part 1

79 11 1
                                    

Author's pov

"Anzaa"

"haloo Rayy" jawabnya antusias.

Shanza Archangela yang kerap di sapa Anza, memiliki paras yang indah suara yang merdu, walau badannya mini.

Ray Servasius yang dipanggil Ray ini. Ganteng ? gak juga. Manis? Lumayan lah. Tapi ada aja dari dirinya, yang membuat orang waww saat pertama kali melihatnya. Jika Anza memiliki tubuh yang mini, Ray sebaliknya badannya tinggi dan besar. Ditamabah lagi dengan suara merdu dengan iringan gitarnya. Orang-orang semakin "waww" dengannya.

"lu, jadi ikut lomba vocalnya, gak ?" Tanya Ray kepada Anza. Mereka bertemu disalah satu mini market, yang dekat dengan rumah mereka.

"lomba apaan?" Tanya Anza, bingung.

"lah, lu gak tahu?" Tanya Ray balik

"nggak tuh.. coach gak ngomong apa apa sama gue, soal ini. Btw, ada lomba apa ?"

setelah membayar coffe, merekapun melanjutkan perbincangan di kursi-meja, yang ada.

"haduhh Zaaa, lomba yang tiap tahun lu ikutin. Dan yang tiap tahun lu menangin jugaaa" jawab Ray

"ohh itu. Gue gadibolehin ikut lagi sama coach, katanya kasih kesempatan anak choir yang lain" jawab Anza, setelah meneguk kopi yang dibelinya itu.

"yah lu, gue ikut ajaa lu gak ikut sedih" jawab Ray

"jangan gitu dong, gue bakal ada kok. Pasti gue nonton elu deh" jawab Anza, untuk menghibur Ray yang sekarang mukanya sudah dilipat lipat.

*bzzzzz bzzzzzz* handphone yang tergeletak di meja, mulai bergetar dan bergeser tempat

"nza telfon tuh" kata Ray

"sapa tuh" sambil melirik handphonenya. Ia, yang hendak menggambil handphonenya, mengurungkan niatnya

"kok gak diangkat?"

"gaklah males" jawab Anza, bete.

*bzzzzz bzzzzz*

"Nza tuuuh"kata Ray, sambil melirik hanphone Anza

"hmm. Raffa" katanya pelan. "Raffa? Siapa Raffa ?" tanya nya heboh

"adek kelas" jawab Anza singkat.

"dih demennya brondonggggg" goda Rayy

*bzzzz bzzzzz*

"apa?" akhirnya, Anza menggangkat telfonnya.

"kak An, jadi gak? Gue jemput yaa"

"gakusah, duluan aja"

"gak mau ah,lu di mana? "

"minimarket depan komplek"

lalu telfonnya terputus begitu saja.

Hari ini, adalah Ulang tahun Raffa.  Jelas, Raffa mengadakan makan makan. Raffa yang tengah kasmaran akan Anza, mengundang Anza diacara ulangtahunnya. Mengetahui hal ini, perasaan Ray menjadi asam.

"kak Anzaa" teriak Raffa dari mobil nya. Lalu ia turun kemudian menghampiri Anza yang sedang duduk bersama Ray.

"ayok,kak" sambil menarik, menggengam tangannya.

"apa apa an nih"guman Ray.

"eh eh ini tangan ngapain ini?" Tanya Anza, kepada Raffa.lalu, ia mencoba melepaskan genggaman tangan Raffa.

"ayoooooo" pinta Raffa. sambil terus menarik-narik tangan Anza.

"e..eeeh.Ray gue duluan yaa. See you besok" pamit Anza, sambil menyisipkan senyum manisnya itu.

Ray's POV

Raffa ? siapa tuh. Kata Anza, itu adek kelasnya. Sejak kapan dia mau berbaur sama adek kelas? Pasti ada apa apanya tuh. Dan Anza, gak cerita sama sekali ke gue? What the hell?

Sekarang, Anza angkat telfonnya si Raffa. pake kasih tau, kita lagi dimana. Pasti, mau dijemput tuh si Anza. Jadi cewe sih, kecakepan.

Wah,bawaannya mobil. Nyaing-nyaingin gue aja nih cowo. Siapa sih,ganteng gak nih?. Wah, dia buka kaca. Sekarang dia, memanggil Anza. Malah turun sekarang. Lah? Apa gantengnya? Gantengan gue kemana-mana kali.

"Kak Anza" pinter banget di cowo, sok-sok sopan manggil 'kak'. Muka aja kayak begitu, kagak ada bener-benernya.

Sudah pakai teriak, pakai ke meja gue segala,lagi. Sekarang, malah menggang tangannya Anza. Panas sih, tapi kalau gue tinggalin, nanti gak ke control. Tungguin aja, sekalian latihan sabar.

Sekarang Anza pergi ninggalin gue. Ya, gue pulang juga lah

Author's POV

"kak Anza" panggil Raffa

"jangan panggil gue 'Kak', gak suka" jawab Anza,dengan jutek

"biar sopan tau" jawab Raffa "alah basi." Jawab Anza,singkat

"oke. Halo Anza" ulang Raffa memanggilnya "NAH"

"lu masih ngambek sama gue ?" Tanya Raffa.

Ya, kemarin mereka janjian buat jalan bareng. Janjinya, Raffa mau nemein Anza cari tas. Di salah satu Mall. Tapi, yang janjinya Raffa dateng jam 3 sore, ini malah dateng jam 7. Jelas, Anza bete banget. Raffa sih alesannya, latihan band buat acara pentas seni sekolah. Tapi tetep aja janji adalah janji bagi Anza.

"yaa menurut lu aja fa"

"sorry An, tapi beneran deh kemaren gue gabisa udahin latihan band gue.belum beres An. Kalau yang kemarin cepat beres karena, lu ikut campur tangan."

"yaa makannya jangan ketergantungan lah"

Anza marah? Sudah biasa. Seperti makanan sehari-hari. Dia cuman bisa cair bersama Ray,dan teman se-sekolahnya. Mungkin, Raffa akan masuk ke daftarnya juga.

**

"berangkat sama siapa?" notifikasi dari aplikasi LINE berbunyi. Anza menerima pesan dari Ray.

"sendiriiii" jawab nya

"gue otw ya jemput" balasnya

Walau mereka beda sekolah, Ray suka mengantar-jemput Anza. Teman teman Ray menggangap bahwa dirinya terjebak dalam "tukang ojek Zone". Tapi, hanya itu yang bisa membuatnya, bertemu dengan Anza  s e t i a p  h a r i.

**

"Rayy, pulangnya gatau deh gue. Kayaknya, ada kerkel dehh"

"See you di club vocal yaa. Jam 6 oke"

Lalu Anza memasuki gedung sekolahannnya itu.

"Kak Anza"sapa salah satu adik kelasnya. Anza,hanya membalasnya dengan senyuman.

Belum saja sampai ke kelas. Salah satu guru sudah memanggilnya, lalu memberi secarik kertas.kertas itu berisi,

Anza,tolongin saya ya. Umumin kalau choir dan music ada latihan. Waktu latihannya, di jam pelajaran pertama dan kedua, itu latihan pertama. Yang kedua jam pelajaran terakhir. Lalu, di sambung dengan ekskul. Istirahat 20 menit. Dan latihan lagi sampai jam 5 ya. Saya pergi sehari ini, dan baru pulang jam 4 atau 5. Kamu jadi pelatih choir dan music ya. Kamu menguasai dengan baik 2 bidang itu.

Terimakasih, Bu Lia.

"mati gue. Sudah dapat surat terror pagi-pagi"gumannya dalam hati.

"pagi Anza" sapa Raffa, saat ia memasukki kelas nya. "ngapain disini ?" Tanya nya

"nungguin,elu" jawab Raffa dengan menebarkan senyumannya.

"apa nih ??" Raffa menarik kertas yang ada di tangan Anza.

**

tbc:)


HALO!
ini, merupakan cerita gue yang kedua. semoga, di dalam cerita ini, bahasa yang digunakan lebih teratur. sehingga, READERS serta VOTE  semakin meningkat.

fideleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang