The Rain Of Love 3

53 6 0
                                    

*toktoktok*
"Jam berapa ini Ken?" Tanya Litary.

"Sebentar aku membukakan pintu dulu."

"Pasti mereka."

*membuka pintu*
"Ken.." Runako?

"Sedang apa kau disini?" Tanyaku.

"Hm aku? Aku ingin.. Aku ingin bertemu Litary. Dia ada didalamkan?" Sudah kuduga huft.

"Yeah ayo masuk.."

"Hey Kenly!" Reynand? Andry? Dan..

"Hmm Hey." Gaozan.

"Kalian datang juga?"

"Ya tentu kami datang lah, kami khawatir. Kau tidak apa-apa?" Reynand melihatku dengan detail.

"Ayolah masuk dulu jangan diluar seperti ini." Ucapku.

-Runako pov-
*menutup pintu*
"Hey Litary sejak kapan kau disini?" Tanya Andry.

"Kau itu pura-pura bodoh atau memang kau bodoh?" Ucap Litary.

"Maksutmu?"

"Dia memang bodoh." Ucapku.

"Aish kau berkata apa? Aku bodoh?"

"Sudahlah aku disini sejak sepulang kuliah, paham Andry?"

"Hey hey masalah rumah tangga kalian jangan dibawa kesini lah." Ejek Reynand.

*semua tertawa*
Tawamu tawaku juga Kenly, aku senang melihat tawamu yang manis.

"Lihat aku membawa apa ini." Aku mengeluarkan sebuah kotak.

"Hey Litary lihatlah dia membawakanmu apa itu." Litary? Bukan, ini untukmu Kenly bukan Litary.

"Aishh kau." Singkat Litary.

"Ini untuk kau Kenly. Eits jangan salah sangka, anggap saja ini suatu semangat dariku agar kau cepat sembuh." Aku tersenyum.

"Kau ini. Lihatlah aku, aku sudah sembuh. Kau terlalu lebay tau. Oke thanks aku ambil hehe."

"Kenly kau malu-malu kucing." Ucap Andry.

"Bukan, dia malu-malu anjing." Ucap Reynand dengan menekan kata anjing menghadap Andry.

"Yak! Anjingnya biasa saja!" Bentak Andry.

*semua tertawa*

Tiba-tiba aku merasakan sakit dikepalaku yang luar biasa.

"Kau tidak apa-apa Runako?" Ucap Kenly memegangi tanganku yang mulai menjabaki rambutku.

"Uuh. Yeah aku tidak apa-apa Kenly." Tidak, kepalaku sakit Kenly.

"Sungguh?"

"Ya lihat wajah tampanku terlihat tidak sakit."

"Wajahmu jelek. Blee."

"Aish kau mencoba meledekku eoh?"

"Aku berkata apa yang berada dibenakku."

"Kau.."

--------------------

Kenly masuk kuliah seperti biasa dengan membawa banyak buku ditangannya. Memasuki kelasnya yang menurutnya tidak tertarik, Kenly berpikir bahwa gairah untuk melanjutkan kuliahnya tentang photograpi disini tidak yakin.

THE RAIN OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang