TAK TERDUGA

389 68 4
                                    

Lari... lari... lari...

Itulah yang aku pikirkan saat aku berlari dengan pria-tampan yang kukenal tadi pagi.

Nafasku sudah tak karuan di balik masker dokterku.

Sumpah, rasanya aku ingin melepaskan masker ini, lalu menghirup nafas secara lebih normal.

Namun, aku tidak bisa...
Tidak!

Ini semua demi kebaikanku untuk menutupi penyakit anehku yang selalu berubah wajah.

Seketika saja, tanganku ditarik dengan mudahnya saat memasuki koridor sekolah di lantai 3.

Yah, selain berlari kamipun juga menaiki anak tangga.

kadang aku mengeluh dengan sekolah ini.
Sekolah kami memiliki 5 lantai dan beberapa gedung lab di sebelahnya (Psst... Sekolah favorit). Tapi, tidak adanya fasilitas lift.

Para guru yang terganggu dengan suara langkah kaki sepatu kita, sesekali melongok ke pintu dan berteriak "HEI KALIAN!JANGAN BERLARI DI KORIDOR SEKOLAH!"

Aku seperti orang bodoh yang hanya menuruti kemauannya berlari dengan tangan yang masih bergandeng.

"Hei, Berhenti!"
Oh tidak, Ternyata pak Jonathan masih mengejar kami!

"Haha! Ayo kejar kami pak!"
Dasar pria-tampan-neraka, masih saja dia meledeki pak Jonathan pada situasi kejar-kejaran.

Sesaat kukira dia akan membawa aku ke atap sekolah dan bunuh diri bersama.
ups. Aku salah
Tapi, dia membelokanku ke kelas tempat yang seharusnya kami berada.

Yang semula semuanya kelas tertib memperhatikan pelajaran, kini semua mengarah ke pintu atau lebih tepatnya,
Ke arah aku dan Doni.

"DONI?!"
Ups. Aku bisa merasakan hawa pembunuh dari Miss Vina dan juga--yang lainnya.

"Permisi, Miss Vina yang cantik."
Senyum ramah Doni mampu membuat Miss Vina yang kesal menjadi berubah 180 derajat menjadi tante-tante yang baik.
Jangankan Miss Vina, akupun yang sudah capek berlari-larian, melihat senyuman manisnya membuat kecapekanku berkurang.

"Doni? Kenapa kamu telat?" Sesaat Miss Vina melihat gandengan kami.
Oh, Tuhan.
aku lupa melepaskannya.
"Dan, kenapa kamu bersama Nina? Gandengan pula?"
Saat Miss Vina membicarakannya dengan suara lantang, seisi kelaspun juga baru menyadari.
Dari pintupun aku juga bisa merasakan aura tidak bersahabat dan bisa melihat semua orang sedang berbisik-bisik dengan memandangi kami.

Sesegera mungkin aku melepaskan tanganku dari genggamannya.

"Oh... Aku habis menolong orang Miss."

"AKU" ?! Sebutan antara murid dengan guru yang aneh. Dan...
MENOLONG?!

baru saja Miss Vina ingin membuka mulut, tiba-tiba saja Pak Jonathan datang dengan nafas yang tak karuannya atau biasa disebut ngos-ngosan.

"Hei, kamu ini ya kalau saya panggil di ..."

Saat pak Jonathan ingin memaki-maki kami, diapun melihat Miss Vina dibalik tubuh Doni yang tinggi.

"Ehh... Bu vina, pagi ibuuu..."
Sontak, aku terkejut dengan perubahan pak Jonathan yang menjadi sedikit tengil dan gayangya yang garang menjadi seperti om-om yang ngegodain cewe muda.

"Pagi pak Jonathan," Miss Vinapun memandang pak Jonathan dengan wajah herannya. "Ada apa ya pak? Kok ribut sekali?"

"Enggakkk... ini loh, murid bandel ini, ngeledek saya... masa saya disuruh main kejar-kejaran"

Dasar aki-aki tua!

"Oh gitu, maafin anak-anak murid saya ya pak?"

Loh? Kenapa Miss Vina yang minta maaf?

"Ahh... gak apa kok bu," sahut pak Jonathan dengan menggaruk-garukan kepalanya.

"Tapi peraturan tetaplah peraturan," lanjut pak Jonathan dengan gaya ponggahnya."saya mau bawa kedua anak ini ke ruang BP." Pak Jonathan langsung menatapku dan Doni.
Ternyata legenda itu benar, jika ada seseorang yang telat, biarpun turun hujan kecebongpun. Pak Jonathan pasti akan membawa murid telat tersebut ke ruang BP.

Hufftt... kukira, aku bakalan terlepas dari hukuman neraka mematikannya.

Apa boleh buat, aku harus mengikutinya.

"Ehhhh..." muka kaget Doni membuat aku tertawa kecil di balik maaker "Jangan gitu dong pak!" Doni langsung melirik Miss Vina dan memasang mata puppynya.

"Miss Vina cantik, bantuin Doni dong."

Seisi kelaspun tertawa melihat tingkah aneh Doni.
Catatan, hanya Doni yang dilihat mereka. Aku? Tidak!

"Kamu ini ya..." Miss Vina terlihat malu-malu, "Maaf Doni, kali ini saya gak bisa bantu kamu."

"Yahh missss....." sahut Doni kesal kemudoan melirik pak Jonathan "Oke deh pak, kalau bapak ingin menangkap , tangkap saja saya."
Doni menyerahkan tangannya seolah-olah dia akan di rantai oleh Pak Jonathan.

Tunggu dulu?
kenapa dia yang menyerahkan dirinya sendiri saja?
aku kan juga terlibat?

Doni melirikku "Kalau Nina, dia sebenarnya gak telat, tapi saya tarik dia ke belakang sekolah buat bantuin saya ngerjain PR."

uh-oh.
kenapa dia berbohong?
apa dia berniat untuk menolongku?

"Ahhhh kamu ini!" pak jonathan menghela nafas panjang-panjang."Baiklah saya akan tahan kamu saja."

Aku ingin membelanya dan untuk mengatakan yang sebenarnya. Namun, saatku ingin membuka mulut, Doni melirikku dan mengedipkan matanya sambil mengatakan sesuatu yang membuat aku berhenti melangkah. "See you, my beautiful classmate."
tiba-tiba Doni menjingkrak.
"Auw...auw pak... jangan di tarik kuping saya!"

"Ganjen kamu ya!" Kata pak Jonathan kesal.

"Dadah miss Vina..." tak lupa, dia melambaikan tangannya pada Miss Vina.

Dasar cowok playbboy tingkat dewa langit dan bumi!

Saat aku dipersilahkan duduk di meja pojok nyamanku oleh Miss Vina, ku lihat pandangan yang semula tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan Doni kini berubah seketika menjadi pandangan membunuh.

Seolah-olah mereka tidak suka,jika aku berdekatan dengan Doni.

Ada diantara mereka yang berbisik-bisik, dan ada pula yang memperhatikanku.

"Psst... gak tau malu ya."
"Ih.. kalo gue jadi dia, gue bakalan bilang ke pakJonathan kalo gue yang salah."
"Dasar sodako bermasker aneh."

Bisikan mereka terdengar jelas olehku.
Beruntung rambut panjangku yang hampir menutupi wajah dan maskerku, menolongku untuk menyembunyikan rasa kesedihanku.

Saat aku mendongakkan wajahku.
Aku melihat seorang wanita berambut panjang. Namun, pandangannya mengarah keluar jendela dengan tangan menempel dagu.

Siapa dia?
Dan kenapa dia duduk di bangku kosong sebelahku?
Apa ada sesuatu yang aku gak tahu?

Saat aku duduk, aku tetap memandanginya dengan wajah heran. Aku tak bisa melihat wajahnya karena dia menghadap ke arah jendela.

"Dari sini , pandangan terlihat jelas ya..."

Uh-oh. Sepertinya aku kenal suara itu.

"Ya, kan?" Dia menoleh ke arahku dan memperlihatkan senyum manisnya. "Teman baru?"

DIA?!

"Oh iya Nina, Miss lupa bilang, kamu ada teman baru yang duduk di sebelahmu."

Uh-oh.

Mungkin, mulutku ternganga lebar di balik maskerku.

GADIS BULE-INDO YANG MENGOMELI SI OJEK?!

The Face Which You HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang