3. Deal?

5.6K 476 60
                                    

"Marry me!!"

"Apa?"

"Menikahlah denganku!"

"Kau tahu? Aku tidak sebodoh itu tidak mengerti artinya  'Marry me'. Kau sedang kesurupan atau apa?"

"Aku sadar seratus persen, Kayla!"

"Apanya yang sadar? Tiba-tiba ngomong nggak jelas begitu,"

"Kita menikah, dan kita akan merawat Rio bersama."

"Wha-"

"Kau tidak mau?"

"Hah? Maksudku-"

"Kalau begitu, aku sendiri yang akan mengambil hak asuh Rio."

.

.

.

Raka menyodorkan map cokelat ke hadapan Kayla. Awalnya gadis itu menatap curiga pada benda tersebut. Bagaimanapun dia cukup waspada, setelah kejutan bertubi-tubi yang diberikan Raka siang hari ini.

Di detik ke sepuluh tangannya terjulur mengambilnya. Ia menatap Raka sekilas sebelum membuka map itu. Terdapat beberapa kertas di dalamnya. Dengan teliti, gadis itu mulai membacanya.

Sementara itu, Raka mengamati gerak-gerik Kayla sekecil apapun. Ia mengamati mata cokelat Kayla yang bergerak cepat membaca baris-perbaris isi surat yang ada di hadapannya. Sesekali dari gerakan matanya, Raka tahu kalau Kayla kembali membaca ulang kalimat-kalimat dalam surat itu.

Siang ini ia memang sengaja mengajak Kayla bertemu di sebuah cafe. Ia harus membicarakan niatnya pada Kayla terlebih dahulu. Bukan hal yang lucu bila Kayla menolaknya mentah-mentah di hadapan keluarga. Mau ditaruh dimana mukanya?

Kalaupun Kayla menolaknya sekarang, dia masih punya waktu untuk meyakinkan gadis itu.

Kayla datang dengan pakaian casual-nya. Katanya dia dari kampus, mengurus keperluan wisudanya yang sempat terabaikan.

Walaupun dengan gaya berpakaiannya tergolong cuek, menurut Raka, Kayla masih terlihat manis. Kemana saja ia selama ini? Padahal ia dan Kayla tergolong sering bersama. Dalam hal mengurus Rio tentu saja.

Kalau diingat-ingat, ini pertemuan pertama mereka tanpa Rio sebagai pihak ketiga. Hal ini membuat Raka bisa melihat Kayla lebih jelas, tanpa perlu membagi perhatiannya pada tubuh mungil Rio.

Dulu, saat melihat keluarga kecil Calista dan Raffa, ia bertanya pada dirinya sendiri. Apakah dia akan memiliki keluarga sendiri kelak? Seperti apa istri dan anaknya nanti? Akankah terlihat lucu saat keluarganya, Raffa dan Calista berkumpul bersama? Ah...mereka pasti tampak seperti keluarga besar yang ramai.

Khayalannya memang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Meninggalnya Rafa dan Diana cukup mengacaukan khayalan manisnya akan keluarga besar yang ramai.

Tapi.... Bolehkah ia memulai khayalan indahnya lagi? Bolehkah ia mulai membayangkan sosok Kayla sebagai istrinya? Bolehkah ia-

"Bukk!!"

Raka dikejutkan dengan bunyi cukup nyaring di depannya. Ternyata Kayla memukul meja dan menatap Raka dengan tatapan tidak percaya. 'Kemana wajah manisnya yang tadi?'

"Apa-apaan ini, Raka?" tanya Kayla dengan nada tidak percaya.

Raka meringis pelan mendengar suara Kayla yang tidak kalah menggelegar dari suara meja yang sebelumnya dipukul gadis itu. Ia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Beberapa pengunjung café melirik ke arah mereka dengan tatapan penasaran.

"Bisakah suaramu diperkecil?" tanya Raka hati-hati.

"Masalahnya bukan pada suaraku. Tapi pada kau dan surat wasiat ini!"

Replacing His ParentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang