part 3

25 4 3
                                    


Gue pun sudah sampai di lantai 3. Gue mencari lorong kamar 270-an. Dan akhirnya gue menemukan kamar 272. Saat gue buka kamar inap itu, yang gue dapati adalah Ray.

"RAYYYYYYYYY?!?!?!?!??!?!?!"

**

Seorang lelaki, yang biasanya selalu tersenyum setiap saat bertemu sama gue. Sekarang, ia terbaring lemah di ranjang kamar inap itu. Mata nya terpenjam. Suasana kekhawatiran, masih menyelimuti ruangan ini. Gue, mencoba untuk mendekat kan diri kepada Ray. Memar-memar di bagian wajahnya, terlihat. Sekaligus merupakan saksi bisu, bahwa ada suatu insiden, kecelakaan.

Rasa ingin tahuan gue, masih terkalahkan oleh ketidak tegaan untuk bertanya kepada orang tuanya. Mamanya, yang sedari tadi menangis tersedu-sedu atas kondisi anaknya. Papa nya, yang menjadi diam seribu bahasa. Padahal, biasa nya ia selalu membuat topic, apa pun, dan dimana pun.

"jadi, kenapa Ray bisa seperti ini?" pertanyaan extreme gue, memecah keheningan.

Irawan-ayah Ray, menceritakan dengan rinci kejadian apa yang telah melanda anak nya itu.

"tadi pagi tuh dia, sehabis antar kamu kesekolah. Dia, pergi kesekolahannya. Eh, katanya orang – orang deket situ. Dia, di tabrak. Nah, om gatau nih kenapa bisa ketabrak. Dan, daritadi jam 8an sampai saat ini-jam 5. Ia, belum sadar" intinya seperti itulah.

Gue pun mendekati lagi ranjangnya. Dan, mamanya pun berdiri dari kursi yang di dudukinya. Ia, mempersilahkan gue duduk disitu. "Tante, duduk aja" kata gue. "kamu aja, siapa tau dia sadar. Kan, ada kamu" jawabnya.

Kalimat itu melejit, sampai ke lubuk hati gue yang paling dalam. Senyuman yang terpancar dari wajah gue, murni dari hati. Ini-kah namanya Cinta ?

**

"bzzzz" handphone gue bergetar. Lalu, gue lihat siapa yang mengirim pesan di jam sekolah seperti ini. Ternyata, Raffa.

"Anza, kok lu gak masuk sih?"

"ijin, hehe"

gue memutuskan untuk ijin sekolah hari ini. Karena, gue ingin menemani Ray. Sampai saat ini dia belum sadar diri. Jadi, gue tidak tega untuk meninggalkannya.

"Nza, makan saraoan sana" pinta Bunga-Ibu Ray.

"i-iya tante" lalu, gue keluar dari kamar inap itu.

Fyi, orang tua gue, adik dan kakak gue sudah pulang ke rumah sejak malam tadi. Lalu, tadi pagi Bokap gue, bawaain gue baju. Mereka semua sudah mengizinkan gue menginap di Rumah sakit. Dan, mereka sudah meninggalkan uang, buat gue jajan. Hehe.

Sekarang sudah menunjukkan pukul 10. Gue memutuskan untuk sarapan di Mcd. Dan, gue ketemu anak-anak sekolah gue. Mampus lah gue. "Anza, kok lu gak masuk sih?" pertanyaan itu terlontar terus-terusan. "gue udah ijin kokkk".

Pas gue makan, tiba-tiba ada yang duduk di depan gue. Ya, Raffa.

"Nza, kok lu gak masuk sih?" dia bertanya seperti itu lagi.

"kan tadi gue sudah menjawabnya"

" ya, ijin kenapa?" bertanya seperti orang yang belum mendapat kepuasan.

"ada urusan keluarga" gue menjawab asal

"ah, tadi gue lihat adik lu loh. Dia aja masuk" yah mampus gue, salah jawab. "udahlah, jujur aja Nza"

"si Ray, tau Ray gak? Pokoknya itu lah. Dia masuk rumah sakit, terus gue nungguin dia"

"dih? Emang lu siapa nya, mau aja di suruh nungguin"

"gue gak disuruh, gue yang mau"

"Ray yang ketemu di Mini market itu kan?"

"ya"

Lalu, Raffa pergi dengan raut wajah 'sebal'.

**

Author's POV

"Anzaaaa"suara lembut itu, membangunkan Anza dari tidurnya.

Ray sudah sadarkan diri. Senyum sumringah menyelimuti ruangan itu. Bunga langsung memeluk Anza, saking senangnya. "Ray, akhirnya kamu sadar jugaa" kata Bunga.

"emang aku abis kenapa sih, Ma?" Tanya nya, heran.

Lalu, Bunga menceritakan segala kejadian itu. "kata dokter, pikiran kamu pasti tidak stabil saat ngendarain motor kemarin. Kamu, mikirin apasih?"Tanya Bunga penasaran.

"dia" sambil menunjuk Anza

"hah, gue ?" Tanya nya, heran.

"sudah deh, kalian selesaikan dulu masalahnya. Mama mau makan dulu ya Ray,Dadah" senyuman jahat itu nampak.

"kenapa gue?" Tanya nya, masih heran.

"dih, Baper bener sihh" jawab Ray.

"ish" gerutu Anza. Dan, seketika mukanya memerah.ia malu, "KENAPA GUE KEPEDEAN BANGET YAAMPUNNNNN?" gumanya dalam hati.

"aaaaw, mukanya memerah tuhhh. Baper beneran iiih" ledek Ray.

Ray's POV

Anza? Kenapa gue mencari dia? Kenapa juga gue ada disini? Kenapa juga dia ada disini ? huft.

"Ray, akhirnya kamu sadar jugaa" kata mama gue.

"emang aku abis kenapa sih, Ma?" Tanya gue heran.

Lalu, mama gue nyeritain kenapa gue bisa kayak begini. Dan kata mama gue, "kata dokter, pikiran kamu pasti tidak stabil saat ngendarain motor kemarin. Kamu mikirin apasih?"

Hmm, kemarin mikirin apa ya? Coba gue ingat. Oiya, Anza sama adik kelasnya itu. Anjir, masa gara-gara gelisah sama begituan gue kecelakaan. Ini yang salah guenya atau siapanya sih? Mereka yang buat gue penasaran, apa gue yang cemburu? Ah gak lah, masa cemburu. Berati, gue demen gitu sama Anza ? ih sorry.

"dia"sambil nunjuk Anza. Gue mau tahu, dia baper atau tidak. Sekalian, biar mama gue yang super duper pengen anaknya punya pacar ngejodohin gue sama Anza. Kok Anza lagi?idiiih.

----------------------

sorry yaa, gak terlalu panjang part nyaa.

VOTE AND COMMENT


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

fideleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang