PART 7

103 22 7
                                    


ZAYN POV

Setelah menemui lelaki yang tidak tahu diri itu berada didekat Queense, aku pun langsung masuk kedalam mobil dan didalam mobil tidak ada yang bicara sepatah katapun. Karena takut memperburuk suasana, lebih baik aku diam dan tidak membahas soal kejadian tadi.

Ah mengapa aku menjadi seperti ini? Apa aku terlalu perhatian kepada Queense sampai aku seperti ini? Tapi, mengapa harus Queense? Pisau tadi... aku benar-benar yakin bahwa itu adalah pisau. Namun, mengapa pisau itu bisa menghilang begitu saja? Dan senyuman liciknya itu membuat aku sangat yakin akan kejadian ini. Aku harus mencari bukti-bukti lain supaya Queense percaya kepadaku.

Setibanya dirumah, Queense langsung lari dan masuk kekamarnya tanpa berkata apapun kepada aku dan Nova. Kulihat Nova sedang murung disofa, aku pun langsung menghampirinya.

"Nova, kau tak apa?" Tanyaku.

"Aku tidak apa-apa, Tapi aku bingung kapan aku harus meminta maaf kepada Queense? Aku takut kalau sampai aku tidak sempat minta maaf atas segala kesalahanku kepada Queense. Dan, aku khawatir dia kenapa-kenapa." Jawab Nova dengan muka yang tertunduk kebawah.

"Nova, kau bisa minta maaf kepada Queense esok hari, yang pasti tidak sekarang karena mood Queense sedang buruk. Dan kau tidak perlu khawatir mengenai Queense, aku akan bicara dengannya nanti malam ataupun besok. Kau tenang saja." Kataku, iapun mengangguk disertakan senyumannya dan aku memeluknya.

QUEENSE POV

Saat masuk kamar, aku langsung mengunci pintu kamarku. Pisau? Ada apa dengan Zayn? Mengapa dia begitu over? Dan apa yang dikatakan Zayn benar tentang pisau itu? Tidak, itu tidak mungkin, Zayn tidak memiliki bukti. Disaat aku sedang memikiran beribu hal karena kejadian beberapa jam yang lalu, tiba-tiba ada suara nada dering ponselku tetapi aku menghiraukannya. Karena sekarang aku benar-benar sedang tidak ingin diganggu. Suara nyaring yang berasal dari ponselku yang terus berdering, dengan malas aku mengambil ponselku dan melihat siapa yang menggangguku,Ini dari peter.

"Halo?"

"Ah, Queense akhirnya kau mengangkat telfonku juga."

"Maaf Peter, tadi aku sedang berada dikamar mandi"
(ya, aku berbohong)

"Oh, baiklah kalau begitu. hmm.."

"Peter, tolong maafkan perilaku Zayn tadi. Aku benar-benar tidak mengerti tentang pisau itu. Dan aku pun yakin kalau kau tidak akan melukaiku."

"Tidak usah dipikirkan, Mungkin Zayn salah lihat? dan aku pun ingin meminta maaf kalau tadi aku telah memelukmu. Aku pikir itu yang membuat Zayn sangat marah, dan masalah pisau it-"

"Please jangan bahas soal pisau, sebenarnya aku pun masih bingung mengapa Zayn bertingkah seperti itu, tapi ah sudahlah. Aku perlu istirahat, dan Kau tidak boleh sedih lagi ya, semua pasti ada jalan keluarnya. Bye"

"Okay, bye"

Tanpa aku sadari, setelah telfon-an dengan Peter aku tertidur dan merasa aku sangat capek. Padahal aku tidak melakukan kegiatan yang begitu melelahkan.

***

"Queense! Bangun!"

"Quensee, Bangun! Kau harus pergi ke kampus sekarang"

Aku mendengar seorang gadis memanggil namaku dan suara ketukan pintu. Ah, kuliah! Aku harus bergegas. Setelah sepenuhnya bangun, aku langsung siap-siap untuk pergi kuliah. Dan sepertinya hari ini aku akan berangkat ke sekolah dengan bus, mengingat aku dan zayn masih bertengkar... mungkin?

Akupun segera keluar dari kamarku dan bergegas untuk berangkat ke kampus karena ada jam tambahan hari ini.

"Queense, kau tidak sarapan dulu? Aku sudah siapkan cereal kesukaanmu" ucap zayn, sebenarnya aku ingin, tapi karena gengsi, jadi... aku putuskan untuk menghiraukan zayn. Maafkan aku zayn

You Don't Really Know me//N.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang