Tampaknya update setahun sekali udah jadi takdir buku ini ya?😂😂
.
.
.
«Chapter 3: Pelarian»
.
.
.
Sekarang bukan waktunya untuk duduk pasrah menerima keadaan.Meskipun semuanya masih membingungkan bagi Annette, tapi ia yakin semakin lama ia berdiam diri maka semakin mendekat pula dirinya dengan bahaya. Drama penculikan itu terasa begitu nyata untuk diartikan sebagai mimpi belaka, dan bila memang dirinya disekap maka hanya satu komando yang dapat dipahami otaknya; mencari celah untuk kabur.
Perempuan itu kembali ke balkon dan memperkirakan tingginya. Ruangan ini setidaknya berada di lantai tiga, dan bukan pilihan yang pintar jika ia memutuskan untuk nekat melompat. Annette mungkin tidak akan mati, tapi orang bodoh mana yang mau kakinya retak disaat berusaha melarikan diri?
Mengamati ulang ruangan dengan seksama, mata perempuan itu mendapati sebuah botol sampanye yang ditempatkan di salah satu rak lemari buku. Tersenyum kecil, Annette mendapatkan ide. Sebuah ide berbahaya yang luar biasa gegabah, namun patut dicoba.
* * *
Merasa persiapannya sudah cukup, Annette meraih kursi mungil di hadapan meja rias dan membawanya ke kamar mandi. Sambil merapal doa dalam hati, Annette mengangkat kursi itu dan melemparkannya sekuat tenaga kearah cermin raksasa yang menggantung di dinding.
* * *
Suara pecahan kaca yang diikuti dengan jerit ketakutan datang dari balik pintu kamar yang terkunci. Ada dua orang penjaga yang ditugaskan mengawasi kamar itu, yang kini saling melempar pandang kebingungan. Apa yang terjadi didalam sana?
Salah satu penjaga mengetuk pintu dan bertanya apakah situasi didalam baik-baik saja. Tidak memperoleh respon apa-apa, kedua penjaga itu dengan kompak mengeluarkan senjata dibalik jas masing-masing. Membuka pintu dengan perlahan dalam postur siaga, keduanya masuk kedalam kamar luas yang dipenuhi dengan suara napas tercekat. Wajah keduanya berubah panik saat melihat wanita itu, wanita yang ada dibawah pengawasan mereka, tergeletak kehabisan napas di lantai. Seprai dan selimut tertarik hingga menyapu lantai, tampaknya wanita itu jatuh dari tempat tidur.
Keduanya buru-buru berlutut, menghampiri Annette dan mengecek denyut nadinya yang menggila. Annette tampak ingin mengatakan sesuatu, sebelum terbatuk lagi. Ia menunjuk pintu kamar mandi yang sedikit terbuka dengan tangan gemetar, sorot matanya penuh dengan sinar ketakutan.
"Seseorang... Masuk kemari."
Ucapan itu lantas membuat kedua penjaga kembali mengaktifkan mode siaga di kepala mereka. Salah satu penjaga mendekati kamar mandi dengan langkah hati-hati, meninggalkan Annette sendirian dengan penjaga satunya.
"A-air... To-uhuk, tolong ambilkan air..."
Penjaga itu lantas merangkak sedikit mengambil gelas air yang tersaji di nakas, tidak menyadari gerak hati-hati Annette yang perlahan menarik botol sampanye yang telah ia sembunyikan dibawah ranjang.
Bukk!
Annette meringis dan minta maaf berkali-kali dalam hati. Saat tubuh penjaga itu limbung, Annette merebut senjata yang masih dalam genggamannya dan lantas berlari kearah pintu keluar, yang bodohnya tidak ditutup!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mafia
De TodoAnnette Simpson adalah mahasiswi perkerja keras. Kau pasti terkejut jika tahu kalau ia merupakan kekasih sang milyuner muda, Bruce Hemming. Berkat hubungan itu, ia diculik sebuah kelompok mafia yang menyimpan dendam lama. Pemimpin kelompok berbahay...