C

56 1 0
                                    

Lima tahun kemudian...

Flora Angela, mahasiswi kedokteran yang pintar namun kadang ceroboh, kekanakan dan kurang bertanggung jawab ini sekarang berubah menjadi dokter muda yang cantik, bertanggung jawab, mandiri, dan dewasa. Dukungan Rian dan lima tahun hubungan mereka membuatnya sadar kalau dia tak mungkin terus bergantung pada orang lain. Sepeninggal ibunya dua tahun yang lalu, dia makin berjuang untuk menggapai cita-citanya. Menjadi seorang dokter yang sukses. Dan sekarang, cita-citanya sudah tercapai. Dia sekarang bekerja di rumah sakit tempatnya magang dulu. Dan menempati unit yang sama, UGD.

Soal Alan, Anjel selalu mencoba menetralisir debaran jantungnya yang tiba-tiba menjadi tak beraturan saat berada di dekat Alan. Dia selalu meyakinkan diri sendiri kalau debaran itu karena kelelahan atau kurang tidur. Namun, dia seorang dokter. Dia jelas tau kalau debaran itu bukan karena lelah atau kurang tidur, tapi karena sesuatu yang lain yang coba ia sangkal selama ini.

"Anjel, Dokter Rian nyariin kamu tadi, katanya ada yang mau dia omongin,"kata Putry. Yah, sahabatku ini sekarang juga sudah menjadi dokter muda yang hebat. Ketakutannya pada anak-anak berhasil dia hilangkan. Buktinya, sekarang dia menjadi dokter anak yang sangat disayangi pasien-pasiennya. Mereka sering memanggil Putri dengan sebutan 'dokter cantik.' Dokter cantik ini sudah bersuami loh, dan sedang mengandung anak pertama mereka.

"Dimana dia?"

"Di ruangannya."

"Oh, oke. Ingat yah, jangan kecapekan. Kasihan dede bayinya, bu dokter,"kataku seraya mengedipkan meta dan mengelus perutnya yang sedikit membuncit.

"Iya..iya. kapan nih nyusul?"

"Doain aja yah."

"Pacarannya kelamaan. Udah lima tahun loh."

"Kamu juga kali. Malahan kamu sembilan tahun."

Putry hanya tertawa dan mendorong pelan bahuku. "Udah, pacar kamu tungguin tuh. Ups, maksud aku dokter Rian tunggiun tuh,"ucapnya iseng sambil mengerlingkan bola matanya.

Aku tersenyum kemudian melambai singkat dan berlalu meninggalkannya.

***

Aku mengetuk pintu ruangan dokter Rian kemudian membukanya pelan dan melangkah masuk. Betapa terkejutnya aku begitu menyadari kalau ada seseorang yang sangat kuhindari ada di dalam bersama dokter Rian. Dokter Alan. Walaupun sudah beberapa bulan belakangan aku bertemu setiap hari dengannya, tetap aja aku selalu merasa terkejut dan canggung. Yah, entah takdir atau kebetulan, Alan juga bekerja di rumah sakit ini dan menempati unit yang sama denganku dan Rian, UGD.

"Jel, sini. Kenapa bengong disitu?"tanya Rian lembut. Kalau dia memanggilku seperti itu, berarti tujuannya ingin menemuiku bukan membahas pekerjaan melainkan hal pribadi. Aku berjalan pelan mendekatinya dan tertunduk menghindari tatapan tajam Alan. Tatapan yang selalu membuatku ingin tenggelam didalamnya.

"Besok ulang tahun mama. Aku dan Alan sepakat untuk bikin pesta kecil-kecilan buat mama. Kamu juga bantuin yah?"kata Rian sambil menatapku penuh harap.

Tak perlu berpikir lama-lama lagi. Aku langsung mengangguk antusias. Rian terkekeh pelan sambil mengacak-acak rambutku. "Udah jadi dokter juga kelakuannya tetap kayak anak-anak,"ungkapnya lengkap dengan senyuman mengejek.

Aku memanyunkan bibirku sebal. "Nggak pa-pa dong. Aku kan masih muda. Masih dua puluh enam tahun."

"Umur segitu udah nggak muda lagi."

"Kamu aja yang ketuaan,"ledekku. "Hahahaa. Sorry, bercanda,"sambungku.

"Emang sih, umur aku udah mau tiga puluh tahun. Mama aja nanya kapan aku nikahin kamu. Aku jawab aja dalam tahun ini,"katanya sambil melirikku.

The Biggest Mistake (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang