part 2

26 6 0
                                    


Bel berdering. Menandakan, seluruh aktifitas di Sekolah, dimulai. Anza, yang berniatan untuk melewati segmen 'ceramah pagi', yang dibawakan oleh guru Bahasa Indonesianya itu, melalui radio sekolah. Mau tidak mau, harus mengikutinya dan mendengarkan. Karena, saat ia membuka pintu kelas. Wali kelas nya, yang mengisi jam pertma pagi itu, sudah berada di depan pintu.

Dengan muka mesam-mesem-masam. Ia, kembali ke kursi nya dan mendengerkan ceramah yang tiap harinya, memliki topik yang sama. Yaitu, 'giat belajar' hanya, kata-katanya saja berbeda.

**

Segmen ceramah, yang berlangsung kurang lebih 10 menit telah usai. Suasana kelas yang semula hening, menjadi sangat ricuh. Baru saja, Anza ingin menuju ke depan kelas untuk meminta ijin ke pada Pak Reza-wali kelasnya. Pak Reza, sudah memanggilnya terlebih dahulu.

"Anza. Shanza Archangela" katanya tegas. Ia, memanggil Anza dengan suara cukup keras dan menyeramkan. Intonasi suara nya, yang seharusnya mampu membuat suasana kelas stabil. Tidak berpengaruh apa-apa pada saat ini.

Bisa dibaca, wajahnya pagi ini diwarnai dengan warna merah. Kumis yang terpampang 'indah' diantara hidung dan mulutnya. Mata bulat besar nya itu, seperti ingin mencuat keluar dari rongga matanya. Semakin membuat suasana dalam diri Anza, bak perayaan Halloween. Seram-gelap-menakutkan.

"iya, Pak?" Tanya nya, sembari tetap santai di dalam perasaan yang nano-nano.

"Anza, kenapa saat segmen ceramah pagi, ingin dimulai. Kamu, malah membuka pintu kelas? Apakah, kamu ingin mencoba kabur? Kabur dari segmen ceramah pagi? Atau kabur dari jam saya ? " ia berbicara,sambil terus men-sipit kan dan mem-pertajam kan, nmatanya itu. Terlihat indah? Tidak. Terlihat keren? Tidak. Terlihat seram? Tidak. Terlihat menjijikan ? ya.

Lalu, dengan Santai. Anza, mengeluarkan kertas dari saku roknya. Lalu, memberikan surat terror nya kepada Pak Reza.

"ehe, Anzaaaa. Kamu, sekarang boleh loh meninggalkan kelas ini. Jangan lupa, ajak teman teman choir dan music kelas ini juga yaa" kata Pak Reza lembut

"amit amit" guman Anza.

**

Ia memanggil teman temannya, yang merupakan anggota Choir dan Musik juga.

"duluan aja ya. Gue, mau panggil yang lainnya" kata Anza, kepada berberapa teman sekelasnya itu.

Lalu, setelah memanggil berberapa teman dikelasnya. Tujuan pertama, ia akan menghampiri kelas yang berada di sebrangnya. 10.3. ia, mengetuk pintu sambil terus mengintip dari jendela kecil yang ada di pintu. Lalu, ia mendapatkan respon anggukkan dari wali kelas 10.3.

Ia membuka pintu kelas 10.3"permisi pak, saya Anza" lalu, menapakkan kaki dikelas 10.3. baru satu langkah ia melangkah. Suasana kelas yang sangat kondusif itu, berganti dengan sorakkan "CIEEE CIEEEE CIEEEE CIEEEE CIEEE CIEEEE". Yang berasal dari, anggota kelas itu. Seisi kelas itu, terus menatap Raffa sambil 'cie cie'."Apaan sih" guman Anza.

Dan ia menuju ke meja Pak Rizo-wali kelas 10.3.

"halo Pak, saya Anza Archangela. Perwakilan dari choir dan music. Saya ingin memanggil, teman-teman yang sudah di pilih Ibu Lia untuk mengisi acara 2 hari lagi"

"yauda panggil aja sono" jawabn guru itu seenak jidat.

Nama pertama yang dipanggilnya ,"Raffa" lalu, ia menyuruh Raffa untuk mengajak teman-temannya yang lain.

"CIEE CIEEE CIEEE" kelas itu, menjadi ricuh ((lagi)).

**

Kelas demi kelas, sudah ia hampiri. Nama demi nama, sudah ia panggil. Hanya tinggal Raffael seorang yang, menemaninya saat ini.

"sorry ya" kata, Raffael.

"karena?" Tanya, Anza. Heran.

"tadiii, kelas gue kan cie –cie –cie in gak jelas gituu. Takut lu bete ajaa, Ann" katanya. "biasalah gue, di cie cie in kalau masuk ke kelas orang. Kan banyak, yang demen sama gue. Jadi, sudah kebal" jawab, Anza. Santai.

**

Latihan pada hari ini pun selesai. Tak seperti biasanya, Ray tidak menanyakan apapun tentang keadaan dan kondisi Anza. Padahal, setiap harinya tiap 30 menit sekali. Ray selalu menyempatkan diri untuk meneflon Anza.

Anza terus mengecek handphonenya. Ray, tidak mengupdate apapun di akun Snapchatnya hari ini. "kenapa nih?" Tanya Anza dalam hati.

"Nzaaaa" panggil seseorang

"Rayyy?" jawabnya.

"hah, Ray? Gue Raffa please" jawab Raffa keheranan

"eeeeh. Sorry fa" jawabnya lagi pelan

Bayangan Ray berlalu lalang dipikirannya. Membuat resah gelisah. Apa dia marah sama gue? Apa dia gasuka gue deket Raffa? Apa diaa....

"Nzaaa pulang yuk" ajak Raffael.

Anza hanya diam. Tidak berkutik. Ia hanya menatap Raffa.

"nzaaa?" Raffa menggerak-gerakkan tangannya, di depan wajah Anza.

"puuu..lll..aa..ngg? aay..yok" jawabnya terbata-bata.

**

Anza's POV

Siang ini, Ray gak kabarin gue sama sekali. Dia kenapasih? Masa iya dia marah sama gue? Karena apa cobaa? Gue deket sama, Raffa ? yaelah, hubungan kita emang apa sih? Ish.

Ray, yaampun. Dia kemana yaa. Telfon gak ya. Okedeh, telfon aja.

"nomor yang anda hubungi tidak menjawab" ishh. Kenapasih, si mbak-mbak yang angkatt.

Gue pun akhirnya, pulang sama Raffa. Daripada naik taxi mahal, mending sama Raffa. Sudah gratis, wangi pula. Pas gue sampai rumah, adik dan kakak gue yang biasanya dirumah tidak ada. So, gue Tanya ke penjaga rumah gue. Kemana mereka. Dan jawabannya kerumah sakit. Siapa yang sakit? Dan penjaga rumah gue bilang, gue disuruh kerumah sakit aja. Lah, gue aja gatau siapa yang lagi sakit ?

Oke. Gue mengiyakan amanat mama gue. Disuruh kerumah sakit. Sebelum itu, gue mandi dulu biar wangi. Kali ini gue gak catokkan. Gue mengkucir rambut sebahu gue, ini. Gue mengendarai mobil pribadi gue, yang gue dapet dari kado sweet seventeen 2bulan yang lalu.

Perjalanan dari rumah gue, kerumah sakit tujuan menempuh waktu yang singkat.

"Mah, aku sudah sampai" gue pun menghubungi mama.

"naik ke lantai 3. Ke kamar nomor 272" kata Mama, datar. Lalu, dengan begitu saja. Ia memutus telefonnya.

Gue makin penasaran siapa yang sakit...

**

Gue pun sudah sampai di lantai 3. Gue mencari lorong kamar 270-an. Dan akhirnya gue menemukan kamar 272. Saat gue buka kamar inap itu, yang gue dapati adalah Ray.

"RAYYYYYYYYY?!?!?!?!??!?!?!"

----------------------

sorry yaa, gak terlalu panjang part nyaa.

VOTE AND COMMENT

fideleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang