Chapter 3

90K 4.4K 38
                                    

Hari minggu.

Rencananya, hari ini kedua sahabatku, Jenny dan Nessa mengajakku shopping. Kodrat wanita, apalagi punya teman yang fashionable seperti Jenny, bakalan ludes isi mall diserbu olehnya. Apalagi jika sedang ada diskon, sudah pasti mereka lapar mata.

Aku sudah selesai mandi dan sekarang duduk santai sambil menonton tivi. Menunggu kedatangan dua orang itu saja bagaikan nunggu tetangga lahiran sampai bukaan 9. Janjinya jam 9, eh udah jam 10 lewat belum juga nongol.

Hebat bener dah!

Niitt ... Niiitt ....

Suara bel apartemen menggema. Itu pasti dua setan modis. Segera aku berlari untuk membuka pintu dan ceklek...

"RARAAA!!!"

Ya Tuhan!

Apa aku sedang bermimpi? Kak Ken ada di depanku dengan merentangkan tangan siap memelukku. Memangnya ini hari apa?

"KAK KEEN!!" Aku menghambur ke dalam pelukannya.

"Uuh ... Adikku yang manja bin ajaib, Kakak kangen deh ...." Dia mengejek atau memuji sih? Uh!

"Kak, kok datang nggak bilang-bilang? Kan baru bulan lalu kakak datang." Biasanya Kak Ken akan berkunjung dua bulan sekali.

"Nanti kakak kasih tahu. Masuk, yuk? Kakak capek."

Aku sampai lupa kalau kami masih berdiri di ambang pintu masuk. Lantas, aku langsung menuju pantry untuk mengambilkan minum dan Kak Ken sudah selonjoran di sofa. Terlihat sekali dia begitu lelah.

"Nih, Kak. Minum dulu."

Kak Ken langsung menerima gelas yang aku sodorkan, lalu minum dengan sekali tenggak hingga tandas. Haus bener, Bang ... hahaha ....

"Kamu udah rapi, mau ke mana?" tanya Kak Ken melirik penampilanku.

"Biasa ... Jenny dan Nessa mau ngajakin ke mall," sahutku santai dan ikut selonjoran di samping kakak gantengku ini.

"Ra, minggu lalu Mom ke Inggris." Ucapan Kak Ken membuatku tegang.

"Mom tahu dong aku di sini?" Kak Ken mengangguk, tapi dia tersenyum.

"Kenapa takut kalau Mom tahu? Kan Mom juga nentang perjodohan kamu," aku mengangguk. "Kakak boleh jujur nggak?" Aku mengernyitkan dahi, kemudian mengangguk.

Kalau sudah memasang tampang serius, biasanya pembahasannya akan berat. Aku harus menyiapkan diri jika ini akan menjadi bencana di masa yang akan datang.

"Kalau kakak ada di posisi Dad, mungkin kakak akan melakukan hal yang sama. Dad hanya trauma dan takut kehilangan, Ra. Dad terlalu takut, sampai harus memaksamu dengan perjodohan itu. Dad hanya ingin ngelindungimu." Aku sangat paham maksudnya.

"Tapi nggak harus dengan menjodohkan aku, kan?" Aku masih belum menerima.

"Kakak ngerti. Tapi ini mungkin perkiraan kakak aja," aku menatapnya lekat. "Kakak dan Mom juga nggak suka dengan hubunganmu sama Joe, cuma Mom agak melunak karena nggak tega melihatmu sedih. Jika kamu nggak pacaran dengan Joe, mungkin aja Dad lebih melunak dan membiarkanmu menikah dengan pria pilihanmu."

Sebenarnya aku juga masih ragu dengan perasaanku terhadap Joe. Hanya saja setiap bersamanya aku merasa nyaman. Menikah? Sama sekali aku belum ingin memikirkannya. Tapi Dad sudah berniat menjodohkanku.

"Kakak tahu siapa cowok yang mau dijodohkan denganku?" Kak Ken menggeleng.

"Kakak nggak tahu. Mom pernah bilang cowok itu anak bungsu dari sahabat Dad waktu kecil. Dia tinggal di Kanada sekarang menjalankan bisnis keluarganya di sana."

Trapped in WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang