Aku mengusap telapak tangan tirusnya yang terkulai lemah diatas perutnya, mengusapnya penuh dengan rasa cinta yang membuncah walaupun kenyataan kalau selang selang yang seakan membungkus tubuh jangkungnya ini cukup merapuhkan pertahananku.
Sudah lama ia terbaring, sudah selama itu juga aku bertahan seperti mayat hidup tanpa senyum mengejeknya yang kurindukan.
Aku mendongak menatap wajah tampannya berharap sosok itu akan menatapku balik dengan tatapan teduhnya, tetapi mata pria itu sama sekali tak menunjukkan pergerakkan yang berarti, deru nafas ringkihnya terdengar seolah menantangku untuk menangisi keadaan pria itu.
Aku terus mengusap telapak tangannya sekedar mencari pergerakkan walaupun aku sendiri tahu apa yang kulakukan hanya sia sia.
Tangan besar miliknya yang entah mengapa selalu terasa hangat.
Ibuku bilang, orang yang bertangan hangat adalah orang orang yang penyayang dan penolong.. kalau benar begitu, maka aku tak akan meragukan perkataan ibuku lagi karena memang pria tampan ini tak bisa kuragukan lagi kebaikannya.
Ah..tangan itu yang selalu membelai kepalaku dengan sayang, mendekapku saat aku menangis, menyuapiku makanan walaupun terkesan kasar, dan bahkan menjitak kepalaku saat aku sedang melamun saat belajar.
Semakin kucoba untuk mengingat semua kenangan tentangnya, hatiku justru semakin meraung untuk menumpahkan setetes dua tetes air mata.
Aku tak tahan melihat pria yang menjadi pelindungku selama ini tergolek lemah diatas bangsal rumah sakit, rasanya perih bagaikan menatapi kematianku sendiri.
"Kumohon bangunlah.. Tanpamu aku tak akan mampu berbuat apa apa.." Aku mengelus helai rambut halusnya penuh sayang, seperti yang biasanya pria itu lakukan padaku.
"Kumohon.. jangan tinggalkan aku, aku sangat mencintaimu.."
Tak kusangka kata itu keluar dari bibirku hanya untuk pria pembohong yang kucintai di depanku ini, tetapi memang rasa cintaku lebih besar daripada rasa benci yang kutorehkan padanya.
Tak sadar selama merajut rasa benci, justru aku malah membuat segumpal cinta, kebodohan yang sangat indah dalam hidupku..
Tetapi apalah arti cinta jika orang yang kucintai justru hendak pergi meninggalkanku.. aku.. takkan sanggup, dan aku takkan mampu membiarkan hal itu terjadi.
Tes..
Air mata yang kutahan susah payah akhirnya terjatuh tepat saat aku melayangkan ciuman lembut di bibirnya yang dingin.
"Aku mencintaimu, om... bagaimana bisa Vena hidup tanpa Arteri?"
***
HEYO :3
Salam kenal semuanya, moga suka sama cerita yang aku siapin ini.. Vomment kalian sangat berarti lho :3.
Salam hangat~
*Nyne a.k.a Whattheduck <3
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Heart Beat
RomanceVena dan Arteri. Kedua buah pembuluh yang berfungsi sama penting di jantung itu bagaikan bumi dengan langitnya, tak terpisahkan. Vena takkan bisa hidup tanpa Arteri, dan Arteri pun tak bisa hidup tanpa Vena. "Karena kita adalah satu.."