Multi media : Om Arteri N Vena <3
***
(Author POV)
Sialnya, ada empat kali jadwal pelajaran Biologi dalam seminggu.
Mau tak mau, sesuai dengan hukumannya minggu kemarin, Vena di skors dan dilarang mengikuti pelajaran Biologi selama empat kali dalam seminggu.
Kebetulan pelajaran Biologi hari itu adalah pelajaran penutup, Vena jadi dengan leluasanya bisa kabur dari sekolahnya yang bisa dibilang penjagaanya tidak ketat ketat amat itu. Berbeda dengan awal perasaannya yang menyesal tidak bisa mengikuti pelajaran bu Prita, kini gadis gebluk itu malah senang bukan kepalang karena bisa pulang duluan.
Vena mengetik di ponselnya kilat, memberi chat meledek pada Sasti yang masih terkurung di neraka bersama bu Prita yang galak itu.
Venaariyosh : Sukurin deh yang masih sekolah, gue cabut duluan ya. Bye sayong.. :*
Tidak ada balasan dari Line Vena, gadis itu tahu jelas selama di pelajaran bu Prita, memainkan handphone merupakan aksi bunuh diri mengingat ultimatum sengit yang wanita paruh baya itu berikan.
Setelah mematikan layar ponselnya, gadis cantik itu merangkul tas teddy bear cokelatnya menjauh dari kelas, jam masih menunjukkan pukul 1 siang dan Vena benar benar merasa seperti anak bandel saja sudah berkeliaran di luar gerbang sekolah.
Akhirnya Vena mengarahkan kakinya pergi ke café ice cream yang jaraknya lumayan jauh dari sekolahnya dan memesan dua scoop Ice cream Latte nya beserta cheese cake strawberry kesukaanya.
Masih ada tiga jam lagi sebelum jadwal lesnya dengan om om itu, daripada hendak pulang kerumah dan diberikan tatapan kecewa dari kak Dio karena kepulangannya akhirnya gadis itu menyilangkan lengannya dan hendak tidur sampai jam menunjukkan pukul 4 sore.
Membiarkan es krimnya mencair dan cake nya mengapek. Vena terus tertidur sampai sebuah tangan menjitaknya keras, dengan wajah murka karena diganggu tidurnya akhirnya Vena menengadah dan hendak menyemprot orang yang dikiranya pegawai café yang tidak sopan itu.
Tapi betapa terkejutnya Vena saat menemukan wajah garang Kenneth yang sedang melipat tangannya di depan dada. Tatapan amarah yang sering Kenneth hadiahkan untuk gadis itu saat kelemotannya kambuh.
"Bangun" Suruhnya, membuat Vena memicingkan mata dan duduk menegak membuat beberapa tulangnya terasa pegal.
"Kok om ada disini?" Tanya Vena polos.
Gadis itu dapat melihat pakaian Kenneth yang tampak berantakan seberantakan wajahnya yang kecapekan. Selalu kemeja buluk dan jeans sobek sobek yang entah mengapa membuatnya malah terlihat makin tampan tiap harinya.
"Harusnya aku yang bertanya begitu padamu.." Kenneth menaruh buku buku pelajaran milik Vena yang ia bawa keatas meja, membuat Vena menganga tak percaya.
"Jangan pikir kau bisa kabur ya gadis kecil. Aku tidak akan menyerah mengajarimu walaupun kau membuatku menunggu selama satu jam di rumahmu.." Tegas Kenneth tajam.
Vena menatap jam tangannya lama. Jam 5 sore, astaga. Gadis itu pasti sudah jadi tontonan di café karena tindakan tidurnya yang melebihi batas normal itu.
"Kenapa sih om sangat gencar ingin mengajariku?" Tanya Vena sebal seperti tak bisa berkutat dengan dunianya sendiri karena begitu dia sedang bahagia selalu saja muncul wajah Kenneth yang seperti menghantuinya.
Kenneth terdiam sejenak. "Karena kamu itu tanggung jawabku terhadap Michael, Vena. Dan saya gak mau melanggar perjanjian kami... kau dan aku hanya sebatas perjanjian ajar mengajar bukan?". Hanya kata kata tak tersampaikan itu yang terlintas di benaknya membuat jakunnya naik turun dan membuahkan tatapan bingung dari Vena.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Heart Beat
RomanceVena dan Arteri. Kedua buah pembuluh yang berfungsi sama penting di jantung itu bagaikan bumi dengan langitnya, tak terpisahkan. Vena takkan bisa hidup tanpa Arteri, dan Arteri pun tak bisa hidup tanpa Vena. "Karena kita adalah satu.."