49 : Again?

502 56 7
                                    

           
Disuatu senja yang sunyi, Harry masih terus terpaku pada dirinya sendiri sambil terus berfikir dan bertanya-tanya. Satu minggu yang lalu dia dipertemukan dengan sosok yang mirip sekali dengan Rosa. Separuh hatinya berkata ia adalah Rosa, namun separuh hatinya yang lain berkata bahwa dia adalah orang lain.

Dia tidak mempedulikan ruang kerjanya yang mulai semakin mendingin. Rambut keriting panjangnya dibiarkan tersibak kebelakang. Layar monitor di hadapannya masih terus menyala, namun jemarinya berhenti sejenak untuk tidak mengetikkan sesuatu disana. Batinnya masih tidak tenang dengan kejadian pada malam itu. Ingin sekali dia menemui wanita itu kembali, namun tidak ada yang bisa Harry lakukan selain berharap agar Tuhan mempertemukan mereka kembali.

Tiba-tiba suara pintu ruangan kerjanya terketuk, Harry bersahut dan menyuruh orang yang ada dibalik pintunya untuk masuk.

Sedetik kemudian, wanita berambut coklat dengan setelan blazer putih dan rok mini hitam mulai memasuki ruangan Harry. Dia adalah sekretaris Harry-- Emma.

"Mr.Styles, dia sudah datang" ujar Emma sembari memberikan sebuah file berisi berkas-berkas yang tidak terlalu tebal.

"Siapa?" tanya Harry yang pikirannya seketika membuyar akibat memikirkan Rosa. Dia tidak bisa mencerna siapa yang dimaksud oleh sekretarisnya itu.

"Calon pegawai barumu," jawab Emma. Harry pun mengangguk dan segera menerima berkas yang Emma berikan tadi kemudian menanda tangani di beberapa lembarannya.

"Suruh dia masuk," pinta Harry. Emma mengangguk mengerti sembari mengambil alih berkas yang baru saja Harry tanda tangani tadi. Setelah itupun Emma melenggang keluar dari ruangan Harry.

Selama hampir 2 tahun ini, seiring dengan masa vakum One Direction selama 5 tahun, Harry sudah menjadi owner perusahaannya sendiri yang bergerak dibidang penerbitan. Styles Media adalah perusahaan penerbitan buku terbesar dan tersukses di Los Angeles. Dan beberapa minggu ini dia mencari seorang pegawai baru yang bisa bekerja di bagian pengeditan naskah, dan hari ini adalah hari terakhir penyeleksiannya.

Suara ketukan pintu diruangan Harry kembali terdengar,

"Masuk," sahut Harry seraya membenarkan kerah kemejanya dan menyamankan posisi duduknya.

Decitan pintu yang terbuka pun mulai terdengar, kemudian menampakkan seorang wanita berambut blonde ikal yang panjang. Mata Harry langsung menatap mata biru wanita itu dengan intens. Wanita itu menatapnya terkejut, begitu juga dengan perasaan Harry saat ini.

"S-Silahkan duduk, buat dirimu nyaman" gumam Harry mempersilahkannya. Seraya wanita itu berjalan mendekat, Harry tak lepas menatap wanita itu dari atas hingga kebawah yang terlihat cantik dengan balutan kemeja navy yang dua kancing diatasnya dibiarkan terbuka dengan setelan rok berwarna hitam yang menutupi separuh lututnya.

"Bukankah kau—" Harry memotong pembicaraannya sendiri ketika wanita itu mulai duduk dihadapannya.

"Wanita yang kau temui di Coffee Shop minggu lalu," wanita itu melanjutkan perkataan Harry yang menggantung.

Harry tersenyum sekilas, ada semburat kebahagiaan yang begitu berarti dibalik senyuman singkatnya itu karena telah kembali melihatnya. Meskipun berbagai kebingungan masih terus menggandrungi jiwanya.

"Jadi nama lengkapmu adalah Claire Peyton?" tanya Harry setelah membaca data diri wanita itu yang baru saja dikirimkan sekretarisnya melalui laman e-mail di layar komputernya. Wanita itu segera mengangguk.

"Pada riwayat pendidikanmu, kau lulus dari Bradford International University dengan jurusan sastra inggris?" tanya Harry sembari menatapnya tajam. Ada sesuatu dibalik pertanyaannya itu. Karena Rosa dan Harry pernah sama-sama belajar di Universitas itu dengan jurusan yang sama juga. Harry mempertanyakan hal itu untuk memastikan apakah wanita ini Rosa atau orang lain. Tapi bukankah, Rosa sudah meninggal sebelum dia lulus dari sana?

"Iya aku lulus dari sana dan setelah itu pindah ke LA untuk mencari beberapa pekerjaan yang cocok dibidangku," ujar Clay dengan sikapnya yang dingin, dia berbanding terbalik dengan sikap Rosa yang selalu hangat pada semua orang disekitarnya. Terutama pada Harry.

"Bagaimana dengan orang tuamu?" tanya Harry.

Clay sedikit gugup ketika Harry menanyakan hal itu. "Ehm—orang tuaku ada di London" jawab Clay dengan sedikit gugup. Harry pun merasa janggal dengan sikap Clay saat menjawab pertanyaannya.

"Benarkah? Lalu siapa lelaki yang bersamamu minggu lalu? Apa dia kekasihmu?" Harry begitu mendesaknya untuk mengakui bahwa dirinya memanglah Rosa.

"Dia Steve-- tunanganku," jawab Clay singkat namun berhasil menyayat hati Harry begitu cepat.

'Dia bukan Rosie-ku' batin Harry meyainkan dirinya sendiri ketika Clay menjawab bahwa lelaki yang bersamanya di malam itu adalah tunangannya. Bagi Harry jika wanita yang dihadapannya adalah Rosa, dia tidak mungkin menghianatinya karena bagi Harry Rosa masih menjadi istrinya hingga saat ini.

"Tapi—bagaimana bisa dia menjadi tunanganmu? Dia tidak begitu tampan dariku" Harry terlihat begitu gelisah. Entah siapa sebenarnya wanita yang ada dihadapannya itu. Clay atau Rosie.

"Apa jika dia tunanganku, itu menjadi masalah bagimu? Itu sama sekali tidak ada urusannya denganmu!" Clay mulai bangkit dari persinggahannya. Clay sudah tidak peduli lagi apakah dia akan diterima diperusahaan ini atau tidak. Clay sama sekali tidak terima jika calon atasannya terlalu mencampuri urusan pribadinya seperti itu.

"Sudahlah aku tidak mau membuang waktuku," lanjut Clay sembari berjalan menjauh dari Harry.

"Tunggu! Kau diterima," gumam Harry ketika Clay hampir saja keluar dari ruang kerjanya. Clay berhenti sejenak dan menatap Harry tidak percaya. Sebenarnya selama satu minggu masa penyeleksian pegawai baru untuk perusahannya, Harry selalu mempertimbangkannya matang-matang setelah sesi wawancara. Namun berbeda dengan Clay, Harry langsung menerimanya dengan cuma cuma. Entah apa yang sedang ada dipikiran Harry.

"Apa kau tidak mendengarku? Kau diterima. Kau sudah menjadi pegawai tetap di perusahaan ini," ujar Harry kembali. Clay menatap Harry bingung. Clay mengira jika Harry tidak akan menerimanya karena ketidaksopanan Clay setelah membentaknya tadi.

"Semudah itukah?" tanya Clay tidak percaya.

"Yeah. Aku pemilik perusahaan ini. Ini sudah menjadi hak-ku untuk memilih siapa yang pantas menjadi pegawai disini. Dan menurutku, kau orang yang tepat," gumamnya lebih formal sembari menampilkan senyuman khasnya.

"Terima kasih," ujar Clay lebih sopan dari sikapnya beberapa menit lalu.

"Kau sudah bisa memulai kerja besok. Emma akan mengirimkan beberapa contoh naskah dan cara pengeditannya kepadamu malam ini. Dan maaf aku sudah mencampuri urusan pribadimu tadi," Harry kembali tersenyum.

"Tidak apa-apa. Sekali lagi terima kasih," Clay pun akhirnya melenggang keluar dari ruangan Harry. Dan dia pun bergegas menuju kearea parkir. Setelah dia sampai pada tepat mobilnya terparkir, dia menoleh sejenak menatap gedung perusahaan Harry dan tersenyum tipis.

"Aku tau kau masih mengingatku, Harry. Maaf aku terpaksa berbohong kepadamu." Ujar Clay pada dirinya sendiri. Sedetik kemudian, dia lalu masuk kedalam mobilnya dan pergi dari sana.

EVERYTIME | H.S [Sequel Together]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang