New Number

31 0 0
                                    

Aku segera bergegas ke tenda untuk ishoma (istirahat sholat makan). Sampai di tenda aku langsung merebahkan badanku, tidurku tadi malam memang cuma 3 jam-an gara-gara menunggu peserta pemetaan mengumpulkan resume mereka dan anggota ambalanku peserta gladian yang membuat resume juga.

Oh iya, selain pendalaman materi pemetaan di acara ini juga diadakan gladian pimpinan sangga dan gladian pimpinan regu seperti biasanya. Malah pendalaman materi pemetaan itulah yang merupakan pertama kalinya diadakan.

****

Terdengar suara itu, yang tentunya dengan melodi yang tak kalah indah dari sebelumnya hanya saja lagu yang berbeda.

Kau gadisku yang cantik

Coba lihat aku di sini

Di sini ada aku

Yang cinta padamu

Siapa orang itu, sungguh merdu suaranya, batinku.

Aku memang tipe orang yang cepat luluh jika seorang cowok jago main gitar ditambah suara yang merdu. Rasanya seperti apayah, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Kalau tidak salah dengar suaranya tak jauh seperti dari tenda sebelah SMA Negeri 8 Maret. Ingin rasanya keluar melihatnya. Namun, badan ini terasa masih berat untuk bangun.

Tak terasa jam telah menunjukkan 12:35 WAKTU SEKITAR LAJULO 25 menit lagi materi berlangsung lagi. Aku segera shalat dan makan siang, lalu bersiap-siap kembali untuk ke tenda belajar.

PESERTA PEMETAAN DALAM 5 MENIT KE DEPAN BERKUMPUL!!!. Terdengar kembali suara kak Srein di micropon. Aku langsung saja ke tenda utama karena sedari tadi aku memang telah siap.

Aku segera bergegas keluar dari tendak dan memasang sepatu.

Arin yang juga peserta pemetaan memanggilku, mengajakku ke tenda belajar. Arin ini perwakilan dari SMA 8 Maret, aku sangat akrab dengannya. Walaupun ia lebih muda dariku, tap itu tidak menjadi batasan kedekatanku. Malah sudah kuanggap seperti adik kandung sendiri.

Kak Reyn. Yaa itulah panggilan khas dari Arin untukku.

Seperti sebelumnya kelas pemetaan dimulai. Kembali kami dihadapkan dengan rumus-rumus dan secarik kertas yang berisikan gambaran peta area perkemahan. Menentukan titik. Yaaa itulah rutinitas hingga senja datang nanti.

Selulerku tiba-tiba berdering, new number. Mungkin hanya orang iseng, membatinku dalam hati, lalu menyimpan selulerku ke tempat semula.

Untuk ke-dua kalinya berdering lagi, anehnya saat aku mengangkatnya dia langsung saja mematikannya. Menyebalkan. Selulerku berdering beberapa kali lagi, karena kesal aku tak memedulikannya lagi.

Mungkin karena telponnya tidak menndapatkan jawaban juga, akhirnya dia sms Haloo, Grayn? Pesan itu ia kirim beberapa kali. Tapi pada dasarnya sudah sebal dan malas meladeninya selulerku kusimpan saja.

Sementara selulerku terus berdering aku mencoba untuk membuat kesibukan lain, ku Tanya-tanya terus kak Joe tentang materi-materi dasar pemetaan dan dengan sabarnya kak Joe menjawab semua pertanyaanku.

3 jam berlalu. . .

Sekarang sudah jam 16:15 menit, itu tandanya proses belajar hari ini selesai. Tapi, sebelum kelas sore itu dibubarkan, kak Joe dan kak Rizal tiba-tiba menyuruh kami memilih siapa ketua kelas pemetaan ini. Yaa tentunya di atas jabatan pradana putra dan pradana putri.

Dengan pertimbangan matang-matang akhirnya terpilihlah salah satu peserta pemetaan, kita panggil saja dia Ronald. Orangnya bisa dibilang unik, setiap melihatnya sumpah aku tak bisa menahan tawaku, begitupun dengan peserta yang lain.

Karena sudah sampai waktu, kamipun bubar dengan tertib.

Ternyata peserta gladian sedang melaksanakan dinamika kelompok, banyak permainan yang mereka lakukan. Sebenarnya mau gabung, tapi rasa mala situ lebih tinggi daripada kemauanku.

Akupun duduk di tengah lapangan, tiba-tiba pak ketua datang. Tentunya aku langsung ingin tertawa, karena tak ingin melihat orang lain kecewa aku berusaha sekuat mungkin untuk menahan tawaku.

"Kenapa tidak gabung?, tanyanya dengan ramah.

"Nggak ah, Kak. Malas, jawabku sembari tertawa. Bagaimanapun usahaku menahan tawa tetap saja tidak bisa.

Kalau dipikir-pikir memang cocok orang ini menjadi ketua kelas kami, bagaimana tidak? Tanpa ditegur ataupun disenyumi saja dia langsung menyapa kita atau tersenyum dengan senyuman khasnya yang tentunya selalu membuatku tertawa.

Diapun langsung bergabung dengan teman-temannya yang sedang ikut dinamika kelompok. Aku masih saja betah duduk di tengah lapangan itu, padahal sore itu cukup terik.

Aku teringat kembali dengan telpon yang masuk tadi, kuambil selulerku dan kuperhatikan nomor yang tadi. Otakku berpikir kerasa siapa gerangan ini. Kurang kerjaan sekali. Gerutuku dalam hati.

****


Love in 1st Class MappingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang