Lima

7K 277 33
                                    

Author Pov

"Lihat tuh... Mentang-mentang ortu mereka sangat berdampak di sekolah ini, mereka pada bikin dunia milik mereka saja..." ucap seseorang di lantai dua yang melihat mereka berempat dari jendela.

"Tenang saja, sayang... George itu mah bukan apa-apanya yang aku kirim untuk menantang mereka, lainkali akan ku kirim yang lebih setingkat dikit di atas George..." ucap suara asing itu.

"Beneran nih? Aku merasa kayak susah gitu buat kita ngejatuhin Valdo..."

"Tenang adikku sayang... Ada kakakmu yang mampu membuat dia diam di tempat dan tak bisa melawan dan itu merupakan skakmat untuknya,"

"Iya, aku yakin sama kakak. Lagipula memang dia tak bisa berkutik sama kakak,"

Wuih! Seraaaaammmmm!!!!! Gimana nih, readers?! Valdo yang merupakan pemeran utama ceritaku ini bakalan di hancurin orang, oiy! Gue kagak stuju!!! Be careful, Valdo!!!

Valdo pun merasa tidak enak perasaannya dan menoleh ke belakang tepat dia menoleh ke arah jendela yang terletak di lantai dua di sudut gedung. Meskipun ternyata tak ada orang di sana, ia merasa ada yang memperhatikannya dari jarak jauh. Tapi dia membuang pikiran itu dari kepalanya lalu asik bercanda dengan teman-temannya.

Seperti biasa Valdo pulang menaiki ferari putih tercintanya itu. Brian dan Jason pulang bareng karna mau belajar di rumahnya Jason. Sementara Risa pulang dengan ferari hitamnya yang tercinta itu, lalu melaju dengan kecepatan tinggi.

Valdo pun sampai ke rumahnya. Setelah lama perjalanan yang ia tempuh dari sekolah ke rumahnya. Sore ini rumah sepi dan hanya menyisahkan bibi Inah saja di rumah yang lagi beres-beres. Valdo pun langsung naik tangga menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Dengan malas dia membuka tas dan seluruh isi barang-barangnya di keluarkan dari tas. Sambil memutar lagu 'See You Again-Wiz Khalifa' dengan speaker yang ada di kamarnya, Valdo menyetel volumenya kuat. Untung kamarnya kedap suara jadi tidak terdengar dari luar kalau dia sedang memutar speakernya kuat. Valdo pun kaget melihat ada kertas terselip di laci tasnya. Dia pun membuka kertas yang kayaknya itu surat.

Untuk Valdo.

Gue yakin lo nggak bakal lupa sama gue. Memang lo nggak bakal lupa sama gue apalagi gue satu-satunya musuh bebuyutan lo dari SMP. Dan asal lo tau ya, lo masuk ke SMA ini membuat gue risih tau dengan keberadaan lo. Gue nggak suka dengan lo, dan gue harap lo menghilang saja kalau perlu pindah jauh-jauh dari gue.

Gue masih nggak mau terima apa yang lo lakuin ke nyokap and bokap gue. Dan lihat aja lo! Mulai besok lo akan gue buat menderita dan lo akan sadar betapa lemahnya lo!

"Asekk! Hal yang gue tunggu akhirnya muncul juga! Gue punya haters!" seru Valdo senang.

Wajar dan maklumi saja ya mengenai Valdo yang senang punya haters. Soalnya selama ini tidak ada yang membencinya sampai segitunya soalnya dia terlalu kelewat handsome. Ciaaaaa mulai lagi...
Begitulah kehidupan Valdo. Dia sengaja memanasi orang biar dia punya haters. Soalnya dia merasa sangat bosan dengan hidup yang tak ada tantangannya.

"Mainkan saja permainanmu, i'm ready for your game..." sahut Valdo.

Rivaldo Pov

"Gila! Lo punya haters akhirnya?!" seru Brian kaget, bikin telinga gue minta nas.

"Eh, Brie! Kalo mau heboh pelanin dikit dong suara lo itu! Nyebelin tau nggak?!" seruku kesal.

"Oke, bos... Brian minta ampun," kata Brian polos.

"Oiy! Lo berdua tumben so sweet gitu berdua di sini..." kata Risa sambil membawa makanannya duduk di sampingku dan Brian, tepatnya di tengah kami berdua.

"Hahaha... Dan sayangnya lo ngeganggu bingitz tau nggak," sahut Brian tanpa seizinku-eh! Emang gue ortunya apa?

"Hahaha... Kalo gitu gue ikutan ngeganggu lo berdua ah..." sahut Jason yang barusan balik dari kelas 10. Biasa... Ketemuan sama pacarnya.

"Yaaa... Gimana dong, Valdo yayang... Mereka berdua teman durhaka nih mau pisahin kita berdua," adu Brian manja padaku.

"Gue mah jijik sama lo!" timpal gue, Brian malah lesu sementara Risa dan Jason tertawa keras sekali melihat drama antara aku dan Brian.

"Bentar malam jalan bareng yuk, Valdo!" ajak Risa saat tersisa aku dan Risa di sekolah.

"Mau ngapain?" tanyaku.

"Mau nyari donald bebek yang asli!"

"Bah! Mana ada bebek yang bisa bicara!"

"Ih! Udah tau mau jalan, nanya lagi! Temani gue beli hadiah buat Gason... Besok dia ultah,"

"Yang betul itu Jason kaliii..."

"Ah! Mau Gason kek atau Mason kek intinya yang ada son-son di belakangnya tuh!" kata Risa kesal. Gue cuma ngakak lihat cewek ini yang idiotnya selangit. Teman sendiri aja nggak ingat namanya dengan benar... Sungguh bukan Risa kalau nggak lupa nama temannya secara betul.

Malam pun tiba. Aku datang ke rumahnya Risa untuk menjemputnya. Caelah... Kayak gue mau ajak dia kencan aja nih... Tuh anak jangan dandan lamaan, bisa encok kaki gue nunggunya.

"Woy cabe! Calon suami lo datang jemput nih ajak nikah katanya!" seru tante Melly, mamanya Risa. Preeet! Suka aja kagak apalagi ngajak nikah! Matilah gue.

"Dengan ikhlas papa relain kamu kok, Risa... Dan untuk Valdo jagain Risa euy! Kalau perlu nanti kalau udah punya anak baru boleh balik sini," preeet! Papanya Risa lebih gestrek di banding mamanya.

"Biasanya kakak yang nikah duluan, tapi demi punya uang jajan sebulan yang banyak, gue rela kok adikku nikah duluan... Moga langgeng ya," tambah kak Reyna, kakaknya Risa yang juga lebih gestrek lagi di banding papa dan mamanya.

"Woy! Lo semua ye! Kagak sedih apa kalau gue pergi?!" seru Risa merasa tak adil.

"Nggak apa-apa. Gue ikhlas kok, banget lagi malah!" seru kak Reyna. Preeet!

"Asekk gue bisa punya cucu nih..." tambah mamanya Risa. Mampus!

"Nggak apa-apa nak kamu putus sekolah. Lagipula bagi papa kamu sudah lulus terbukti dengan adanya calon suamimu," timpal papanya Risa. Duaaarrr! Pusing kepala gue hadepin keluarganya Risa yang kagak beda jauh sama keluarga gue.

"Ah! Lu semua banyak bacot deh! Gue sama Valdo tuh pergi jalan untuk beli hadiahnya Lason! Besok dia ultah, mom and daddy sama sisterku yang kamvretnya tingkat dewa!" seru Risa kesal. Gue hanya geleng kepala saja lihat keluarga ini.

"Hati-hati di jalan ye! Woy Valdo, anak mantuku! Jagain Risa ye! Jangan bawa dia ke club atau bar..." seru mamanya Risa. Gue hanya tersenyum saja sambil melambaikan tangan.

"Valdo, maklumi aja ya dengan keluarga gue... Maklum, otak gestrek semua tuh," kata Risa kepadaku memecah keheningan di dalam mobil.

"Hahaha... Gue mah udah kebal sama yang kayak gitu." kataku menyeringai. Ya ealah gue udah kebal! Soalnya mama dan papa gue kan lebih gestrek lagi woy!

"Oh, baguslah. Katanya mama gue, keluarga lo malah lebih gestrek di banding gue..." sahut Risa.

"Iya nih, kagak tau setan turunan mana yang ada di tiap gen keluarga gue... Mulai dari kakek dan nenek guelah, om dan tante gue juga, pokoknya keluarga gue tuh semuanya berisi otak-otak gestrek. Tapi anehnya dari gestrek itu, keluarga gue juga semuanya berhasil dan sukses dalam bisnisnya masing-masing." jawabku menjelaskan panjang lebar.

"Keluarga kita memang unik-unik gimana gitu ya? Hahaha..."

"Iya. Oh ya, mau singgah kemana nih, Risa?"

"Di toko langganan gue kalau beli barang,"

"Dimana tuh? Kasih alamat yang jelas dong,"

"Ntar juga lo tau tempatnya."

Tbc.

Oh ya, tak lupa rasa terima kasihku yang banyak untuk orang-orang yang mau vote ceritaku... Thanks banget ya! Aku senang bukan main nih sampai hampir jatuh dari tempat tidur lihat vote dari kalian...
Special thanks for you all, my readers!

Vommentsnya jangan lupa ya! :*

Hot Boy Vs Stupid GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang