Vita membuka laptopnya, ia membuka Yahoo Messenger. Dia sudah janjian video call dengan Yong Dae. Ternyata Yong Dae sudah menunggunya, Vita langsung menerima permintaan cam dari Yong Dae. Terlihat wajah Yong Dae di layar laptop Vita.
"Annyeong Haseyo." Vita membuka percakapan.
"Annyeong Vita." Jawab Yong Dae. "Apa kabar dirimu? Bagaimana hubunganmu dengan Alvent?" Yong Dae tertawa renyah, terlihat barisan gigi putihnya.
"Kabarku selalu baik. Aku yang seharusnya bertanya padamu, bagaimana hubunganmu dengan Lily?"
Yong Dae tidak menjawab, raut wajahnya berubah.
"Lily di sekolah jadi sering diam dan menyendiri tapi dia tidak cerita kenapa dia seperti itu, kalian bertengkar?"
Yong Dae menggelengkan kepalanya. Terakhir Yong Dae mengobrol lewat video call kemarin malam, semuanya baik-baik saja.
"Yong Dae, sepertinya Lily berharap padamu. Sebenarnya bagaimana perasaanmu terhadap Lily?"
"Apa Lily cerita kepadamu, Vit?"
Vita mengangguk. "Kau tahu Lily menangis karenamu. Lily bilang kalau cintanya bertepuk sebelah tangan, seharusnya Lily tidak berharap lebih padamu."
"Lily bilang seperti itu padamu, Vit?" Yong Dae kaget, ternyata Lily tidak dapat membaca hatinya. "Lily salah, Vit. Aku sudah jatuh hati padanya sejak pertama bertemu di bus dan aku yang memutuskan untuk pindah sekolah hanya untuk mengenalnya, Vit."
"Maksudmu?" Vita membenarkan posisi duduknya.
"Aku melihat Lily pertama di bus, Vit. Waktu itu mobilku sedang dibawa ke bengkel makanya aku naik bus ke sekolah. Kau tahu saat aku duduk di sampingnya, jantungku berdetak tidak karuan. Dari luar dia memang terlihat cuek tapi dia sangat peduli dengan sekitarnya."
"Lily memang seperti itu, apa yang dia lakukan sampai membuat jantungmu berdebar-debar?" Vita tertawa menggoda Yong Dae.
"Lily bangkit dari kursinya dan mempersilahkan Ibu yang berdiri di sampingnya untuk duduk. Tidak berhenti sampai di situ saja, saat ada dua anak kecil yang sedang mengamen, Lily menyapa mereka dengan hangatnya seakan mereka sudah saling kenal. Lily kemudian mengambil buku dari tasnya lalu menyerahkannya pada anak kecil itu."
"Lily memang suka anak-anak dan dia memang sangat peduli terutama anak-anak jalanan." Vita menimpali.
"Aku mengikutinya saat ia turun dari bus dan sejak saat itu aku putuskan untuk pindah sekolah. Aku pikir dalam waktu sebulan aku bisa dekat dengannya tapi ternyata tidak, Lily susah untuk didekati. Aku malah jadi dekat denganmu, Vit."
"Jadi kau menyesal dekat denganku?" Vita menatap Yong Dae galak.
Yong Dae tertawa melihat wajah Vita yang ditekuk. "Just kidding, Vit. Aku belum ada waktu untuk pergi ke Indonesia."
"Minggu depan Lily ulang tahun, kau tidak berniat untuk memberikannya kejutan?"
"Iya, aku tahu. Aku juga berencana seperti itu, kau mau membantuku menyusun rencananya?"
"Ne." Vita mengangguk mantap, Vita sangat mendukung rencana Yong Dae karena Vita berharap kalau mereka berdua bisa menjadi sepasang kekasih. Walaupun jarak memisahkan Lily dan Yong Dae tapi dia rasa semua itu bukan masalah untuk mereka berdua, jadi tidak ada yang perlu Vita khawatirkan.
***
Aku masuk ke dalam kelas dengan langkah gontai, pagi ini terlihat cerah tapi mengapa suasana hatiku tidak secerah cuaca pagi ini. Aku melihat sekitar, hanya ada aku di dalam kelas. Aku datang terlalu pagi. Lagu 'Tears are Falling' yang dinyanyikan oleh Wax mengalun lembut di handphone-ku. Aku hanya bisa menghela nafas saat melihat layar handphone, sms dari Hendra dan Sansan. Hendra dan Sansan dengan kompak mengucapkan ucapan ulang tahun untukku.
Padahal aku berharap Yong Dae memberikan ucapan yang pertama untukku tapi apa? Sepertinya Yong Dae memang benar-benar sibuk dengan ujiannya atau mungkin Yong Dae tidak tahu kalau hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku hanya bisa menebak-nebak sendiri karena hampir seminggu ini aku tidak ada kontak dengan Yong Dae.
Saengil chukae hamnida...Saengil chukae hamnida (Selamat Ulang Tahun). Vita datang dengan menyanyikan lagu selamat ulang tahun dalam bahasa korea. Disamping Vita ada Alvent yang membawakan kue black forest kecil dengan lilin di atasnya.
Aku cepat-cepat menguasai pikiranku. Sebenarnya di dalam hatiku, aku berharap kalau Yong Dae yang akan menyanyikan lagu itu untukku tapi rasanya aku terlalu berharap.
Vita berhambur ke arahku dan memelukku erat-erat. "Saengil chukae, Lily."
"Makasih, Vit. Kalian berdua harusnya nggak usah repot-repot kaya gini." Mataku berkaca-kaca karena masih ada orang yang peduli padaku walaupun seseorang yang ada di belahan dunia sana tidak mengingat hari ulang tahunku.
Vita melepaskan pelukannya dan menyuruhku untuk meniup lilinnya.
"Make a wish dulu, Ly." Pesan Alvent sebelum aku meniup lilinnya.
Aku memejamkan mataku, aku hanya berharap aku dapat bertemu Yong Dae karena aku begitu merindukannya. Aku membuka kedua mataku dan meniup lilinnya.
Alvent menyerahkan kue black forest-nya ke Vita dan gantian Alvent yang memelukku. "Happy birthday, Ly. Jangan murung terus, ini hari lahir kamu jadi tidak ada alasan apapun untuk kamu bersedih. Disini masih ada Koko, Vita, Hendra dan Sansan. Jadi jangan mencari yang tidak ada."
Aku tidak menjawab, aku hanya menganggukan kepalaku. Mungkin benar apa yang dikatakan Alvent, seharusnya aku tidak perlu murung seperti ini hanya karena memikirkan seseorang yang belum tentu juga memikirkanku. Dengan seperti ini, aku jadi mengerti kalau aku hanyalah terlalu berharap. Aku tidak boleh terus-terusan seperti ini, aku harus bisa menerima semua ini dan merelakannya.
"Sory telat, Guys. "
Aku melepaskan pelukan Alvent. Aku melihat Sansan dan Hendra datang dengan nafas terengah-engah. "Kalian berdua kaya abis dikejar-kejar maling tau."
"Hendra rese neh, Ly. Motor vespanya lagi-lagi mogok di tengah jalan." Sansan mendengus sebal.
"Yang penting kita sampai di sini dengan selamat." Hendra tidak mau disalahkan. Hendra menghampiriku dan memelukku erat-erat disusul dengan Sansan yang juga ikut memelukku.
"Makasih Hend, San. Kalian berdua jangan suka berantem gitu, yang rukun jadi pasangan kaya Koko sama Vita tuh."
Aku sangat senang sekali dengan dengan kejutan kecil yang dibuat oleh sahabat-sahabatku. Aku sangat bersyukur sekali karena Tuhan memberikan sahabat yang baik seperti mereka. Merekalah yang selalu ada untukku, tidak ada alasan untuk aku bersedih karena setiap aku ada di samping mereka aku merasakan kebahagiaan dan itu sudah lebih dari cukup. Untuk pencuri hati yang ada di belahan dunia sana, aku tidak akan berharap lagi.
Karena perbedaan jarak itu mungkin aku memang harus mulai melupakan Yong Dae. Wanita di Korea sana banyak yang lebih cantik jadi mana mungkin Yong Dae terpikat olehku yang mungkin tidak ada apa-apanya. Ya, aku harus mulai melupakan Yong Dae.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pencuri Hati
FanfictionSetelah kedatangan murid baru itu, semuanya jadi kacau. Dari awal entah kenapa aku tidak suka dengannya, dia memang tampan seperti kebanyakan aktor korea yang sering aku tonton tapi aku tidak tertarik. Aku juga penggemar korea mulai dari dramanya, m...