"Jadi bagaimana, Pak Raka?"
Raka memijat pelan pangkal hidungnya. Pak Anton, pengacara Raffa kembali menemuinya. Laki-laki yang berusia sekitar empat puluhan itu, kembali menanyakan tentang keputusan Raka mengenai isi surat wasiat yang ditinggalkan saudara kembarnya. Raka memang sempat menunda membahas hal ini dikarenakan semua keluarga masih berduka.
"Aku akan mengambil alih tanggung jawab mengenai harta peninggalan Raffa untuk bagianku dan Rio sesuai dengan keinginan Raffa. Tapi bagianku diubah menjadi atas nama Rio. Aku hanya akan mengelolah untuk masa depannya kelak. Aku sudah bicara dengan Calista juga, katanya bagiannya dialihkan ke Rio saja. Untuk lebih jelasnya, Pak Anton bisa menghubungi Calista," kata Raka sambil memainkan pulpen di tangan kanannya.
Pak Anton mengangguk sambil mencatat keinginan Raka dalam note kecil yang ia bawa. "Lalu... tentang hak asuh Rio?" tanya Pak Anton lagi dengan hati-hati.
Raka bersedia namanya dicantumkan sebagai wali di dokumen kelahiran Rio. Toh, dia memang berniat mengambil alih tanggung jawab Raffa sebagai ayah. Tapi tanggung jawab yang diperlukan bukan sekedar dalam bentuk dukungan finansial. Selain itu, Rio bukan hanya butuh ayah. Dia juga butuh Ibu.
Ini yang membuat kepala Raka pusing. Dia jelas tidak akan meninggalkan Rio. Tapi dia juga tidak tahu bagaimana mengurus bayi. Untuk saat ini saja dia harus berbagi tugas dengan Calista dan Kayla. Dan tidak lama lagi, Calista akan pindah ke Sulawesi mengikuti suaminya yang bekerja di sana. Menggunakan pengasuh bayi tidak masuk dalam pertimbangan Raka. Dia tidak mau keponakannya itu diasuh orang luar. Jangan harap!
Kayla? Dia bersedia menjadi Ibu bagi Rio. Tapi apa dia mau menjadi istri Raka?
Hal ini memang belum dibicarakan secara serius dengan pihak keluarga Diana. Raka hanya meminta pendapat dari Calista, satu-satunya keluarga yang memiliki hubungan darah dengannya setelah meninggalnya Raffa.
Dan menurut saudarinya itu, menikah dengan Kayla adalah jalan keluar yang tepat.
Raka pernah menyinggung hal ini pada Kayla. Saat itu mereka hanya mengobrol ringan saat menunggu antrian pemeriksaan rutin Rio.
"Rio kedepannya nanti bagaimana?"
"Bagaimana apanya?"
"Maksudku, dia pasti bertanya tentang orang tuanya,"
"Aku akan bilang mamanya ada di surga. Dan sebagai gantinya, aku akan jadi maminya,"
Dan pembicaraan itu terpotong saat nomor antrian mereka telah dipanggil.
Seseorang pernah berpendapat, kehilangan seorang ayah membuat kita merasa tidak dihormati, dan kehilangan seorang ibu membuat kita merasa tidak disayangi. Karena kehormatan dan kasih sayang dari kedua orang tua sulit untuk digantikan dengan apapun.
Sedikit banyaknya Raka setuju dengan pendapat itu. Dia, Raffa, dan Calista kehilangan orang tuanya sejak kecil. Ibunya saat itu telah yatim piatu, sedangkan keluarga Ibunya yang lain tidak mau menerima kehadiran mereka. Selanjutnya mereka diasuh oleh Kakek dan Nenek dari Ayahnya. Ayahnya merupakan anak semata wayang keluarga Widjaya. Kakek dan Neneknya merasa kehilangan pewaris tunggal saat itu.
Kakek dan Neneknya memang sangat menyayangi mereka. Tapi rasanya tidak sama. Rasanya beda. Raffa dan Raka yang memang sempat merasakan kasih sayang orangtua, sangat merasakan perbedaannya. Tapi mereka hanya diam.
Diam saat ditolak keluarga Ibunya. Diam saat diejek yatim piatu. Diam saat orang tua teman sekolahnya memandang kasihan pada mereka. Diam saat seorang guru berkata 'Pantas saja nakal, dia tidak punya orangtua yang mendidik dengan baik,'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Replacing His Parents
RomanceIni tentang Raka Adiputra Widjaya dan Kayla Mayangsari. Mereka menikah bukan karena dijodohkan. Bukan karena desakan keluarga. Bukan pula karena umur mereka yang sudah matang. Mereka menikah karena Rio Nazam Widjaya yang harus menjadi seorang yatim...