Xalexa menutup buku jurnalnya. Curhatan hatinya. Rasa yang menyeruak di dada Xalexa. Tapi dia tau diri kalau dia hanya biji jasjus. Xalexa sudah ingin sekali untuk move tetapi apa boleh buat, hati Xalexa terpatok di hati seorang Amer.
Xalexa pergi dari tempat favorite nya menuju, cafe disebrang. Cafe yang selaku membuat Xalexa nyaman. Xalexa masuk ke Xaw Cafe, ya nama cafe tersebut. Xalexa memilih tempat duduk dekat dengan kaca, yang memperlihatkan manusia lalu lalang.
Xalexa memikirkan perasaannya yang semakin menjadi jadi. Batin Xalexa menjerit. Selalu tersakiti, selalu kasat mata. Ah tidak pantas untuk amer. Ya sudahlah.
Tapi Hati nya meyakinkan bahwa ia akan bahagia nantinya, batin dan hati berperang, Xalexa bingung mempercayai yang mana. Sampai sampai lamunan nya terbuyar karena waiters yang menanyakan pesanan nya.
"Permisi, mau pesan apa?" Ucap waiters itu
"Caramel machiato, Medium satu. Rainbow Cake satu" ucap xalexa, sambil tersenyum
"Ditunggu 15 menit" ucap waiters tersenyum ramah.
Pesanan pun datang, Xalexa langsung menyambarnya. Ah, ya Xalexa suka dengan rainbow cake, karena warna warni, seperti hidupnya. Ah tidak untuk saat ini, Xalexa mendung. Tapi Xalexa mempunyai topeng yang sangat amat tebal. Saking tebalnya, ia menangis dalam diam.
Apakah cinta semenyakitkan itu? Jika iya, Xalexa memohon agar tidak jatuh cinta kepada Amer. Xalexa kalo boleh memilih ingin mencintai seorang yang menganggap nya ada, dan tau dia, walaupun tidak membalas perasaannya.
Lagi-lagi Xalexa melamun dan samar samar mendengar suara wanita centil yang menggema di telinga Xalexa.
"Eh eh loe tau ga, Amer nembak gue" kata cewek tersebut. Seketika membuat tubuh Xalexa menegang.
"Tau gue, padahal loe cuman manfaatin dia doang" celetuk temannya, jujur saja Xalexa tidak mengenal siapa mereka, tapi Xalexa sakit hati. Karena cowok yang ia cintai, memilih seorang yang hanya memanfaatkannya saja.
"Haha. Tau aja loe. Ya kalik, gue mah ga cinta sama amer, dia nya bego. Mau maunya sama gue, gue cuman pengen harta nya dia, girls" Xalexa mendengar itu, serasa ada yang mencubit hatinya, oh astaga. Xalexa marah tertahan. Xalexa yang tulus mencintai amer tapi invisible. Sedangkan cewek gila harta, malah dapat balasan dari amer.
Xalexa sudah menggeram mendengar omongon segerombolan cewek cewek itu. Sampai buku buku tangannya memutih karena emosi yabg akan meledak. Ingin sekali Xalexa menampar gadis itu. Tapi dia sadar dia bukan siapa siapa. Malah nanti bisa bisa dia yang kena imbasnya.
Xalexa mengehela nafas kasar dan menyambar bill membayarnya, dan ia langsung melajukan skeatboard nya menuju rumah. Xalexa menangis dalam diam. Anggaplah cengeng tapi kalian tidak bisa menyimpulkan hal tersebut. Posisi Xalexa sangat mengenaskan, sampai sampai dia meringis sendiri.
Sampai rumah, rumah ia kosong. Ya bunda dan ayahnya pergi, melepas rindu. Xalexa melesat ke kamarnya. Dan berkaca.
"Apa aku seburuk ini? Tomboy, tidak seperti gadis tadi yang bertolak belakang dengan ku" gumam Xalexa lirih.
Xalexa hanya bisa menatap dirinya yang mengenaskan itu. Andai kakaknya ada disini, ia ingin memeluk kakaknya dan cerita semua yang ada di pikiran Xalexa.
Sebenarnya Xalexa cantik hanya saja ia menutupi hal tersebut. Entahlah alasan apa, bahkan Xalexa selalu insecure terhadap dirinya. Xalexa hanya bisa diam, apapun dia lakukan dengan diam. Sampai sampai sakit hati dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible [completed]
Teen Fictionsebuah cerita, yang klise. mencintai cowok populer. selama bertahun tahun. tetapi apa? gadis tersebut hanya mencintai dalam diam. Xalexa-Amer