Part [3]

1.9K 94 1
                                    

*****

Alvin dan Rio berjalan gontai menuju kelas. Hari ini tidak seperti biasanya, mereka berdua terlihat tidak bersemangat menjalani hari. Alvin, yang biasanya selalu membalas senyum para siswa sepanjang koridor, lebih memilih memasang muka datar seperti kembarannya. Kalau seperti ini, mereka berdua benar-benar terlihat sebagai sepasang saudara kembar. Tidak terlihat mencolok seperti biasanya.

Saat akan berbelok menuju tangga kelas, Alvin melihat Ify yang sedang kerepotan membawa beberapa buku paket yang tebal. Tanpa bertanya apakah ify memerlukan bantuan, alvin segera berlari menyusul dan membantunya. Meninggalkan Rio di belakang.

"Sini aku bantu.."ucap alvin mengambil alih buku paket dari tangan ify.

"Alvin, nggak perlu repot-repot. Gue bisa bawa sendiri,"ucap Ify, lalu tangannya ingin mengambil buku-buku itu dari tangan alvin. Tapi dengan cepat alvin segera menghindar.

"eits...nggak boleh. Masa' cewek secantik kamu harus bawa buku seberat ini sih. Biar aku aja yang bawa"ucap alvin. Ify hanya bisa pasrah saja kalau sudah begini, alvin terkadang memang suka keras kepala.

Sesaat, pandangan matanya bertemu dengan mata tajam Rio. Tapi sedetik kemudian, Rio mengalihkan pandangannya dan berjalan melewatinya.

"hey yo, bantuin gue dong.."seru alvin.

"loe yang nawarin bantuan, jadi loe juga yang harus tanggung,"ucap Rio terus melangkah menuju ke kelas.

Ify memandang punggung Rio dengan sedih. Dia masih mengingat jelas percakapan mereka kemarin.

"ayo fy,.."ucap alvin. Lalu mereka berdua melangkah bersama menuju kelas.

Setelah sampai di kelas, alvin pun meletakkan buku - buku itu di meja ify.

"thank's vin, sorry ya jadi ngerepotin"ucap ify.

"iya sama – sama, nggak papa koq. Gue nggak ngerasa direpotin"ucap alvin.

"VIA.........."teriak seseorang dari ambang pintu. Sontak alvin dan Ify menoleh, melihat siapa yang sudah membuat keributan di pagi hari.

"aduh yel, bukannya ngasih salam malah teriak – teriak. Ini tuh masih pagi, jangan teriak – teriak"balas Sivia kepada Gabriel-orang tadi-.

Dengan langkah santai, Gabriel berjalan menuju bangku sivia. "besok jadi nonton futsal bareng gue kan, vi?"

"iya jadi. Terus ngapain loe kesini?"

"Cuma mau nanyain itu aja sih, vi. Hehe.."ucap Gabriel sambil nyengir nggak jelas.

Sivia memukul lengan Gabriel, "dasar kurang kerjaan. Ya udah, sekarang sana pergi, ganggu gue aja loe"

"oke-oke gue pergi, bye via..."ucap Gabriel. Sebelum pergi, dirinya sempat mengacak pelan poni sivia.

"GABRIEL!! JANGAN ACAK PONI GUE!!"teriak sivia. Terdengar tawa Gabriel dari luar kelas.

'BRAKKK'

Sivia, bahkan seluruh siswa dikelas tersentak kaget ketika mendengar bunyi keras dari bangku belakang. Ternyata, alvin membanting ranselnya di atas meja.

"loe kenapa sih?"tanya Rio. Dia menatap alvin dengan bingung.

"gue nggak papa,"jawab alvin lalu dia menenggelamkan kepalanya diantara lipatan tangannya.

'gue kenapa sih? Ada apa sama perasaan gue? Kenapa gue ngerasa marah saat sivia deket sama orang lain?' batin alvin.

Entah kenapa saat melihat sivia akrab dengan Gabriel, alvin merasa ada sesuatu di dalam hatinya. Ia merasa marah, kesal, cemburu. Cemburu? Benarkah ia cemburu? Tapi...bukankah dirinya menyukai ify? Jadi mengapa ia harus cemburu?

Bukan Upin IpinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang