Hari itu, matahari tak segan menunjukkan taringnya. Meskipun waktu baru menunjukkan pukul 12.30 P. m, para mahasiswa Culombia University harus mengakali segala cara untuk menurunkan suhu tubuh; dari minum sesuatu yang dingin, bersantai dibawah pohon di halaman kampus, sampai berpura-pura membaca buku di perpustakaan hanya untuk mengincar sejuknya perpustakaan.
Tapi panas hari itu terasa dua kali lipat bagi para mahasiswa Fakultas Psikologi, Sastra, dan Seni. Entah bagaimana ceritanya, dosen dari ketiga jurusan yang berbeda itu mengadakan Ulangan mendadak berbarengan, tanpa pemberitahuan sebelumnya, dengan alasan mereka yakin tak ada muridnya yang sangat bodoh. Permainan harga diri yang membuatmu ingin membunuh para dosen saja.
Para mahasiswa ketiga jurusan itu terlihat gloomy. Tak terkecuali seorang gadis yang terlihat menyindiri di meja perustakaan. Bedanya ia dapat membaca buku tebal tanpa mengkhawatirkan matahari yang dengan ganasnya dapat melelehkan otak (tentu saja tidak betulan) para mahasiswa di taman kampus pada hari itu.
Drrrt
Gadis itu mendengus kecil saat Smartphone yang ia taruh diatas meja taman bergetar Hebat. Tanpa mengalihkan pandangannya yang tertuju kepada Buku Psikologi karya Dr. Paul Ekman sebagai refrensi tugas remedial yang (pasti akan) ia dapatkan, ia meraba tumpukan buku tebal yang berserakan di atas meja, mencari Handphonenya.
Ia meraih Handphone itu seraya menggerutu sedikit. Tetapi dalam waktu kurang dari sedetik, wajahnya langsung mendadak berubah sumringah sesaat setelah melihat nama kontak panggilan yang masuk.
Si Bodoh.
Ia lalu berdeham sedikit, lalu menekan tombol angkat dan mendekatkan handphone itu ke telinganya seraya tersenyum lebar. "Halo, Bruce?" ucapnya sedikit parau, gugup.
"Annette! Apa kabarmu, sayang? Kuharap cuaca disana tak sepanas di Madrid sekarang," ucap seorang pria di ujung telepon penuh semangat, seperti yang diduga.
"Baik sekali Bruce, disini cukup panas, tapi tak benar-benar terik, kok. Bagaimana bisnis di sana?" Dustanya diikuti pertanyaan penuh minat. Ia bahkan membetulkan Posisi duduknya agar lebih nyaman. Ia yakin bisa menghabiskan waktu seharian hanya untuk mendengarkan cerita tunangannya itu selama berada di negeri matador.
"Sukses besar! Para Investor itu menandatangani kontrak sambil tersenyum puas. Bahkan kami semua tertawa saat melihat Pak tua Elphias bersin, Kumis sikatnya bergerak seperti ulat, Lucu sekali! Makanan Hotelnya... ah, sebaiknya jangan kuceritakan deh, nanti kau ngiler. Overall, kurasa proyek ini akan berjalan mulus." Ucap Bruce antusias. "Mereka bahkan menawarkan sebuah Villa mewah di kota Barcelona."
Annette mendesah kecewa. Berita yang disampaikan oleh tunangannya itu tak seperti yang ia harapkan. "Artinya kau akan tinggal disana lebih lama? Berapa minggu lagi?" Terkanya dengan nada sedih.
Pria bernama Bruce itu tertawa kecil. "Jangan sedih, sayangku." Ucapnya lembut dari seberang telepon. "Aku sangat tersanjung dengan kebaikan hati mereka, tetapi aku tak bisa menahan rasa rinduku kepada seorang mahasiswi manis di Amerika."
Annette terkekeh pelan. "Berhenti sampai sana. Kau tahu kau payah dalam menggombal. By the way," ucapnya geli. "Bukannya wanita Spanyol itu terkenal Cantik dan Sexy? Apa kau sempat tergoda?" Canda Annette jenaka yang terdengar seperti ancaman di telinga Bruce Hemming.
![](https://img.wattpad.com/cover/54093637-288-k767088.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mafia
RandomAnnette Simpson adalah mahasiswi perkerja keras. Kau pasti terkejut jika tahu kalau ia merupakan kekasih sang milyuner muda, Bruce Hemming. Berkat hubungan itu, ia diculik sebuah kelompok mafia yang menyimpan dendam lama. Pemimpin kelompok berbahay...