#3 Another opportunity for New Hope

30.2K 2.7K 69
                                    

"Trev, fakultas Hukum itu disebelah mana?"

Pagi-pagi Abby sudah bertanya hal mencurigakan pada Trev. Hari ini paman dan bibi berangkat lebih cepat ke hotel. Dan membahas itu, ia juga teringat Ange.

"Aku akan mengantarmu menemuinya," Trev menyahut sambil membaca dibalik koran. Suara mengunyah terdengar dibaliknya.

"Siapa?," Abby pura-pura bingung. Trev melipat koran dan memandang Abby tajam. Abby mengerucutkan bibirnya.

"Teman barumu itu kan? Angeline Boas."

"Waaah, hebat kau bisa mengingat nama satu gadis dengan cepat padahal dia kan nggak kencan denganmu," Abby betul-betul kaget.

"Aku malah nggak ingat semua nama gadis yang kencan denganku." sahut Trev angkuh, membuat Abby menganga tak percaya kalau sepupunya benar-benar playboy. "Kalau dia kencan denganku dan aku mengingatnya, berarti dia istimewa." Trev menenangkan Abby.

"Astaga... kau Don Juan!," tuduh Abby. Ia benar-benar kaget dengan kenyataan kalau sepupunya ini playboy kelas kakap.

"Jangan melenceng dari pembahasan awal, kau mau bertemu Ange kan?," Trev menatap Abby penuh pengamatan.

"Ummm ya, ada perlu." Abby mengaku.

"Ya sudah kuantar. Kau itu kan buta arah, dari pada tersesat lebih baik kuantar, kau benar-benar nggak punya nomor ponselnya?"

"Lupa minta..."

Trev menggeleng. Sepupunya ini mungkin jenius soal menari, tapi hal-hal remeh ia pelupa dan ceroboh. Harus ada yang mendampinginya.

"Ya sudah kuantarkan oke." Trev sudah memutuskan. Kali ini tanpa mau dibantah.

Abby menyerah.

***

Fakultas hukum dipenuhi mahasiswa-mahasiswi yang menenteng buku tebal kemana-mana. Penampilan mereka umumnya agak formal dan serius. Dan umumnya juga ... berpenampilan warna alam dan monochrom.

Ange cukup mencolok dengan gaya bohonya yang menarik. Terlebih warna rambutnya yang seperti api diatas kepalanya. Ia sedang sedang duduk berdiskusi bersama beberapa temannya di bawah pohon. Saat bicara, anting panjangnya yang terbuat dari besi putih berukir rumit muncul dan bergoyang dari bawah rambut pendeknya. Rupanya itu junior yang ada dibawah bimbingannya.

"Kau tidak bisa terfokus pada satu informasi. Kuncinya kau harus menggali hingga ke dasar. Rasa segan hanya membunuh rasa penasaranmu. Pasti ada celah jika orang itu bersalah..."

"Maaf menyela, Ange ada yang mencarimu."

Ange menengadah menatap juniornya dan melirik ke belakangnya. Abby melambai sambil nyengir, Trev menatap Ange tajam.

"Bisa tunggu? tanggung," Ange tersenyum pada Abby tapi tidak pada Trev, bahkan tidak melirik lagi. Ia mengucapkan terima kasih pada orang yang mengantar mereka.

Ange langsung blank menatap juniornya yang juga menatapnya balik. Bibir Ange terbuka dan tertutup seperti ikan. Lalu ia nyengir dengan geli dan pipi merona malu, "aku lupa, tadi sampai mana ya?!."

Para juniornya tertawa dan salah seorang dari mereka langsung menjawab, Ange pun mulai lagi dan kelompok kecil itu kembali serius.

Abby dan Trev menunggu di sebuah bangku taman tak jauh dari situ. "Aku tidak pernah disuruh menunggu sebelumnya!."

"Ngg, Trev yang ada perlu kan aku kenapa kau yang marah-marah?" Abby mengingatkan dengan hati-hati.

Wajah Trev memerah, Abby benar. Kenapa dia tiba-tiba jadi begitu sensitif ya?. Ia diam dan hanya melirik Ange yang nampak berbinar disana. Ia berbicara dengan santai tapi sepertinya sangat menarik karena yang lain menatapnya penuh antusias. Ia mendengar mereka dengan penuh pehatian. Ia berkomentar sesuatu dan mereka tertawa.

BROKEN WINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang