Chapter 3 ~ Pencuri Hati

372 22 0
                                    

Aku menghadap ke pelatih dengan nafas tersenggal-senggal. Teman-temanku yang lain sudah berlatih di lapangan, mereka melihatku dengan tatapan prihatin termasuk Yong Dae.  Aku tidak suka dengan tatapan matanya, dia pikir aku akan bersimpati kepadanya karena dia bersimpati kepadaku.

"Kau tahu kau sudah telat berapa menit?" Tanya Pak Sigit sambil melihat jam tangannya.

"Maaf, Pak tadi bus yang saya tumpangi bannya bocor, Pak." Kali ini aku tidak bohong, aku megatakan alasan yang sesungguhnya mengapa aku telat sampai di GOR.

"Tidak ada alasan lagi untukmu datang terlambat. Ingat, Ly kuncinya hanya dua disiplin dan menghargai waktu." Berkali-kali Pelatihnya mengucapkan kata-kata ini bahkan aku sampai hapal raut dan ekspresi Pelatih saat mengucapkannya. "Karena kau telat, kali ini kau lari limabelas putaran lapangan. Anggap saja kau sedang latihan fisik."

Aku pasrah, tidak mungkin aku membantah hukuman dari Pelatih. Aku menaruh tas badminton di pinggir lapangan dan melaksanakan intruksi pelatih. Pak Sigit memang pelatih yang dikenal keras, ia tidak pernah main-main melatih kami. Tapi diluar melatih, Pak Sigit adalah orang yang hangat dan bersahaja.

Aku lari mengitari lapangan dengan keringat bercucuran. Aku melihat teman-teman yang lain sedang sparing mix double, Alvent yang biasanya berpasangan dengan Vita malah berpasangan dengan Sansan dan Vita sudah jelas berpasangan dengan Yong Dae. Aku bisa melihat Alvent tidak konsentrasi melawan Vita dan Yong Dae, banyak kesalahan sendiri yang dilakukan Alvent. Hendra di pinggir lapangan tidak berhenti mendukung Sansan sedangkan Sansan yang berada di lapangan tidak bisa menahan senyumnya sehingga konsentrasi Sansan tidak sepenuhnya fokus pada jalannya pertandingan.

Aku cepat-cepat menyelesaikan hukumanku ini agar aku dan Hendra bisa membalas kekalahan Alvent dan Sansan. Hendra mungkin menyadari kalau aku terlalu memaksa menyelesaikan hukuman sampai dia memberikan isyarat kepadaku agar aku lari pelan-pelan saja.

Untungnya aku bisa mnyelesaikan limabelas putaran sebelum set ke tiga berakhir. Aku jadi bisa melakukan pemanasan kecil sebelum bertanding melawan mereka. Untuk mix double aku sudah terbiasa berpasangan dengan Hendra jadi aku sangat yakin bisa mengalahkan Vita dan Yong Dae.

Alvent dan Sansan kalah rubber set  dari Vita dan Yongdae. Aku dan Hendra pasti akan membalas kekalahannya. Lagi-lagi aku melihat Yong Dae mencuri pandang ke arahku tapi aku mengacuhkannya.

"Yakin kamu, Ly mau tanding. Kamu habis lari limabelas putaran, kamu istirahat saja dulu." Alvent mencegahku masuk ke lapangan.

"Baru limabelas putaran, Ko. Tenang saja, Ko.." Dalam hati aku senang karena Alvent mencemaskan keadaanku.

Aku dan Hendra langsung maju ke lapangan siap melawan Vita danYong Dae. Vita tersenyum ke arahku tapi aku hanya membalasnya dengan senyum datar. Akhir-akhir ini aku tidak begitu dekat dengan Vita karena ia lebih memilih Yong Dae daripada kami berempat. Itu yang membuatku agak kesal dengan Vita. Dia juga tidak memikirkan bagaimana perasaan Alvent. 

Set pertama dengan mudah kami rebut, mungkin karena stamina Vita danYongdae sudah terkuras. 

"Ly, lw sama Vita nggak lagi marahan kan?" Tanya Hendra di sela-sela waktu istirahat.

"Kenapa lw bisa ngomong gitu, Ndra?"

"Ada yang beda aja sama sikap lw. Vita juga kemarin nanyain itu ke gw."

"Vita nanyain gw? Nanyain apa?"

"Katanya lw jaga jarak sama dia."

Baru aku ingin membela diri tapi Pak Sigit sudah meniup peluit mengintrusikan kami untuk segera masuk lapangan. Set ke dua aku dan Hendra tidak mudah untuk menembus pertahanan Vita dan Yong Dae. Berkali-kali Hendra mengeluarkan smash tapi tidak juga mematikan lawan, Vita dan Yong Dae malah balik menyerang kami. Bola tanggung yang seharusnya dapat mudah aku kembalikan malah jatuh di bidang permainan sendiri, aku terlalu bernafsu untuk menghasilkan point. Mereka berdua terlihat kompak sekali.

Pencuri HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang