Raka berlari sepanjang koridor rumah sakit bersalin secepat yang dia bisa. Entah sudah berapa bahu yang tidak sengaja dia tabrak tanpa meminta maaf. Raka terus berlari tanpa memperdulikan makian yang dilontarkan kepadanya. Yang dia pedulikan sekarang adalah kondisi Diana -kakak iparnya.
Sekitar satu jam yang lalu dia mendapat telepon dari Kayla -adik sepupu Diana, memberitahunya bahwa Diana masuk rumah sakit karena jatuh dari tangga. Diagnosa terakhir dari dokter, Diana harus melahirkan secara caesar secepat mungkin karena Diana terancam keguguran. Itu berarti prematur, mengingat usia kandungan Diana baru 25 minggu.
Demi Tuhan, Raka bahkan belum selesai mengurus Raffa -saudara kembarnya, yang turut menjadi korban meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat. Sekarang dia harus mendengar kabar buruk dari istri Raffa.
Raka bukan orang yang religius, tapi seiring dengan jantungnya yang berdebar kencang, dia terus saja memanjatkan doa. Semoga Diana dan calon keponakannya baik-baik saja. Semoga Diana dan calon keponakannya kuat.
Raka menggeram dalam doanya. Hatinya tak kunjung tenang. Ya Tuhan, berikanlah yang terbaik untuk Diana dan bayinya...
Raka memelankan langkanya saat sampai di depan kamar bersalin. Mata hitamnya menangkap sosok wanita yang dia kenal. Wanita paruh baya itu tengah menangis dipelukan suaminya.
"Bagaimana kondisi Diana?" tanya Raka dengan suara tercekat.
Sang suami menatap Raka dengan tatapan sendu. Laki-laki itu sendiri tampak bingung harus menjelaskan seperti apa. Sedangkan istrinya tidak mampu memberikan jawaban karena tangisannya yang tidak bisa berhenti.
"Diana ada di dalam. Dia sedang-"
"DIANA... JANGAN TINGGALKAN KAMI...!!! KAMU HARUS KUAT, KAMU HARUS LIHAT ANAK KAMU... KAMU HARUS HIDUP..."
Suara teriakan histeris terdengar dari dalam ruangan. Teriakan itu terdengar pilu dan menyedihkan karena bercampur dengan suara tangis.
Raka mencoba menghentikan otaknya yang sedari tadi menduga-duga hal buruk apa yang terjadi di dalam sana. Jangan lagi, dia masih shock pasca berita meninggalnya Raffa. Tadi siang dia tak sanggup menahan tangis saat melihat jasad Raffa yang hampir tidak dikenali lagi.
Seorang perawat memanggil anggota keluarga masuk. Pemandangan pertama yang dapat dia lihat adalah Kayla yang menangis sambil menggenggam tangan Diana. Sedangkan Diana bernapas dan berbicara dengan putus-putus. Lelehan air mata tampak di sudut mata Diana.
Raka tidak dapat mendengar dengan baik karena jantungnya berdebar terlalu kencang. Hanya satu kalimat yang dapat ia dengar dengan jelas walaupun diucapkan Diana dengan susah payah.
"Tolong jaga Rio ya... Sampaikan maafku dan Raffa pada Rio,"
Setelah itu Diana dituntun oleh Ayahnya mengucapkan syahadat diiringi tangis pilu Ibunya dan Kayla. Raka hanya bisa mengusap pelan kedua punggung perempuan itu. Berharap usapan itu meringankan perasaan mereka untuk mengikhlaskan kepergian Diana.
Beberapa saat kemudian, Diana tertidur dengan tenang.
Kayla menangis histeris sambil mencengkram tangan Diana yang kini terkulai lemah. Ibunya berusaha mengendalikan kesedihannya dengan membelai rambut panjang Diana sambil melantunkan doa. Sedangkan Ayahnya bersandar di dinding dan menutup wajahnya dengan telapak tangan. Semua orang bersedih.
Diana telah pergi. Pergi menyusul Raffa yang telah dipanggil lebih dulu oleh Tuhan tiga hari yang lalu. Semua orang menyayangi Diana dan Raffa, tapi Tuhan jauh lebih menyayangi mereka.
"Nggak mungkin, Diana masih hidup. Rio butuh kamu... kita semua butuh kamu," kata Kayla disela tangisnya. Gadis itu masih tidak bisa menerima kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Replacing His Parents
RomanceIni tentang Raka Adiputra Widjaya dan Kayla Mayangsari. Mereka menikah bukan karena dijodohkan. Bukan karena desakan keluarga. Bukan pula karena umur mereka yang sudah matang. Mereka menikah karena Rio Nazam Widjaya yang harus menjadi seorang yatim...