Jealousy

35.8K 1.6K 13
                                    

Tiffany POV

Aku membuka mataku perlahan. Berusaha menyesuaikan mataku dengan sinar matahari yang masuk melalui jendela kamar.
Aku terdiam beberapa saat berusaha mengumpulkan nyawa.
Tunggu! Bagaimana aku pulang semalam? Seingatku aku mengalami sedikit insiden konyol sebelum menangis di pelukan Christopher.

Aku melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tanganku. Aku harus pergi ke kantor sekarang. Aku masuk ke kamar mandi dan melakukan ritual mandi pagi ku dengan tenang.

Pagi ini aku mengenakan kemeja berwarna beige berlengan panjang dan rok pensil berwarna coklat.

Setelah mandi aku turun kebawah dan berjalan menuju dapur. Aku tidak mendengar suara apapun daritadi. Biasanya dia sudah akan berisik sekali saat sudah bangun.

Baiklah. Mari kita lihat apa yang akan kubuat pagi ini, Aku membuka kulkas dan menemukan roti tawar , sosis, telur, keju, dan beberapa lembar bacon. Juga ada berbagai macam buah dan sayur selada.

Aku mengeluarkan bahan-bahan makanan tersebut dari kulkas.

Aku berniat membuat sandwich, salad, susu vanilla untukku dan jus jeruk untuk Ellie.

Saat tengah bergulat dengan bahan-bahan dapur. Ellie datang mengejutkanku.

"Selamat pagi!"

Dan sialnya karena kaget, Pisau tajam yang awalnya kugunakan untuk memotong buah kini melukaiku dan tanganku mengeluarkan darah. Ellie terlihat bereaksi berlebihan.

"Astaga! Maafkan aku! Aku benar-benar tidak berminat begitu." Katanya dengan wajah panik.

"Tak apa. hanya luka kecil." Ucapku tersenyum dan berjalan dengan tenang ke wastafel untuk membilas luka di telapak tanganku.

"Ellie, tolong lanjutkan ya. Tinggal sedikit lagi."

Ucapku dan dia hanya mengangguk.

Aku mengambil kotak obat di sebelah cermin wastafel dan mulai menuangkan alkohol ke luka ditanganku. Perih sekali. Tapi, tidak buruk. Selanjutnya aku mengoleskan obat merah ke telapak tanganku lalu membungkusnya dengan perban.

"Bagaimana? Parah gak? Maaf aku tidak sengaja." Ucap Ellie sambil berjalan kearah meja makan dengan jus ditangannya. Meja makan kini sudah diisi dengan berbagai maknan.

"I'm okay. Kau berlebihan." Ucapku terkekeh.

"Aku hanya merasa bersalah."

" Sudahlah, ayo sarapan. Aku tidak mau dimarahi si bos galak itu jika telat." Ucapku dengan wajah pura-pura takut.

"Oh ya, ngomong-ngomong soal bosmu. Semalam dia mengantarmu loh. Dia bahkan menggendongmu karena kau ketiduran. Dan ternyata dia lebih tampan jika dilihat langsung. Beruntung kau kak." Ucap Ellie mengerling jahil.

"Kau belum tahu sifatnya." Ucapku sambil mengambil susu vanilla di meja dan meminumnya sampai habis. Aku melirik jam tangan hitamku. Jam delapan. Aku harus bergegas sekarang, sangat tidak lucu jika aku ketinggalan bus.

"Kalau begitu aku pergi dulu." Ucapku berjalan kearah pintu dan memakai high heels berwarna hitam.

"Baiklah. Hati-hati!" Teriaknya karena aku sudah keburu berjalan keluar.

Aku sampai dikantorku tepat pukul delapan tiga puluh.

Tanpa membuang waktu lagi, aku berjalan menuju lift.

"Hei." Aku menoleh dan mendapati Robert disebelahku dengan senyuman manis nya yang mungkin bisa membuat semua wanita bertekuk lutut, termasuk aku. Ah! Itu dulu. Ah iya, Robert Evans adalah mantan rekan kerja ku saat berada di divisi akuntansi dulu.

Extraordinary LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang