Chapter 3 / Pertemuan Pertama

4.9K 459 32
                                    

Chapter 3 / Pertemuan Pertama

Thena's POV

Akhirnya aku dan orangtuaku setuju untuk ketemuan dengan 'pacar' baruku di mall dekat tempat kerja mereka. Kebetulan aku juga kesini buat mencari jam tangan baru.

Aku ini suka ngoleksi jam tangan. Dari semua warna sampai semua bentuk, aku punya. Walaupun nggak ada bentuk-bentuk yang ekstrim. Bentuk kepala Farand contohnya.

Kalaupun memang ada jam tangan kayak gitu, aku pasti nggak akan beli. Sumpah deh. Buat apa? Buang-buang uang dan iman.

Lagian nih ya, kebayang nggak sih bentuknya akan kayak apa? Kotak bukan, lingkaran bukan, mungkin bentuknya akan segitiga dengan pita-pita disekelilingnya.

Bukan, itu bentuk celana dalam.

Saat aku masuk ke dalam toko itu, aku mencium wangi yang sangat harum. Mungkin memang bau toko jam tangan seperti itu.

Mata hitamku menerawang ke kanan dan ke kiri, bagaikan predator mencari jam tangan yang cocok buatku.

Tiba-tiba, layaknya seperti di film-film romance yang memutarkan saat pemeran utamanya bertemu dengan cowok ganteng, waktu pun seakan berhenti sejenak.

Bedanya, adegan ini aku lakuin bersama sebuah jam tangan berwarna putih.

Lagian nih ya, kalau dipikir-pikir, kita cari pasangan tuh hampir sama kayak waktu kita cari jam tangan. Yang bagus sih banyak, tapi yang nempel dihati sih cuma si dia. Itu juga apa yang lagi aku alami bersama jam tangan tercintaku ini.

Salah satu jam tangan keluaran Tag Heuer itu bagaikan berseru kepadaku, 'SENTUH AKU!!!' Oke, mungkin malah kedengaran seperti perempuan murahan yang ingin di belay.

Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari menghampiri calon jam tanganku itu. Belahan jiwaku.

"Saya beli yang itu!" Aku berseru dengan lantang.

Tapi tunggu!

Bukan cuma aku saja yang berseru kayak gitu. Ternyata aku nggak sendiri, ada seorang pria yang lunayan tampan. Bukan lumayan. TAPI MUKANYA ITU KAYAK DEWA YUNANI!!

Aku jadi ingin tanya sama dia, kalau jatuh dari surga itu sakit nggak sih? Kok ada ya, malaikat nyasar kesini. Tapi lamunan anehku itu langsung pudar, diganti dengan muka sebal pria ini.

"Saya gak mau tahu. Itu jam tangan saya yang beli," katanya sambil menyipitkan matanya kepadaku.

Ganteng sih ganteng, tapi tuh muka minta digaruk. Pakai garpu tanah.

"Nggak bisa gitu dong. Ini punya saya, saya yang pertama kali liat." Dia kira dia bisa dapat apa saja seenaknya?

"Saya yang pertama kali tahu."

"Saya yang pertama kali punya feeling." Nggak tahu deh, percakan aneh ini akan berhenti dimana.

"Saya sudah ada disini sejak tadi pagi," katanya nggak mau kalah.

Lah, kalau sudah dari pagi ada disini, kenapa dia nggak langsung beli aja jam tangan ini? Dia kira aku ini bodoh?

"Saya sudah ada disini sejak sebelum tadi pagi," seruku nggak mau kalah juga.

"Saya disini sudah ada semenjak sebelumnya sebelum tadi pagi." Kalau membunuh itu legal, aku pastikan dia sudah ada 6 kaki dibawah tanah sekarang juga.

Pegawai toko ini pun menenangkan kita. Dan berusaha mengambil jalan tengah yang ada.

Masalahnya, stok jam tangan model begini hanya tinggal satu. Dan jam tangan ini berhak dipelihara oleh orang seperti aku, bukan oleh Tuan Pencuri ini.

The Borrowed BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang