Saat Terakhir Bunda

24 4 0
                                    

Reigan terbangun dari tidurnya karena sinar matahari menusuk tubuhnya lewat jendela di dekatnya.  Dilihatnya bundanya masih belum membuka matanya.

"Hallo direktur Cha..." Ucap Reigan dalam Telepon.

"Oh iya dr.Reigan...ada apa ya? Dan kenapa ini sudah jam 7 lewat anda belum sampai di rumah sakit? Anda tidak apa apa kan?" Ujar direktur Cha khawatir.

"Oh saya baik baik saja direktur. Saya belum datang karena saya harus menunggu ibu saya di rumah sakit dan saya mau minta izin nggak masuk 3 harian lah. Bisakan direktur?" Minta izin Reigan.

"Tentu bisa dokter,anda belum mengambil cuti selama 1 tahun ini,anda berhak mendapatkan nya. Saya harap ibu anda akan segera sembuh. Ngomong ngomong ibu dokter dirawat,dimana ya? Nanti saya akan menyempatkan waktu untuk menjenguknya." Tanya direktur Cha.

"Di RS Melita. Oh ya direktur, apakah Alena masuk hari ini?" Tanya Reigan

"Wah anda so sweet banget ya... masih sempet sempet nya nanyain keadaan pacar..." Ledek direktur sambil tertawa. "Tenang saja dia masuk kok,tadi saya melihat perawat Alena makan di kantin." Jelas direktur.

"Kalau begitu saya tutup dulu teleponnya,terima kasih banyak sudah mengizinkan saya." Reigan menutup teleponnya.

Ketika Reigan beres beres kamar bundanya dan akan pulang untuk berganti pakaian,tiba tiba ibunya memanggilnya dari belakang "Reigan..." suara ibunya terdengar lemah.

"Bunda, bunda udah sadar? Dokter bunda sudah sadar!" Teriak Reigan dengan meneteskan air mata kebahagiaan.

"Reigan,jangan heboh seperti itu." Bunda Reigan menenangkan Reigan dengan suara yang sangat lemah.

"Reigan seneng bun, bunda akhirnya sadar setelah 2 hari bunda dalam keadaan koma." Jelas Reigan.

"Iya bunda juga senang bisa liat kamu ada disini." Bunda Reigan meneteskan air mata.

Tak lama kemudian dokter yang merawat bunda Reigan datang. Dan ternyata dokter itu adalah ayah Reigan.

"Sayang akhirnya kamu sadar juga,aku seneng banget." Ucap  ayah Reigan menangis terharu.

"Iya aku juga seneng bisa bangun lagi." Ucap bunda Reigan masih dengan suara yang lemah.

*****

"Bang, kira kira Igan kemana ya? Aku dari tadi belum ngliat senyum manisnya." Ucap Alena khawatir.

"Kamu lebay ih, pake' bilang senyum manisnya. Tapi mungkin dia lagi sibuk. Gue juga dari tadi belum ngeliat batang idungnya.  Tapi bukannya loe lagi marahan ama tu orang ya? tapi kok nyariin?" Selidik Afiyan.

"Emang dia manis kok waktu tersenyum, whek ..." Alena mengatakannya dengan menjulurkan lidahnya. "Emang,sih gua lagi marahan ama dia, tapi gue nggak bisa kalo sehari aja nggak ketemu dia. Dan anehnya hari ini dia nggak jemput gue. Gue masih heran kenapa dia bisa berubah begitu drastis dalam sehari ya'?" Raut wajah khawatir Alena mulai muncul.

"Udeh tenang aje, mungkin die lagi butuh waktu sendiri. Mbending loe samperin die gih!" Suruh Afiyan sambil tersenyum.

Tanpa bilang apa apa lagi ke Afiyan, Alena langsung pergi ke ruangan Reigan untu melihat keberadaannya.

Sesampainya di ruangan Reigan, Alena tak menemukan orang yang paling di cintainya itu . Diapun mulai khawatir padanya.

Dia beranjak dari ruangan Reigan dan bertanya pada rekan dokternya.

"Dr.Febri dimana dr. Reigan? Apa dia ada operasi? Ato lagi ada meeting dengan seseorang? Ato lagi keluar dengan direktur? Atau dia nggak masuk?" Tanya Alena dengan khawatir.

Because You Need MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang