Chapter 1 / Athena Rea Oceana

12K 530 30
                                    

Chapter 1 / Athena Rea Oceana

"Thena, Mama gak mau ya kamu jadi perawan tua." Kayaknya itu kalimat kesejuta yang sudah aku dengar dari Mama. Lama-lama aku bisa dapat piring cantik kalau seperti ini terus. "Thena! Kamu denger Mama gak sih?" Aku cuma mengangkat bahuku tanda kalau aku tidak terlalu peduli pada omongannya. Bukannya aku berlagak seperti malin kundang, tapi aku benar-benar sedang malas berdebat dengannya.

Tapi, dimana-mana malin kundang itu laki-laki kan? Kecuali kalau malin kundangnya sudah terpengaruh dampak globalisasi.

Setiap kali Mama menyuruhku cepat-cepat mencari pacar, biasanya akan berakhir dengan argumen-argumen tanpa akhirku dengan Mama. Mama yang ingin aku cepat-cepat menikah dan aku yang masih ingin menjomblo. Bukannya tidak mau cari pacar, tapi buat apa jatuh cinta kalau tahu akhirnya akan gimana. Aku sudah benar-benar kapok jatuh cinta. Mungkin aku akan mendapatkan pasangan nanti, tapi rencana itu tentunya tidak ada dilistku dalam jangka waktu dekat ini.

"Aku gak akan jadi perawan tua ma, jangan berlebihan gitu deh. Aku baru 25 tahun, bukan 40 tahun," ujarku. Tatapan matanya semakin menusukku setelah mendengar ucapanku itu.

"Jadi kamu mau nikah diumur ke 40?!" Tanya Mama sewot. Aku memutar mataku bosan. Apa salahnya kalau aku belum punya pasangan?

Bukan berarti kalau aku ini terus menjomblo, Adolf Hitler akan bangun lagi, kan?

"Nggak gitu juga kali, Ma." Aku memandangnya dengan malas.

Untuk apa memulai hubungan kalau tahu endingnya akan seperti apa? Aku bukannya malas mencari 'pacar' baru. Tapi aku capek.

Kalau dipikir-pikir siklus pacaran tuh berulang-ulang. Perkenalan-pendekatan-hubungan-ada masalah-lalu putus. Mungkin ada beberapa orang yang sampai ke tahap pernikahan, tapi banyak juga yang gagal. Aku termasuk kadalam orang yang gagal, dan mengalami siklus 'pacaran' itu berulang-ulang.

Aku mau bertemu dengan laki-laki yang bisa bikin aku lupa akan adanya siklus sialan itu.

Tapi, emangnya ada?

"Kenapa sih ini ribut-ribut?" Papa akhirnya bergabung dengan kami.

"Anakmu nih pa, gak pernah mau nurut sama mamanya." Aku mendelik kearah Mama. Bukannya kurang ajar, tapi siapa sih yang ingin di paksa-paksa begini? "Tahu gak? Di desa tuh umur 16 tahun aja sudah ada yang punya anak," lanjut Mama.

"Di kota juga banyak, Ma," ujarku santai. Tapi memang benar kan, jaman sekarang itu pergaulan sudah tambah bebas. Dulu waktu sd aku masih sibuk main petak umpet. Sekarang? Anak sd saja sudah pada sibuk mainin hati temennya.

Mana aku pernah, waktu sedang berbelanja di mall, anak anak sd kelebihan hormon itu manggil pasangannya pakai panggilan sayang papa-mama.

Kayaknya kalau mereka sudah puber, panggilan sayangnya naik satu tingkatan jadi kakek-nenek.

"Thena!" Mama menyipitkan matanya.

"Aku udah punya pacar, Ma. Lusa aku bawa deh. Pengen ketemuan dimana?" Bullshit. Punya kenalan cowok juga nggak.

Tapi semuanya bisa diatur, dijaman sekarang tuh cari pacar sewaan gampang. Tinggal ada uang, semuanya beres. Paling kita tinggal pura-pura pacaran selama 3 bulan, terus udahan deh. Hidup ini mudah kalau kita bikin mudah.

Mata Mama berbinar senang, mukanya seperti orang yang habis menang undian berhadiah.

Setelahnya, aku nggak begitu memerhatikan omongan-omongan Mama. Kalau setiap mendengar ocehan Mama, aku bisa dapat 10.000 rupiah, mungkin aku sudah kaya raya. Aku membayangkan hidup di rumah mewah, hidup pasti lebih mudah. Kebayang nggak sih? Seorang Thena, makan di London, minum di New York, mandi di Jepang, terus tidur siang di Amsterdam. Tapi tetep, nongkrongnya di Tanah Abang.

Ngomong-ngomong, namaku Athena Rea Oceana. Nggak tahu kenapa, aku suka ngerasa kalau nama aku ini aneh. Gimana nggak aneh? Namaku ini diambil dari bahasa Yunani. Sepertinya dulu Mama dan Papa kebanyakan baca buku Percy Jackson.

Hobiku itu memasak, dan tentunya makan. Aku ini juga kebetulan adalah seorang Chef dan aku punya sebuah restaurant. Bukanlah restaurant mewah dengan harga selangit tapi aku senang bisa menyalurkan hobiku pada pekerjaanku. Aku jadi ingat kutipan dari Ridwan Kamil, 'Pekerjaan paling menyenangkan di dunia adalah hobi yang dibayar.' Dan pernyataan itu adalah suatu kebenaran.

Aku punya satu adik laki-laki atau biasa dipanggil iblis kecil dari neraka. Bukan kecil secara harfiah, tapi otaknya yang kecil.

Bukannya berlebihan, tapi kalian harus lihat bagaimana kelakuan songong anak itu. Umurnya baru 17 tahun, tapi kelakuannya itu masih kayak upin ipin belum mimpi basah. Oke, otaknya memang sudah 21 tahun keatas, tapi kelakuannya itu masih childish.

Aku jadi membayangkan isi kepalanya itu. Mungkin isinya iblis-iblis. Pastinya kebanyakan jenis iblisnya adalah wanita. Dan pastinya mereka semua telanjang. Atau mungkin memakai bikini? Warna hitam atau merah ya? Tapi warna pink juga bagus.

"Na! Ngelamun aja, lagi mikir yang jorok-jorok ya?" Baru saja diomongin, iblis sialan ini sudah ada. Dia memang biasa langsung memanggilku dengan nama, jangan tanya kenapa. Anak ini punya hobi membuatku marah.

Tapi kalau memikirkan iblis telanjang itu termasuk mikir jorok nggak sih?

"Farand! Kalau mikirin kamu itu termasuk mikir jorok bukan sih? Soalnya muka kamu itu jorok," kataku sambil bergumam. "Kamu kok bisa ya, itu photo ktp bisa lulus lembaga sensor. Nyogok berapa kamu, Far?"

"Tergantung kamu mikir aku dalam pose apa.  Doggystyle atau posisi melengkung ke atas. Aku sih memang sexy. Jadi suka jadi bahan imajinasi perempuan kekurangan belaian gitu deh." Iblis sialan. Dia kira dia siapa hah? Badan macam teri belum makan seminggu saja bangga. Kalau dibandingkan sama badannya Ryan Gosling, badan Farand itu bagaikan cabai yang suka nyelip disela-sela gigi. Pokoknya enggak banget deh.

Ngomong-ngomong dia ini termasuk kalangan playboy di SMAnya. Perempuan jaman sekarang memang buta. Nggak bisa ngebedain mana yang namanya cowok ganteng sama ikan kembung kena herpes.

"Farand!" Seru Mama sambil melotot. "Eh kamu tahu gak? Kakakmu ini punya pacar baru!" Mata Mama berbinar senang. Nggak tahu saja dia, anak tersayangnya ini cuma ngibul doang.

"Dih paling juga dia nyewa orang." Ya. Tepat sekali saudara-saudara.

"Eh, emangnya aku ini kamu? Pacar aku ini ganteng, baik, sopan, dan rajin menabung." Semoga nanti orang yang aku sewa memang kayak gitu. Kebayang dong kalau ternyata nanti orang yang aku sewa ini mirip seperti biawak laut, bisa-bisa Farand menjadikan aku bahan ledekan seumur hidup.

Kita berdo'a saja, semoga keberuntungan menyertaiku.

Amin.

*****

Akhirnya chapter 1 jadi juga :') semoga nggak terlalu aneh ya hehe.

Dimohon vote dan comment nya ya :) jangan lupa kritik dan saran juga!

The Borrowed BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang