Extra Chapter : Will You Love Me Like The Way I'm Loving You?

3.1K 192 50
                                    

Aku menutup mata. Masih tidak tega melihatmu berdiri di sana. Tersenyum tulus ketika dia berjalan pelan menuju altar. Aku tidak tahu senyummu, apakah senang ataukah sedih. Aku tidak berani bertanya. Yang baru saja terjadi padaku sudah patut untuk kusyukuri. Menjadi serakah bukanlah salah satu dari sifatku.

Kau menyaksikan janji suci mereka. Ketika wanita dan pria itu saling berikrar dihadapan Tuhan. Lagi - lagi kau tersenyum. Seakan menggambarkan bahwa kau pun ikut berdoa. Seakan kau menghantar wanita itu dalam hidupnya yang baru.

Aku ingin merengkuhmu. Melarangmu untuk melihat hal yang ―mungkin― meremukkan hatimu. Ketika mereka saling membagi rasa dalam penyatuan dua bibir di atas sana. Memperlihatkan bahwa mereka saling memiliki saat ini hingga selamanya.

Harusnya aku lebih tegas dalam melarangmu. Harusnya hari ini kau tidak lagi melukai hatimu. Aku masih tidak tahu apa perasaanmu padaku. Cinta-kah? Atau emosi sesaat? Aku pun tak berniat untuk mempertanyakannya. Tidak adil bagimu jika harus menanggung beban sebuah jawaban dari pertanyaan bodoh yang kupunya. Aku cukup sadar untuk berpuas diri atas apa yang telah datang untukku.

Kau.

Meski sebuah pertanyaan selalu menari dipikiranku : akankah kau mencintaiku seperti aku mencintaimu?

***

"Elt?"

Aku tersentak kala Leo menepuk keras pundakku. Aku menoleh, melihat wajahnya yang dipenuhi kebingungan.

"Kau terlihat tidak nyaman sedari tadi. Ada apa denganmu?" tanyanya khawatir. Aku mencoba menjawabnya dengan senyuman agar Leo merasa tenang, tapi aku gagal. Kedua alisnya malah mengernyit tak suka.

"Aku tidak tahu seringai macam apa barusan, tapi kalau kau merasa bosan di sini sebaiknya kau pulang."

Aku menggeleng lemah. Nyatanya aku memang tidak bisa menyembunyikan ketidaksukaanku pada acara ini. Leo sudah melengos pergi meninggalkan aku sendiri. Teman - teman kantor Leo menunggunya di dekat meja penuh dengan makanan ringan dan minuman. Beberapa dari mereka menatap Leo dengan pandangan simpati. Yah tentu saja, siapa yang tidak simpati pada pria yang hadir di pernikahan mantan kekasihnya? Ditambah, aku jamin semua teman kantor Leo pasti sudah tahu hubungan seperti apa yang pernah terjalin diantara pria itu dan Elaine.

Aku menarik napas gusar. Mengambil gelas sampanye yang berada di atas meja di belakangku. Menyesapnya sedikit. Mencari rasa manis dari gelembung rasa asam yang mendominasi. Seperti mencari rasa Leo untukku di antara beribu rasa yang masih ada dihatinya untuk Elaine.

Ratusan pasang mata seketika terarah pada pasangan pengantin yang baru saja tiba dan naik ke atas podium. Semua orang bertepuk tangan ketika sang mempelai pria telah menyampaikan sambutannya. Sementara aku di sini sedang menahan diri untuk tidak meninju wajah pria itu.

Oh, aku tidak akan lupa bagaimana ia telah membuat pipi Leo-ku membiru.

Aku menyingkir menuju sisi taman. Setelah acara pernikahan di gereja, para tamu yang hadir diboyong untuk menikmati jamuan di sebuah taman luas yang telah disulap dengan dekorasi serba putih serta hiasan juga bangku dan meja.

Lantunan denting instrumen yang datang dari pemain piano mengalun lembut menyapa telinga para tamu undangan. Pasangan pengantin turun dari podium menuju tengah - tengah kerumunan tamu dan mulai menggerakan tubuh seirama dengan alunan lagu. Beberapa dari para undangan yang hadir mulai mengikuti mereka dengan pasangannya masing - masing.

Aku sudah gerah dengan semua hal tentang pesta pernikahan sialan ini. Manik mataku secepat kilat mencari keberadaan Leo. Tidak sulit bagiku untuk segera menemukan rambut hitam indah miliknya. Jadi aku berjalan ke sana, menerobos kerumunan tamu yang satu persatu memeluk pasangan mereka dan mulai berdansa. Menarik tangan Leo untuk menyingkir dari orang - orang itu.

Beautiful LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang