Yong Dae memang benar-benar lupa hari ulang tahunku, sampai detik sekarang tidak ada ucapan darinya. Aku menghela nafas panjang, mencoba mengumpulkan tenaga untuk menyelesaikan lagu yang aku nyanyikan.
Alvent, Vita, Hendra dan Sansan bersorak gembira sambil bertepuk tangan saat nilai yang ditampilkan di LCD hampir sempurna, aku mendapat sembilan puluh delapan. Aku hanya bisa garuk-garuk kepala, bingung mengapa aku bisa mendapat nilai sebagus itu padahal suaraku jauh dibawa rata-rata.
"Terlalu menghayati lw, Ly nyanyinya." Hendra yang ada di sampingku menyenggol bahuku.
Aku membereskan isi tasku, lagu favoritku 'Tears are Falling' yang aku nyanyikan tadi jadi penutup acara karaokean kami malam ini. Sedikit membuatku lupa dengan dia yang ada di belahan dunia sana.
Terdengar dering handphone Vita berbunyi dan Vita segera menjawab panggilan dari handphone. "Yeobseyo."
Jantungku tiba-tiba berdetak tidak karuan saat Vita memulai pembicaraan di telepon dengan kata itu. Biasanya sapaan itu hanya untuk Yong Dae, mengapa Yong Dae lebih memilih menelepon Vita bukan diriku.
"Jangan bilang kau lupa, keterlaluan sekali dirimu." Terdengar suara Vita yang masih berbicara di handphone.
Aku lemas seketika saat mendengar apa yang dikatakan Vita. Aku yakin sekarang, Yong Dae tidak tahu sama sekali kalau hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku cepat-cepat bangkit dari dudukku.
"Ly, tunggu sebentar." Vita meraih tanganku sambil menutup pembicaraannya di handphonenya.
Aku tidak peduli, air mataku rasanya mau tumpah. Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri, aku sangat merindukan Yong Dae. Aku membuka pintu dan air mataku langsung tumpah seketika melihat seseorang yang sudah berdiri di ambang pintu.
"Saengil chukaehamnida, Saengil chukaehamnida." Seseorang menyanyikan lagu ulang tahun dalam bahasa Korea.
Aku tidak peduli dengan kue yang dia bawa, aku langsung berhambur ke arahnya. Aku sangat merindukannya, aku harap ini bukan mimpi. Aku memeluknya erat, aku tidak mau kehilangan dia lagi.
Yong Dae juga balas memelukku walaupun hanya dengan satu tangan tapi terasa begitu hangat. "Nega bogosipho jugketso (Aku begitu merindukanmu)." Bisik Yong Dae di telingaku.
Aku melepas pelukannya dan memandang wajah Yong Dae lamat-lamat. "Apa artinya?"
Yong Dae diam sejenak. "Kau harus tiup lilinnya." Yong dae menyalakan kembali lilin yang berbentuk bendera Indonesia dan Korea Selatan.
Aku mencubit lengannya, aku pun meniup lilinnya dan semua bertepuk tangan untukku. Aku menoleh ke belakang, ke arah Vita tentunya. Aku mencoba meminta penjelasan darinya, mengapa Yong Dae bisa ada di sini?
Vita hanya mengangkat bahu dan kedua tangannya lalu menghampiriku dan merangkulku. "Kau tanya sendiri orangnya." Vita mengisyaratkan kepada Alvent, Hendra dan Sansan untuk segera keluar dari ruangan meninggalkan aku berdua dengan Yong Dae.
"Kau tiba di Jakarta kapan?" Tanyaku.
"Dua jam lalu, aku langsung ke sini dari bandara." Jawab Yong Dae sambil memilih list lagu yang ada di layar LCD.
"Mianata (Maaf), selalu membuatmu repot." Aku menunjukkan wajah penyesalanku.
Yong Dae mengacak-ngacak rambutku, "Tidak perlu merasa bersalah seperti itu, ini aku lakukan karena kau berbeda. Kau terlalu spesial untukku. Kau mau menyanyikan lagu ini bersama?" Yong Dae memilih lagu Astrid feat TIM 'Saranghamnida'.
Aku tersenyum. "Tentu."
Berdua dengan Yong Dae membuat aku bahagia sekali, aku mengerti sekarang kalau hatiku benar-benar sudah dicuri oleh Yong Dae. Aku dan Yong Dae menyanyi bergantian, mulai dari lagu 2AM dan Baek Ji Yong kesukaanku dan lagu Huh Gak dan Sung Si Kyung kesukaan Yong Dae.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pencuri Hati
FanfictionSetelah kedatangan murid baru itu, semuanya jadi kacau. Dari awal entah kenapa aku tidak suka dengannya, dia memang tampan seperti kebanyakan aktor korea yang sering aku tonton tapi aku tidak tertarik. Aku juga penggemar korea mulai dari dramanya, m...