Kau benar. Oh! Aku Cho Kyuhyun, berasal dari Seoul. Kau?" katanya menyodorkan tangannya padaku.

"Yoon Eunhye. Aku berasal dari Busan, tapi bekerja di Seoul!" jawabku menyambut tangannya.

"Senang bertemu denganmu!" ucapnya lagi dan lagi.

"Aku juga!"

Tiba-tiba, Jimin datang entah darimana. Dia menghampiri aku dan kenalan baru ini, segera kuperkenalkan Jimin kepadanya, akan gawat jika terlambat dan rasa penasaran telah menghampirinya.

Kami bercerita dan menikmati angin di musim gugur ini, bertemu dengan orang sebangsa pasti jauh lebih menyenangkan daripada terkurung di rumah.

"Oh ya, aku menginap di hotel Equity point. Di sekitar sini!" ceritanya.

"Apa? Kami juga tinggal di sekitar sini, di tempat bibiku," ujar Ji Min kagum dengan kebetulan ini.

"Berarti apa aku bisa datang berkunjung? Aku pikir selama dua minggu nanti aku akan kesulitan menemukan orang Korea! Jadi, kau tidak keberatan?" ucap Kyuhyun berharap.

"Tentu saja kau bisa berkunjung, bukan begitu Eunhye?" jawab Jimin.

"Ah, ya begitu!" ucapku tak begitu memperhatikan. "Ayo Jimin, kita pulang, sewa sepedanya akan sangat mahal!" kataku beranjak pergi.

"Ah benar, sepeda! Ah ... kami pamit dulu Kyuhyun-ssi! Sampai bertemu lagi!" ujar Jimin mengikutiku.

Vote and coment, guys.

Maple Secret's (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang