Empat Belas

4.4K 178 1
                                    

Risa Pov

Aku pun keluar dari gedung perusahaanku dan berjalan menuju cafe langgananku. Aku duduk sambil memesan capuccinoku yang sangat aku sukai. Aku meminumnya dengan senyuman.

"Suka capuccino ya?" tanya seseorang yang membuatku berbalik ke belakangku. Ternyata si CEO Arland Group tadi. Masih dengan penampilan yang sama, yaitu maskernya.

"Ah, iya. Kalo bapak sukanya apa?" tanyaku.

"Jangan panggil gue bapak dong... Umur gue masih muda tau." jawabnya. "Oh ya, aku juga suka capuccino," tambahnya.

"Ooh. Emang umur lo berapa?" tanyaku.

"Umur gue 23 tahun. Masih muda kan? Makanya jangan bilang gue bapak!" serunya.

"Hahaha... Soalnya muka lo ketutup gitu ya mana gue tau kalau lo masih mudah!" tawaku lepas dan aku menutup kembali mulutku dengan kedua tanganku. "Ups!" ucapku.

"Hahaha... Lo lucu banget deh." sahutnya.

"What? Apa? Lo bilang gue lucu? Lo salah minum obat? Biasanya orang bilang gue sangar..."

"Lo lucu karna lo tertawa. Dan saat lo tertawa buat gue jadi senang lo nggak bosan bicara sama gue," katanya.

"Ooh." aku hanya ber'oh' saja di tempat.

"Nama kamu Risa tadi kan kalo nggak salah?" tanyanya. Aku pun mengangguk. "Perusahaan lo yang Vallencia Agency Group ya... Perusahaan lo lumayan bagus." pujinya.

"Makasih. Tapi perusahaan Arland kan emang lebih bagus... Buktinya jadi perusahaan nomor satu terkaya di dunia..." jawabku.

"Hahaha... Emang sih. Tapi hebat juga kamu sebagai seorang cewek yang menjadi CEOnya itu. Aku cukup kagum sih... Biasanya cewek yang fokus karrier kayak lo itu belum punya suami."

JDARRR!

Serasa ada suara petir yang menyambar hatiku. Ya ialah! Aku kan merasa tersinggung getoh... Soalnya gue belum nikah juga! Masih Alice, adik kelas gue yang duluan. Sakiiit... Nih, orang sengaja atau nyinggung ya?!

"Trus masalah jika gue belom punya suami?" tanyaku judes.

"Hahaha... Gue cuma bercanda kok. Tapi beneran lo belum punya?" tanyanya.

"Iya. Trus kenapa?" tanyaku.

"Lee. Panggil gue Lee. Itu nama panggilan gue dari ayah gue," katanya.

"Oke. Pak Lee,"

"Nggak pake 'pak'! Gue masih muda tau..." tambahnya membuatku terkekeh dengan dirinya.

Aku pun kembali ke apartemen tempat aku tinggal. Aku menghempaskan badanku sebentar di kasur king sizeku yang empuk. Semenjak papa dan mamaku tinggal di Finlandia bersama kakek dan nenekku, aku kini di sini meneruskan perusahaan papa. Mama dan papa juga masih sering mengabarkan kabar mereka dan selalu memberi nasehat untukku meskipun jauh.

Papa dan mamanya Valdo juga masih sering bercanda denganku meskipun Valdo telah tiada. Dialah alasan mengapa aku tidak mau membuka hatiku untuk pria manapun. Tapi, setelah bertemu dengan Lee tadi, aku sempat berpikir untuk membuka hatiku lagi. Dia sangat baik dan seru, sama seperti Valdo yang telah tiada.

Hot Boy Vs Stupid GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang