Chapter 6 // Sesuatu Terjadi

3.4K 253 9
                                    

Dari balik horden, hujan sore hari begitu deras. Pohon-pohonan di sekitar apartemen bergoyang-goyang akibat angin badai.

Prilly sedang duduk dibalkom apartemen sambil dengan segelas air teh yang menghangatkan tubuhnya.

Entah mengapa sedari tadi sejak pulang perasaannya tak enak. Feeling-nya mengatahkan sesuatu terjadi pada keluarganya.

Akhirnya ia memutuskan untuk meminum teh panas. Baginya meminum secangkir teh panas membuatnya agak sedikit membuatnya tenang. Apalagi, di tengah hujan yang melandang Kota London.

Di sisi lain, Ali tampak sedang memperhatikan pujaan hatinya dari pembatasan tembok balkom.

Persetan dengan lantai yang basah akibat rintikkan hujan yang terpenting ia bisa melihat Prilly.

Sedari tadi ia tak bergerak sedikit pun. Matanya sibuk memperhatikan pujaan hatinya sedangkan, pikirannya mengingat masalalu.

Prilly yang merasakan jika dirinya sedang di perhatikan segera menengok dan benar. Ali sedang memperhatikannya dengan mulut tersenyum.

Prilly menggelengkan kepalanya kemudian beranjak dari tempat untuk menghampiri Ali yang masih saja dengan posisi yang sama.

Prilly berdiri di hadapan Ali tetapi mata Ali tetap tertunjuk pada kursi yang tadi Prilly tempati.

"Ehem!" batuk sengaja Prilly. Sentak membuat Ali tersadar dan hampir saja terpeleset untung saja ia bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.

"Lagi ngapain, Tuan Ali?" Prilly melipatkan kedua tangannya di depan dada lalu memasang wajah nyolot.

"Eh--eh--anu--hemm--" jawab Ali terkikuk-kikuk. Ia bingung ingin menjawab apa.

"Eh, hah, hem, anu apa?! Ngapain lo disitu? Mau ngitipin gue, hah?!"

"Eng-engga kok! Gue cuma--"

"Cuma apa?! Cuma pengen ngeliatin gue?"

Iye, "eh sotoy lo! GR amat sih!"

Suasana kembali hening. Baik Ali maupun Prilly mereka saling menatap satu sama lain. Bedanya, Prilly menatap tajam dan Ali menatap Prilly dengan centil.

Tiba-tiba saja sebuah teriak dari balik apartemen Ali membuat mereka tersadar.

Ternyata teriakkan itu berasal dari suara toa milik Deon. Hampir saja Ali ingin memukuli Deon jika tak ada Prilly di depannya.

"ALI, ADA BERITA BU--," ucapan Deon terpotong saat melihat tatapan tajam Ali.

"Upss, sorry," kata Deon yang seakan mengerti maksud tatapan Ali.

"Li, ada berita buruk dari Jakarta,"

Belum sempat Ali bertanya, sebuah pertanyaan muncul dari balik balkom sebelah.

"berita buruk? Tentang?"

Deon kaget saat mendengar suara Prilly dari balik tembok balkom sebelah.

"Eh, Prilly! Lagi apel, ya?" canda Deon tapi ditanggapin Prilly dengan muka cemas. Lain dengan Prilly, Ali memasang tatapan elangnya.

"Lho, pada kenapa?"

"Deon, to the point!"

"OMG! Sorry, gue lupa. Ehem-- duh, gimana ngomongnya, yah?" Deon mengaruk rambutnya. Ia tampak susah menjelaskan.

"Deon, buruan!" teriak Ali yang sudah mulai gemas dengan sikap Deon.

Deon menghela nafas kemudian pandangannya tertunjuk pada Prilly, "Prill, nyokap lu masuk ICU,"

Kata-kata Deon seperti petir ditengah hujan sekarang. Prilly tak kuasa menahan kesedihannya. Ia hampir saja tergeletak di lantai yang berpecek jika tiada Rika menangkap tubuhnya.

Tentu saja Ali berteriak histeri dan kembali melompat menuju balkom apartemen seberang. Ia tak perduli, jika dirinya terpeleset.

Saat kakinya mengijak permukaan lantai ia terpeleset. Namun, ia tetap tak perduli dengan rasa nyeri dibagian pergelangan kaki menghadangnya. Ia berusaha berdiri lalu mengambil alih tubuh Prilly dari Rika.

Ia mengendong Prilly sampai ranjang tempat tidur. Rasa nyeri hebat di pergelangan kaki ia tahan demi orang ia cintai.

Jika wanita itu terluka sedikit pun ia akan segera menolongnya tak perduli resikonya. Ia melakukan itu karena ia tak ingin lagi kehilangan untuk kedua kalinya.

...

Hai!

Maaf baru update.
Maaf klau pendek
Maaf klau gaje
Maaf jika typo

Otak bener2 lagi buntung!

Yuk kunjungin blog; Muldhandayani.mywapblog.com/

Mau pamit dulu, engga mau bnyk basa-basi soalnya udah ada mata-mata dari sekolah wkwkwkw :v

Assalamulaikum...

[BGLS 2 Versi Baru] Comeback (Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang